Translate

Jumat, 28 Februari 2014

Paus Menulis Surat Kepada Keluarga Katolik di Seluruh Dunia

Paus tampak mencium seorang anak. [Foto: Ist]
VATIKAN - Paus Fransiskus menulis surat kepada keluarga-keluarga Katolik dalam rangka sinode di Vatikan pada Oktober mendatang.

“Keluarga-keluarga yang terhormat, melalui surat ini, saya berharap surat ini sampai ke rumah Anda. Surat ini berisi tentang sebuah peristiwa yang akan berlangsung di Vatikan pada Oktober mendatang. Ini adalah Pertemuan Umum Luar Biasa dari Sinode Uskup, yang membahas tema “Tantangan Pastoral bagi Keluarga dalam Konteks Evangelisasi.”

Dalam suratnya, yang diterjemahkan ke dalam 8 bahasa termasuk Arab, Jerman dan Polandia, Paus Fransiskus memperingatkan bahwa “Gereja dipanggil untuk mewartakan Injil dengan menghadapi kebutuhan pastoral yang baru dan mendesak yang dihadapi keluarga.”

Paus Fransiskus menjelaskan sinode mendatang sebagai “pertemuan penting” yang “akan melibatkan semua Umat Allah – uskup, imam, religius pria dan wanita, serta umat awam dari Gereja-gereja partikular di seluruh dunia – yang semuanya aktif berpartisipasi dalam persiapan untuk pertemuan melalui saran-saran praktis dan dukungan doa.”

Paus Fransiskus meminta keluarga-keluarga berdoa untuk pertemuan di Vatikan tersebut, yang menekankan  panggilan dan misi Gereja dalam masyarakat Anda, tantangan pernikahan, kehidupan keluarga, pendidikan anak-anak, dan peran keluarga dalam kehidupan Gereja.”

“Karena itu saya meminta Anda berdoa kepada Roh Kudus, sehingga Roh Kudus dapat menerangi Bapa-Bapa Sinode dan membimbing mereka dalam tugas penting mereka. Seperti yang Anda ketahui, Sinode Luar Biasa ini akan dilanjutkan setahun kemudian dengan Sidang Biasa, yang juga akan memilih tema tentang keluarga. Dalam konteks itu, juga akan ada Pertemuan Dunia tentang Keluarga yang berlangsung di Philadelphia pada September 2015,” lanjut Paus.

“Semoga kita semua berdoa bersama sehingga melalui acara ini Gereja akan terus melakukan perjalanannya dan mengadopsi sarana pastoral yang diperlukan untuk membantu keluarga menghadapi tantangan saat ini dengan cahaya dan kekuatan yang berasal dari Injil.”

“Dalam perjalanan Anda sebagai sebuah keluarga, Anda berbagi begitu banyak momen indah: makanan, istirahat, pekerjaan rumah tangga, rekreasi, doa, perjalanan dan ziarah, serta waktu saling mendukung … Namun, jika tidak ada cinta maka tidak ada sukacita.”

“Cinta otentik datang kepada kita dari Yesus. Dia menawarkan kepada kita firman-Nya, yang menerangi jalan kita, ia memberi kita roti hidup yang mendukung kita dalam perjalanan kita,” katanya.

“Keluarga yang terhormat, doa untuk Sinode Para Uskup akan menjadi harta berharga yang memperkaya Gereja. Saya berterima kasih, dan saya meminta Anda untuk berdoa juga bagi saya, sehingga saya dapat melayani Umat Allah dalam kebenaran dan cinta,” kata Paus menutup suratnya.

Sumber: UCA News [http://indonesia.ucanews.com/2014/02/27/paus-menulis-surat-kepada-keluarga-katolik-di-seluruh-dunia/]

Rabu, 26 Februari 2014

Arti Doa dan Kerajinan Kokoru di BIA Wilayah Stefanus


NONTON DAN DISKUSI--BIA Wilayah St Stefanus sambil menonton video Doa Anak mereka mendiskusikan arti doa. Seruu....[Foto-Foto: Veroninca Lucy]
Minggu 16 Februari 2014 yang lalu, anak-anak wilayah St. Stefanus untuk pertama kalinya di tahun 2014 ini mengikuti Bina Iman Anak. Bertempat di kediaman Budi Mulyanto di cluster Gardenia GDC, Bina Iman dibuka dengan doa yang dipimpin Deo.

Sebagai prolog, dimulai dengan tanya jawab seputar doa."Anak-anak, siapa yang tahu artinya doa?" tanya pembimbing. "Berbicara dengan Tuhan,!" jawab Darryl spontan.

Anak-anak pun lalu menjelaskan satu persatu arti berdoa. Berdoa yang tidak hanya untuk meminta, tapi juga berdoa untuk mengucap syukur, atas apa yang Tuhan beri kepada kita.

Saat ditanya jenis-jenis doa, anak-anak dengan fasih menjawab dan mencontohkan doanya. Aurellius mencontohkan doa ucapan syukur, Austin dengan doa spontannya, dan Darrel dengan doa Bapa Kami.

Anak-anak kemudian diajak memahami arti doa, sikap yang baik dalam berdoa dan mengingatkan anak-anak agar selalu berdoa sebelum memulai sesuatu.
Wuiih...imajinasi anak yang tinggi menghasilkan karya yang indah.

Udara yang cerah dan suasana yang menyenangkan membuat anak-anak bertambah semangat saat dikeluarkan karton-karton bergelombang yang disebut "Kokoru". Ya! Anak-anak lantas diajak membuat kerajinan Kokoru.

