Translate

Rabu, 20 November 2013

Makna Sebuah Renungan

Merenung adalah aktivitas atau situasi yang tidak lumrah untuk kebanyakan orang di zaman ini. Di tengah-tengah tuntutan produktivitas, suasana yang normal adalah orang aktif melakukan sesuatu, sebanyak mungkin, beraksi, dan sibuk bergerak. Bukan berpangku tangan pasif dan diam merenung. Orang diam semacam itu dianggap tidak menghasilkan apa pun.

Merenung sebuah aktivitas ke dalam dan internal. Maka, orang mengatakan proses merenung sebagai peziarahan batin untuk mendapatkan inspirasi. Tidak relevan untuk bertanya, ”Apa hasil permenunganmu?” Renungan adalah inspirasi, bukan mencari produk.

Merenung merupakan sarana pemeriksaan diri yang efektif. Orang melihat dan mengumpulkan kembali segala pengalaman dan peristiwa. Memeriksanya satu per satu. Inilah rekoleksi harian. Sebuah aktivitas yang berguna untuk umat beriman. Bahkan, sangat berguna bagi umat manusia pada umumnya. Merenung adalah saat untuk menjelaskan dan menegaskan kembali orientasi hidup.

Merenung menyerupai manusia yang mengambil dan menghirup oksigen. Bernapas dibutuhkan agar kita tetap bisa bergerak dan maju ke depan. Tetapi ingat, ini bukan aktivitas yang dilakukan setelah bekerja keras. Seakan bernapas hanya dibutuhkan setelah bekerja. Bernapas itu aktivitas terus-menerus. Ia seiring dan bersamaan dengan aktivitas hidup yang lain. Kalau kita menunda pemenuhan kebutuhan oksigen dan melepaskannya dalam bentuk gas asam arang, kita akan mati.

Dengan demikian, merenung bukanlah saat yang diadakan setelah bekerja seharian. Merenung adalah setiap saat. Merenung adalah membangun kesadaran terus-menerus. Orang hadir di hadapan Tuhan dalam setiap keadaan. Orang menemukan Tuhan dalam segala. Setiap detik, Roh Kudus dibiarkan bekerja dan membimbing kita semua.

Tentu dibutuhkan saat-saat di mana kita bernapas dengan lebih tenang. Yaitu, ketika aktivitas dan pekerjaan jauh lebih reda. Ketika kecemasan dalam keadaan minimum. Pada saat itu kita bisa bernapas dengan lebih teratur, dan merenung serta menyadari kehadiran Tuhan secara lebih nyata.

Tetapi, kita tidak usah membesar-besarkan dan melebih-lebihkan aktivitas ini. Banyak orang tidak melakukan aktivitas meditatif toh tetap bisa bertahan dan tetap hidup. Merenung ternyata tidak mutlak.

Merenung bahkan bisa menjadi aktivitas tidak sehat. Yaitu, ketika aktivitas ini menjadi ekstrem. Beberapa orang berkecenderungan, misalnya, terlalu mencari kesalahan- kesalahan diri. Merenung menjadi saat yang murung karena hampir semua perkara negatif yang dilihat. Merenung akan merusak psikologi jika tidak disertai dengan penilaian seimbang dan sikap matang dalam memandang hidup. Ia tidak menjadi saat-saat doa, jika perasaan sesal tidak disertai denganrasa syukur kepada Tuhan.

Jadi, merenung setiap hari tidak selalu menjadi aktivitas yang bermanfaat. Ia membutuhkan cara berpikir dan cara merasa yang tepat. Tidak bisa tidak, kita kembali pada Injil, pada Yesus sendiri. Bagaimana Yesus berpikir, merasa, dan bertindak adalah teladan bagaimana kita merenung.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana Dia bisa marah (Mrk 3:1), tetapi Dia juga bisa bersikap lembut (Lk 7:40-50). Kita jumpai Yesus yang membentak dan menegur (Yoh 2:15-16), tetapi juga yang penuh ampun, pemaaf, dan motivator yang agung (Yoh 8:1-30). Dengan orang-orang dekat-Nya, seperti Maria dan Marta, Yesus bisa berduka dan serius (Yoh 11:5), tetapi juga bisa santai dan gembira (Lk 10:38-42).

Merenung yang produktif adalah belajar akrab dengan situasi paradoks dan ambiguitas yang sudah dicontohkan oleh Yesus di atas. Karena hidup yang sesungguhnya adalah hidup yang penuh dengan kontradiksi dan ketegangan. Hanya dengan memasuki situasi tersebut dan tetap damai di dalamnya, manusia merasakan hidup yang kaya dan produktif.

Di atas dikatakan bahwa tidak relevan berbicara tentang ’hasil’ dalam aktivitas merenung. Ternyata, merenung setiap hari dan setiap saat, bila dipraktikkan secara tepat, adalah sebuah aktivitas yang sangat produktif. (Sumber: Majalah HIDUP Edisi No. 34 Tanggal 22 Agustus 2010)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar