Translate

Jumat, 30 Mei 2014

Rosalina Endang Jempormasse: Darah Seni Mengalir dari Ayahnya


Rosalina Endang Jempormasse
Foto-Foto: Dok. Pribadi
“Info Koor: Sabtu 12 Oktober jam 3 sore di rumah Endang. Snack Bu Sari, Bu Carol. Aqua Pak Happy. Dimohon hadir ya Bapak/Ibu, latihan bersama Yoan organis.Tks”
Begitu salah satu bunyi pesan yang biasa dikirim Rosalina Endang Jempormasse, sang dirigen koor  Wilayah St Stefanus ke peserta koor yang berasal dari warga Komunitas Umat Basis (KUB) A,B, dan C dalam seminggu sebelum latihan koor berlangsung melalui pesan pendek yang dikirim via BBM, WhatsApp Group dan sms biasa maupun Facebook group Wilayah St. Stefanus.

Endang identik dengan seni suara. Perempuan kelahiran Saumlaki ini mengaku tertarik dengan dunia seni lantaran ayahnya, Mathias Jempormasse adalah seorang guru yang juga pencinta seni (seni suara, seni lukis