Mereka bebas berimajinasi untuk membuat sesuatu. Dengan bantuan lem dan gunting, terciptalah bunga yang cantik, buatan Dinda dan Tian, Singa yang gagah hasil karya Jojo dan Darrel, Prajurit khas Jepang hasil tangan kreatif Darryl, Kue yang terlihat lezat dari Deo, Mahkota Raja ala Aurellius dan tank keren karya Guido dan Austin. Wah, hasilnya bagus-bagus, lho...

Setelah membuat kerajinan Kokoru, tiba saatnya snack. Wouuw... mereka lantas menyerbu snack yang disediakan Koordinator BIA, Merry Martens. Sambil mengunyah kudapan, mata mereka menatap lekat film tentang nabi Yusuf yang diputar lewat video player.
Dinda memamerkan karyanya.
Banyak yang bisa mereka dapatkan dari kisah Nabi Yusuf, yaitu tentang perbuatan baik, saling memaafkan dan berbelas kasih.

Sore semakin beranjak gelap. Bina Iman Anak pun lalu ditutup dengan doa. Kali ini dipimpin Darryl.

"Selamat sore. Sampai bertemu di Bina Iman Anak bulan depan!" (Veronica Lucy)


Senin, 24 Februari 2014

Pernak-Pernik Tahbisan Episkopal Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM

Uskup Bruno Syukur menyapa umatnya. [Foto-Foto: Endang Rosalina Jempormasse]
Tahbisan Uskup baru Diosis Bogor telah berlangsung pada hari Sabtu,  22 Februari 2014. Dihadiri tak kurang dari 10.000-an umat, 200-an imam, dan 42 Uskup dari seluruh Indonesia berikut Kardinal Julius Darmaatmadja SJ dan Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Pilipazzi.

Misa dipimpin oleh Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM, Uskup Bogor yang sebentar lagi memasuki masa pensiun. Uskup pengkotbahnya adalah Uskup Agung Jakarta/Administrator Keuskupan Bandung sekaligus Ketua Presidium KWI, Mgr. Ignatius Suharyo.

Beliau menggali motto pelayanan Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dan kemudian  menghubung kannya dengan nama sang uskup tertahbis. Waktu belajar teologi di Seminari Tinggi Kentungan era tahun 1988, Mgr. Paskalis tentu saja menjadi mahasiswa Mgr. Ignatius Suharyo Pr yang kala itu masih menjadi dosen Kitab Suci Perjanjian Baru di Universitas Sanata Dharma.

Nyanyian syukur Bunda Maria itu, kata Mgr. Suharyo, mengungkapkan suatu orientasi pribadi dan sikap yang sejati:
    Aku –> Tuhan
    Aku –> Orang lain
    Congkak hati –> takut akan Tuhan
    Sok kaya dan kuasa –> rendah hati dan bersahaja.

Berikutnya, Uskup Agung KAJ ini menutup dengan cerita percakapan antara Allah dan empat orang malaikat saat menciptakan dunia.

Tuhan, mengapa Engkau menciptakan dunia? Tanya malaikat filsuf.Tuhan, bagaimana Engkau menciptakan dunia? Tanya malaikat mewakili kaum arsitek.
    
Tuhan, berapa harga tanah per meter? Tanya malaikat pebisnis.
    
Akhirnya malaikat keempat diberikan kesempatan bertanya, tapi dia tak bertanya seperti rekan-rekannya. Dia tak mau bertanya dan hanya menyatakan, “Tuhan, terimakasih, Engkau sudah menciptakan dunia ini baik adanya.”

Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM, Uskup Keuskupan Bogor yang baru. [Foto: www.pena.org]

Lanjut ke upacara pentahbisan dan misa syukur oleh Uskup baru tertahbis.
Uskup Agung Jayapura Mgr. Leo Laba Lajar OFM berkenan memberi sambutan mewakili KWI. Mantan Provinsial OFM Indonesia ini  menegaskan makna syukur sejati lewat sebuah cerita percakapan antara Santo Fransiskus Asisi dan Sdr. Leo.

“Saudaraku Leo, manakah syukur paling besar dari seorang saudara komunitas? Saat saudara kita diangkat menjadi profesor di Universitas  Paris? Bukan! Apakah saat diangkat menjadi orang kudus? Bukan, Bro. Leo!,” kata Santo Fransiskus Assisi.

 “Ooo, jadi  saat diangkat menjadi Uskup? Bukan juga, Bro! Lho, apa dang, Bro. Frans?,” tanyanya lagi.

Uskup Agung Diosis Jayapura yang kebetulan bernama Leo ini mengarahkan pertanyaannya kepada uskup baru: “Saudaraku Paskalis, apakah syukur paling besarmu? Pada saat Saudaraku menggembalakan dombamu dan kakimu terluka, tapi bro tetap tersenyum; kukumu tercabut, tapi bro tetap gembira dan membangun persaudaraan sejati,” katanya menjawab pertanyaannya sendiri.

Ada juga sambutan singkat dari Duta Besar Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Juga sambutan datang dari Dirjen Bimas Katolik Depag RI.
Proficiat untuk Uskup Baru. Proficiat untuk Uskup Emeritus baru. Proficiat untuk umat Keuskupan Bogor.
Akhirnya sampai juga kata-kata sambutan Mgr. Paskalis Bruno Syukur. Banyak sekali yang diungkapkan beliau dengan penuh syukur dan bangga, penuh semangat dan harapan, penuh rasa persaudaraan. Semua umat disapa sebagai saudara dan saudari, sebagaimana di dalam komunitas Ordo Saudara Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM).

Uskup yang penuh senyum ini  tersenyum-senyum dengan namanya sendiri:  Paskhalis Bruno Syukur.

Kesan saya uskup ini sangat sistematis, tegas, sekaligus kebapakan dan penuh semangat persaudaraan serta bagaimana spiritualitas Fransiskan yg dihidupi dan diteladankannya. Uskup yang menyerahkan tongkat estafet apostolik setelah dua tahun lalu mengajukan permohonan pensiun.

Suaranya mantap dan isinya bernas padat. Uskup yang dicintai umatnya dan ditaati para imamnya selama 20 tahun menggembalakan keuskupan Bogor yang sangat luas wilayah meliputi provinsi Banten dan sebagian Jawa Barat.

Proficiat untuk Uskup Baru. Proficiat untuk Uskup Emeritus baru. Proficiat untuk umat Keuskupan Bogor. Syukur pada Allah. [Mgr. Julianus Sunarka SJ]

Sumber:http://www.sesawi.net/2014/02/24/pernak-pernik-tahbisan-episkopal-uskup-bogor-mgr-paskhalis-bruno-syukur-ofm-3/

Restu 42 Uskup, Doa 200-an Imam dan Ribuan Umat Iringi Tahbisan Uskup Bogor

Tak kurang 42 orang uskup dari seluruh diosis di Indonesia menyempatkan diri hadir dan mengiringi upacara tahbisan ini dengan restu dan doa-doa mereka. [Foto-Foto: Endang Rosalina Jempormasse]
TAHBISAN episkopal Uskup Bogor yang baru Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM pada hari Sabtu tanggal 22 Februari 2014 sungguh merupakan sebuah peristiwa iman yang menggetarkan jiwa. Setidaknya bagi saya pribadi dan barangkali setiap umat katolik yang berkesempatan menghadiri acara tahbisan episkopal Mgr. Paskalis OFM.

Betapa tidak. Tak kurang 42 orang uskup dari seluruh diosis di Indonesia menyempatkan diri hadir dan mengiringi upacara tahbisan ini dengan restu dan doa-doa mereka. Ke-42 Uskup disertai Kardinal Julius Darmaatmadja SJ –Uskup Emeritus KAJ dan KAS—memberikan restu mereka dengan cara menumpangkan tangan ke dahi Uskup Bogor yang baru: Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM.

Tentu, penumpangan tangan para uskup ini terjadi setelah penahbis utama yakni Mrg. Michael Cosmas Angkur OFM dan kedua penabis tambahan yakni Mgr. Ignatius Suharyo dan Mgr. Hubertus Leteng Pr berkenan terlebih dahulu melakukan ritus liturgi tahbisan imamat berupa tindakan memberi penumpangan tangan di dahi uskup tertahbis: Mgr. Paskalis.

Tak hanya itu saja. Doa-doa dari sekalian umat Katolik yang hadir menyesaki sudut-sudut SICC di Bogor juga menyertai prosesi penumpangan tangan para bapak Uskup ini di dahi Uskup Tertahbis.

Karena ini merupakan sebuah peristiwa tahbisan uskup, maka para imam tidak boleh memberikan penumpangan tangan kepada seorang uskup karena bukan imam yang ‘menahbiskan’ Uskup; melainkan Uskuplah yang berhak secara resmi menahbiskan para imam.

Para Uskup adalah orang yang paling berhak menahbiskan koleganya sendiri: sesama uskup. Uskup baru Diosis Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM bersama Uskup Emeritus Diosis Bogor Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM

Uskup baru Diosis Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM bersama Uskup Emeritus Diosis Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur OFM (Provinsi OFM Indonesia).

Suasana tahbisan tampak para pastor antri mencium cincin Uskup baru.
Konon, hitung-hitungan kasar ada kurang lebih 10.000-an orang hadir mengikuti prosesi tahbisan episkopal untuk Uskup Bogor yang baru ini. Mereka datang dari paroki-paroki di Keuskupan Bogor, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung, dan ratusan kerabat serta anggota keluarga Mgr. Paskalis dari Manggarai, Flores, NTT.

Karya Mgr. Michael Cosmas Angkur
Peristiwa iman berupa acara tahbisan episkopal untuk Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM bagi saya juga merupakan  saat istimewa untuk mengenang karya pelayanan Uskup Bogor sebelumnya: Mgr. Michael Cosmas OFM selama 20 tahun terakhir memimpin Keuskupan Bogor.

Dengan ditahbiskannya Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai Uskup Bogor yang baru maka dengan sendirinya tugas kegembalaan Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM juga berakhir. Peritiwa ‘peralihan kekuasan’ dan pelayanan kegembalaan rohani’ di Keuskupan Bogor ini sekaligus  mengingatkan kita akan kisah Perjanjian Lama, saat dimana roh Elia hinggap atas Elisa dan dengan demikian perutusan kenabian dilanjutkan.

Usai ditahbis, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM mencium tanah. [Foto: www.pena.org]
Demikian juga ‘roh’ kegembalaan Uskup Bogor lama yakni Mgr. Angkur  juga hinggap pada diri Mgr. Paskalis yang diberi mandat oleh Gereja Semesta untuk  melanjutkan tugas kegembalaan bagi umat Keuskupan Bogor. Itu antara lain inti pesan homili Ketua Presidium KWI sekaligus Uskup Agung Jakarta dan Administrator Keuskupan Bandung Mgr. Dr. Ignatius Suharyo Pr.

Marilah kita ketahui bersama, Bapak Uskup Agung Mgr. Ignatius Suharyo Pr dalam kapasitasnya sebagai Uskup Agung KAJ secara administratif pastoral juga membawahi dua keuskupan subfragan yakni Diosis Bogor dan Diosis Bandung. Sekalipun demikian, sebagai Uskup Bogor Mgr. Paskalis juga memiliki otoritasnya sendiri untuk mengatur dan memimpin keuskupannya.

Keuskupan Bogor kini telah berusia 65 tahun. Diosis Bogor jelas membutuhkan tenaga muda untuk mengembangkan bentuk pelayanan yang pas dan baru sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan masyarakat.

Saya rasa baik sekiranya kita semuanya sebagai Umat Beriman mengucapkan banyak terima kasih kepada Uskup Bogor pendahulu yakni Mgr. Michael Cosmas Angkur yang telah memberikan fondasi yang kokoh bagi perkembangan Gereja Lokal di Tanah Sunda. Kepada uskup baru tentu saja telah dititipkan banyak harapan baik dari pemerintah maupun umat, terlebih juga dari Tahta Suci melalui Nuncio Mgr Antonio Guido Filippazi dan para kolega Uskup.

Intinya, semua mengajak agar kita semakin berani bertolak ke perairan yang lebih dalam (duc in altum). (Romo Kamilus Pantus Pr)

Sumber: http://www.sesawi.net/2014/02/23/restu-42-uskup-doa-200-an-imam-dan-ribuan-umat-iringi-tahbisan-uskup-bogor-mgr-paskhalis-bruno-syukur-ofm-2/

Magnificat Anima Mea Dominum

Suasana tahbisan episkopal Uskup Diosis Bogor yang baru Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu tanggal 22 Februari 2014. [Foto: Endang Rosalina Jempormasse]
HARI Sabtu tanggal 22 Februari 2014 menjadi hari paling membahagiakan bagi seluruh umat katolik di Indonesia, namun secara khusus tentu saja bagi Umat Katolik Keuskupan (Diosis) Bogor. Bersamaan dengan Gereja Katolik Semesta yang merayakan Pesta Tahta Santo Petrus –sesuai dengan irama kalender liturgi–  maka Diosis Bogor merayakan peristiwa tahbisan episkopal (uskup) untuk gembala barunya: Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM.

Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM akan menggantikan Uskup Bogor emeritus yang segera akan memasuki hari-hari purna karyanya yakni Mgr. Dr. Michael Cosmas Angkur OFM. Jiwaku Memuliakan Tuhan”, merupakan semangat Uskup Bogor Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM

Dihadiri tak kurang dari 10.000-an umat Katolik dari seluruh penjuru –khususnya Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, dan Keuskupan Agung Jakarta serta kerabat dan relasi dekat Uskup Bogor yang baru—acara tahbisan episkopal untuk Mgr. Paskhalis Bruno Syukur digelar di Sentul International Convention Center (SICC). Hujan deras yang membasahi kawasan Jakarta dan Bogor sekitarnya tak membuat ribuan umat katolik lesu semangat untuk merayakan pesta iman dan peristiwa bersejarah untuk Keuskupan Bogor ini.

Pentahbis Utama: Uskup Emeritus Bogor Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM. [Foto: Ist]

Bertindak sebagai Uskup penahbis adalah Uskup Emeritus Bogor Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM. Ikut mendampingi beliau adalah Ketua Presidium KWI sekaligus Uskup Agung Jakarta dan Administrator Keuskupan Bandung Mgr. Ignatius Suharyo Pr dan Uskup Ruteng (Flores, NTT) Mgr. Hubertus Leteng Pr.

Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM adalah putra asli daerah Manggarai, Flores dan secara administratif gerejani masuk dalam jurisdiksi Keuskupan Ruteng.

Mengambil teks indah dari Injil Lukas 1:46, Uskup Bogor yang baru Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM mengutip kalimat indah ini: Magnificat nima mea Dominum yang artinya “Jiwaku Memuliakan Tuhan”.

Mengapa Uskup Bogor yang baru Mgr. Paskalis OFM mengambil teks yang indah tersebut? Kiranya, beliau menyadari sepenuhnya bahwa panggilan tugas pelayanan menjadi seorang gembala di sebuah diosis tertentu –dengan menjabat sebagai uskup—merupakan sebuah  undangan rohani. Intinya, dia diundang oleh Gereja untuk secara lebih luas dan ekstensif melayani persekutuan orang-orang beriman (yakni Gereja) secara lebih meluas daripada hanya sekedar melayani ‘sebagian’ orang beriman dalam sebuah kelompok ordo religius tertentu yakni OFM.

Uskup Bogor yang Baru Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM. [Foto: www.pena.org]



Sebelum ditetapkan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus menjadi Uskup Bogor pada tanggal 21 November 2013, Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM lebih banyak berkarya secara internal di lingkungan Ordo Fratrum Minorum (OFM). Beliau pernah menjadi pemimpin OFM untuk Provinsi Indonesia kurun waktu 2001-2009 dan kemudian menjadi definitore generale untuk OFM wilayah Asia, Oceania dan Pasifik berkedudukan di Generalat Roma.

Jauh sebelum menjabat pimpinan teras di OFM baik di Provinsi Indonesia maupun di Generalat OFM di Roma, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM juga lebih banyak berkarya di bidang formatio para frater muda OFM. Pertama-tama sebagai magister novis frater-frater muda OFM di Novisiat OFM dan kemudian pastor pendamping frater-frater OFM yang tengah studi filsafat-teologi di STF Driyarkara Jakarta.

Beliau sendiri secara khusus belajar spiritualitas di Roma.

Maka dengan mengambil moto pelayanan bertajuk Magnificat Anima Mea Dominum, Diosis Bogor yang baru Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM ingin mengedepankan pola/corak kegembalaan pastoral yang memprioritaskan semangat pelayanan, sikap diri murah hati, penuh belas kasih, membina persaudaraan sejati, rendah hati. Tentu saja, tak boleh lupa juga semangat menghadirkan perjumpaan sejati antarmanusia serta penghargaan tinggi terhadap martabat manusia dan alam ciptaan Tuhan.

Omnes vos fratres estis yang berarti “Kamu semua adalah saudara” sesuai isi perikop Injil Matius  23:8). Sapaan Yesus ini menjadi inspirasi bagi Mgr. Paskhalis OFM untuk menyapa dan menjadikan sesama sebagai saudara-saudarinya. (Romo Kamilus Pantus Pr)

Sumber:http://www.sesawi.net/2014/02/23/jiwaku-memuliakan-tuhan-semangat-uskup-bogor-mgr-paskhalis-bruno-syukur-ofm-1/



Rabu, 19 Februari 2014

Sekilas Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, Uskup Baru Keuskupan Bogor

Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM
LAHIR pada tanggal 17 Mei 1962 di Ranggu, Keuskupan Ruteng di Pulau Flores, NTT, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menyelesaikan pendidikanya di Seminari Menengah St. Pius di Kisol. Begitu selesai, Mgr. Paskalis lalu melanjutkan studi mengarah ke panggilan imamatnya dengan masuk menjadi anggota Ordo Saudara Hina Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM) di Papringan, Yogyakarta tahun 1981.

Bersama Pastur Dr. Peter Aman OFM, Pastur Robby Wowor OFM, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM mulai belajar filsafat dan sedikit mencicipi teologi di STF Driyarkara Jakarta pada tahun 1983 dan lulus sarjana muda (BA) filsafat tahun 1987 bersama sejumlah rekan mahasiswa dari kalangan Jesuit seperti Romo AM Roni Nurhayanto SJ, Romo Dr Baskara Tulus Wardaya SJ, Romo Eduard Ratu Dopo SJ, Romo Herman Tjahja SJ, dan beberapa frater diosisan (praja) dari KAJ lainnya.

Beberapa tahun kemudian usai menjalani tahun-tahun orientasi pastoral, Mgr. Paskalis melanjutkan studi teologinya di Fakultas Teologi Wedhabakti Universitas Sanata Dharma di Kampus Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Mengucapkan kaul kekalnya sebagai anggota OFM pada tanggal 22 Juni 1989 dan menerima tahbisan imamatnya pada tanggal 2 Februari 1991.

Sebagai imam muda, Mgr. Paskalis menjalani tugas pastoral di kawasan Moanemani, Keuskupan Agung Jayapura di Papua tahun 1991-1993 dan kemudian ditugaskan   belajar spiritualitas di Roma kurun waktu tahun 1993-1996.

OFM Provinsi Indonesia kemudian menugasi Mgr. Paskalis sebagai magister novis untuk para frater calon OFM di Novisiat OFM di Depok, Kabupaten Bogor kurun waktu 1996-2001. Berikutnya dia menjadi semacam pastur pendamping frater-frater di komunitas OFM sekaligus menjadi anggota Dewan Provinsi OFM Indonesia dan berikutnya menjadi Provinsial OFM Provinsi Indonesia kurun waktu 2001-2009.

Selepas dari jabatannya sebagai Provinsial OFM di Indonesia, Mgr. Paskalis dipanggil tugas ke Roma untuk menduduki pos penting sebagai definitore generale di “markas besar OFM” di Roma untuk urusan wilayah Asia dan Oceania.

Saat Bapa Suci Paus Fransiskus resmi mengumumkan penunjukan dirinya sebagai Uskup baru untuk Diosis/Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM masih bertugas di Generalat OFM di Roma.

Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM akan menggantikan Mgr. Dr. Cosmas Michael Angkur OFM  sebagai Uskup baru untuk Diosis Bogor.

Rencana pentahbisan Pastor Paskalis Bruno Syukur, OFM, sebagai Uskup Bogor yang baru akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Februari 2014 pukul 09.30 – 14.00 Wib di Gedung SICC Sentul City

[Sumber: http://www.sesawi.net/2013/11/21/sepintas-tentang-mgr-paskalis-bruno-syukur-uskup-baru-keuskupan-bogor/]

Selasa, 11 Februari 2014

Raphael Sugeng Pramono: Satu Tangan, Tetap Melayani


PENUH SEMANGAT:Momon saat konser Ulang Tahun Vita Voxa Choir ke-10. [Foto: NN/Dok. Pribadi]
Tahun 1987 menjadi tahun yang berat bagi Raphael Sugeng Pramono (47). Februari tahun itu ibunya meninggal. Rasa kehilangan dan sedih menderanya. “Saya paling dekat dengan ibu,” ungkap Momon, sapaan akrabnya. Belum habis kesedihannya, tujuh bulan berselang Momon mengalami kecelakaan. Tangan kirinya harus diamputasi.

Kehilangan ibu dan tangan kiri menjadi pukulan berat baginya. Pria yang sedang kuliah semester lima di Universitas Pancasila Jakarta ini terpaksa mengambil cuti kuliah selama setahun guna pemulihan pasca kecelakaan. Bukan hanya pemulihan fisik, melainkan juga psikis. Momon belum bisa menerima kenyataan harus melalui hari-hari dengan satu tangan. Apalagi ia tengah menyelesaikan studi di jurusan yang mengandalkan kreativitas tangan: Arsitektur.

Banjir Dukungan
Selama masa pemulihan Momon merasakan dukungan keluarga dan teman-teman mengalir begitu deras. Teman-temannya silih berganti menjenguk. Mereka tak hanya memberi semangat, tetapi juga membawakan materi-materi kuliah. Bahkan seorang sahabatnya datang dua minggu sekali untuk memberikan materi kuliah favoritnya, Mekanika Teknik.

“Sahabat saya sudah meninggal, namanya Elisabeth. Dia tahu saya senang dengan pelajaran Mekanika Teknik. Dia selalu datang dan memberikan materi kuliah sehingga saya juga bisa tetap belajar,” kenangnya.

Bagi Momon, masa pemulihan menjadi masa untuk mengembalikan rasa percaya diri. Awalnya, ia merasa terpuruk. Tetapi ia tak mau larut dalam keterpurukan. Ia berusaha bangkit dan menerima keadaan serta menghadapi kenyataan. “Kalau saya terpuruk terus, saya mau jadi apa. Saya harus maju, gak boleh lemah. Saya harus mandiri, gak boleh jadi orang yang dikasihani terus,” ia bercerita.

Usai masa cuti kuliahnya berakhir, Momon kembali masuk kuliah. Ia sempat menggunakan tangan palsu yang dibelikan sang kakak. Namun ia merasa risih sehingga akhirnya ia memutuskan untuk melepas tangan palsunya dan berusaha menerima diri apa adanya. Momon menyakini, menerima diri apa adanya adalah kunci menjadi pribadi yang lebih baik. “Terserah orang mau bilang apa. Saya ya seperti ini adanya,” ungkapnya.

Dengan satu tangan, Momon berusaha mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas yang diberikan para dosen. Para dosennya pun tak memberikan perlakuan khusus. Tugas-tugas kuliah harus ia selesaikan dalam waktu yang telah ditentukan, sebagaimana mahasiswa lain.

Baginya hal itu menguatkan. Momon merasa memperoleh semangat juang. Seolah para dosen mengatakan padanya, “Kamu pasti bisa!”

“Itu artinya saya tidak disepelekan. Saya merasa tidak cacat dan lebih bersemangat,” lanjut pria yang kini sehari-hari bekerja sebagai kontraktor ini.

Selain itu, pesan sang bunda untuk rajin berdoa Rosario terekam dalam ingatan Momon. “Itu pesan terakhir ibu. Ibu menyuruh saya berdoa Rosario tiap pagi,” tuturnya. Pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1966 ini berusaha menyerahkan segala kesedihan dan ketidakberdayaan pada Tuhan dalam doa-doanya.

Kian Bersemangat
Dengan satu tangan yang ada Momon tak mau tinggal diam. Ia ingin memberikan diri bagi orang lain dengan kemampuan yang dimilikinya. Salah satunya melalui kelompok paduan suara. “Saya ingin menunjukkan bahwa di balik kekurangan ini, saya bisa melakukan sesuatu,” ujarnya.

Sewaktu kecil, Momon mengaku tidak suka menyanyi. Namun sejak duduk di bangku SMP, ia terlibat dalam paduan suara sekolah dan dikirim untuk bernyanyi sebagai perwakilan sekolah. Tahun 1998 ia bergabung dengan kelompok paduan suara di Paroki St Kristoforus Grogol, Jakarta Barat.

Empat tahun berselang, Momon juga terlibat sebagai anggota paduan suara Cicilia, Paroki St Maria Diangkat ke Surga Katedral, Jakarta. Ia mengungkapkan dirinya banyak belajar, baik belajar menyanyi maupun hal lain yang berkaitan dengan musik. Hal itu pun memacunya untuk terus belajar dan belajar lagi.

Karena pengalaman dan ilmu yang didapat, Momon dipercaya melatih salah satu paduan suara Paroki Grogol pada 2004. Lagi-lagi ia mendapat tantangan. Saat itu ada orang yang tidak mempercayai dan meragukan kemampuannya. “Momon itu tangan satu, apa bisanya?” demikian Momon menyitir perkataan yang seolah menampar wajahnya.

Sebagai manusia biasa, Momon mengaku marah kala mendengar ungkapan yang melecehkan dirinya itu. Ia pun memilih untuk mengundurkan diri. Namun akhirnya ia merasa bersyukur atas “tamparan” yang diberikan padanya. “Itu menjadi tamparan yang membuat saya bersemangat. Saya ingin nunjukin bahwa dengan tangan satu, saya bisa. Saya bersyukur, puji Tuhan ada orang yang seperti itu! Mungkin kalau saya gak ketemu orang itu, saya gak jadi seperti sekarang,” ungkap pria yang kini dipercaya melatih di berbagai kelompok paduan suara ini.

Pada akhirnya Momon tetap ingin melayani melalui paduan suara. Maka ia pun membentuk kelompok paduan suara Vita Voxa Choir yang pada Juli 2013 lalu merayakan ulang tahun ke-10. Paduan suara itu beberapa kali menyabet juara dalam lomba paduan suara. Bersama para anggota paduan suara yang dibentuknya, ia pun menggelar konser amal untuk penggalangan dana.

Hasratnya terus berkobar untuk memberikan diri dalam pelayanan bagi orang lain dan Gereja. Tahun 2008, atas izin pastor paroki, Momon membentuk kelompok pemazmur di Paroki Grogol. Kelompok itu diberi nama “Pemazmur Raja Daud”.

Pada tahun yang sama, Momon juga membentuk paduan suara anak-anak Kristoforus Childern Choir. Ia prihatin dan tertantang karena melihat anak-anak kurang tertarik pada musik, terlebih musik liturgi. “Dengan keprihatinan itu, saya coba menanamkan ke hati anak-anak supaya dari kecil mencinta musik liturgi, agar besarnya nanti tidak lari dari Gereja,” bebernya.

Di tengah kesibukannya melayani dengan menjadi pelatih dan dirigen paduan suara, terselip keinginan untuk bisa membantu orang-orang kurang mampu, terutama mereka yang berkebutuhan khusus. “Saya ingin memotivasi orang-orang seperti itu,” ujarnya.

Momon bersyukur atas semua yang dianugerahkan Tuhan, termasuk pengalaman kehilangan tangan kirinya. Ia percaya, Tuhan memberikan jalan terbaik baginya. “Indah pada waktunya”, demikian ungkapan yang turut menguatkannya.

Selama tiga periode Momon menjadi Ketua Seksi Paduan Suara, Dirigen, dan Organis (Pasdior) Paroki Grogol. Ia mampu menjalankan tugas pelayanan ini karena prinsip yang ia yakini: “Saya adalah apa yang saya pikirkan. Jika saya pikir saya bisa, saya pun bisa. Jika saya pikir saya hebat, saya juga bisa hebat. Tetapi saya tetap hanya bergantung pada Tuhan. Tanpa Dia, saya bukan siapa-siapa.” [Ag. Suprimanto]

Sumber: http://www.hidupkatolik.com


Kamis, 06 Februari 2014

Wilayah St Stefanus-Paroki St Paulus Depok dalam Berita Media


Pesta Nama Wil. St Stefanus di majalah Narwastu edisi Maret 2014 (hal 30-atas dan 31-bawah)




Pesta Nama Wilayah Stefanus, hal 26 rubrik nusantara Majalah HIDUP No. 05 edisi 02 Februari 2014
 
Misa Perdana di Blog Paroki
Warta Paroki edisi 9 Februari 2014

Warta Paroki edisi 9 Februari 2014
Pesta Nama dalam Blog Paroki

Wilayah Stefanus dalam Warta Edisi 183 THN XXXV 02 Februari 2014-7 (Hal 1)

Wilayah Stefanus dalam Warta Edisi 183 THN XXXV 02 Februari 2014-7 (Hal 7)

Wilayah Stefanus dalam Warta Edisi 183 THN XXXV 02 Februari 2014-7 (Hal 8)






Perutusan Gereja: (Renungan Kamis 6 Februari 2014)

Yesus dan Para Rasul [Foto: Ist]
Pekan Biasa IV; 1Raj 2:1-4, 10- 12; MT 1Taw 29:10,11ab,11d- 12a,12bcd; Mrk 6:7-13

Istilah “dua belas” bagi penginjil Markus sama arti dengan murid-murid Yesus yang pertama. Mereka memiliki kedudukan istimewa, yakni tinggal bersama Yesus, menyertai Dia dalam perjalanan pewartaan Kerajaan Allah, dan mereka dipersiapkan untuk melanjutkan pewartaan itu.

Para murid diutus berdua-dua dengan pesan agar tidak boleh membawa bekal untuk perjalanan. Mereka harus percaya dan mengandalkan Allah yang akan menjamin hidup mereka. Barang-barang bawaan dalam perjalanan itu dapat menjadi penghalang dalam pewartaan, maka harus dilepaskan.

Peringatan lain adalah jika mereka ditolak maka debu tempat itu yang melekat pada kaki mereka harus dikebaskan. Hal ini sesuai kebiasaan orang Yahudi, debu dari tempat orang yang tidak mengenal Allah harus dikebaskan. Artinya, tidak akan terjalin hubungan dengan mereka. Seperti itu pula yang dipesan Yesus bagi mereka yang menolak untuk mendengarkan para murid.

Berita yang disampaikan para murid adalah ajakan untuk “bertobat”, yakni pembaruan diri secara utuh dalam pikiran, kehendak, dan perbuatan. Mereka menerima kuasa ilahi dari Yesus untuk mengusir setan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Pewartaan itu menghadirkan keselamatan jiwa dan raga. Itu pula yang menjadi tugas perutusan Gereja sekarang.

Oleh: Sr Grasiana PRR (Sumber: www.hidupkatolik.com)

Pesan Prapaskah, Paus Tekankan Sikap Bela Rasa dengan Orang Miskin

Paus Fransiskus (Foto: Ist)
VATICAN - Masa Prapaskah tahun ini Paus Fransiskus telah memilih tema “Dia menjadi miskin, sehingga dengan kemiskinan-Nya kalian menjadi kaya”,  demikian Vatikan.

Tema itu diambil dari sebuah ayat dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Umat di Korintus, di mana Santo itu mempromosikan sikap bela rasa dalam memberi dan keinginan untuk “menguji kasih yang tulus dari kalian melalui perhatian kalian kepada orang lain”.

Teks itu berbunyi: “Sebab kalian mengetahui betul bahwa kita sangat dikasihi oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Ia kaya, tetapi Ia membuat diri-Nya menjadi miskin untuk kepentinganmu, supaya dengan kemiskinan-Nya itu, kalian menjadi kaya” (2 Kor 8:9).

Pesan teks Paus untuk Masa Prapaskah, yang dimulai pada 5 Maret itu, akan dirilis pada konferensi pers di Vatikan.

Prapaskah merupakan masa berpuasa dan berpantang bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Haiti diharapkan menjadi fokus untuk Masa Prapaskah bersama pasangan suami-istri Italia yang melayani sebagai misionaris di negara Karibia itu yang dijadwalkan akan berbicara pada konferensi pers di Vatikan.

Mereka akan didampingi oleh  para pejabat tinggi dari Dewan Kepausan Cor Unum, sebuah dewan yang menangani bantuan  karitatif Gereja Katolik di seluruh dunia.

Menurut Bank Dunia, Haiti adalah salah satu negara termiskin di belahan bumi ini dan masih berjuang untuk membangun kembali selama empat tahun setelah gempa dahsyat melanda negara itu pada 12 Januari 2010.(Sumber: UCA News)

Senin, 03 Februari 2014

Misa Perdana dan Perkenalan dengan Pastor Paroki Baru

LADANG KEMARTIRANRm Yosef Tote, OFM ketika memimpin misa wilayah St Stefanus, Kamis (30/1/2014) menegaskan wilayah ini menjadi ladang kemartiran dan harus menjadi terang bagi sesama. [Foto-Foto: Endang Rosalina Jempormasse)
GDC, DEPOK– Bertempat di kediaman Cathy Christopher, GDC Cluster Anggrek 1, umat wilayah St Stefanus Paroki St Paulus Depok menggelar misa wilayah sekaligus perkenalan dengan 3 Romo baru yang bertugas di paroki tersebut pada Kamis (30/1/2014) malam.

Ketiga Romo baru tersebut adalah Rm Yosef Peleba Tolok Tote, OFM, Pastor Kepala Paroki dan 2 Pastor Pembantu: Rm Antonius Sahat Manurung, OFM, dan Rm Alfons  S. Suhardi, OFM.

Misa yang langsung dipimpin Rm Yosef Peleba Tolok, OFM, Pastor Kepala Paroki St Paulus Depok itu berlangsung khidmat,  diiringi  koor wilayah Stefanus serta dihadiri sekitar 75 orang, berasal dari warga KUB A, B, dan C.

Dalam kotbahnya Rm Yosef Tote berharap agar umat di wilayah Stefanus menjadi terang bagi orang di sekitar kita melalui sikap dan perbuatan baik. St Stefanus menurut dia merupakan ladang kemartiran. Dia menjadi martir pertama dan berani menjadi martir.

“Umat di wilayah Stefanus dituntut untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan siap menggunakan talentanya untuk memuliahkan Tuhan. Dengan demikian kita menjadi cahaya bagi orang lain,”tegas Yosef Tote.

Usai misa dalam sambutannya Romo Yosef Tote memperkenalkan diri. Romo asal Lembata, Flores Timur lahir pada 6 Januari 1951 dan telah 40 tahun menjadi anggota Fransiskan. Pada 1 Agustus 1982 Romo Yosef Tote ditabhiskan menjadi Imam di Katedral Bogor, Jawa Barat.

Sambil bercanda dan mengakrabkan diri dengan umat wilayah Stefanus, Romo berujar,”Tolong ingat tanggal lahir saya. Pesta nama wilayah Stefanus disambung dengan ulang tahun Romo,”candanya diiringi derai tawa dan  tepuk tangan umat.

Depok menurut dia sekarang sudah berubah. Kala itu, Keuskupan Bogor sendiri
Umat di wilayah St Stefanus dituntut untuk ambil bagian dalam pelayanan sesuai dengan talentanya.
hanya memiliki 10 ribu umat, dan disarankan untuk bergabung dengan
Keuskupan Jakarta. Namun, setelah dibangun Perumnas, Depok sudah mulai berkembang. Tentu tidak hanya jumlah akan tetapi kualitas hidup sebagai orang Katolik pun bertambah.

Dalam kesempatan tersebut dia juga menegaskan bahwa mati hidupnya paroki tergantung pada semua umat yang harus bergiat untuk melayani. Liturgi pun harus berjalan baik. Demikian halnya dengan koor.

Dia menambahkan, wilayah Stefanus memiliki 3 KUB dengan jumlah yang sudah cukup ideal. KUB A berjumlah 38 KK, KUB B berjumlah 37 KK dan KUB C berjumlah 28 KK. Total 103 KK. “Jumlah tersebut sudah oke, sudah bagus dan kita harapkan hal ini tetap kita perhatikan dan tetap memperhatikan data-data pendatang baru,”katanya.

Dia juga berharap pengurus KUB agar aktif. “Sebagai seorang martir, kita mesti bersikap seperti martir Stefanus,”ujarnya.

Dia juga menjelaskan bahwa dalam programnya, selama setahun dengan
3 KUB dengan jumlah yang sudah cukup ideal.
mengajak Dewan Harian dan DPP Romo Yosef Tote akan melakukan kunjungan ke warga di masing-masing wilayah. Program ini sedang diatur jadwalnya.

“Saya bersyukur, saya diberi kesempatan untuk datang ke wilayah St Stefanus. Kita berusaha untuk mari saling mendukung, saling melayani. Kita hadir menjadi garam dan terang bagi warga sekitarnya,”ungkapnya.

Ketua Wilayah St Stefanus Thomas Tommy Hendrasmoro dalam sambutannya memperkenalkan 3 KUB yang dipimpinnya ke Romo Yosef  Tote. “Wilayah ini merupakan pemekaran dari wilayah St. Ignatius Loyola. Awal berdiri wilayah St Stefanus hanya memiliki warga berjumlah 70 KK dan hingga kini terus bertambah, akibat bertambahnya pendatang baru,”jelas Tommy.

Sementara Ketua KUB A, Elven Rajalewa, mengucapkan terima kasih atas kesediaan Romo Yosef, Romo Anton, dan Romo Alfons berkenan hadir pada misa wilayah dan berkenalan dengan umat di wilayah Stefanus.

“Terima kasih, kami diberi kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan
Ketuwil St Stefanus perkenalkan wilayahnya
Romo. Kami berharap Romo memberi masukan, nasihat bagi umat di wilayah ini. Ketiga KUB ini sangat mengharapkan dukungan dari Romo,”pinta Elven.

Usai misa, dan sambutan acara dilanjutkan dengan santap malam yang telah disediakan tuan rumah. Diawali dengan doa makan malam yang dipimpin Elven.

Suasana tampak akrab. Ketiga Romo usai santap malam langsung mendatangi umat yang hadir, ngobrol dan bersenda gurau. Tak ada jarak, meski ketiga Romo tersebut merupakan Romo baru di paroki.

Misa ini juga merupakan misa perdana Romo di wilayah setelah seminggu bertugas di Paroki St Paulus Depok. Selamat datang dan selamat berkunjung kembali Romo. (Farida Denura)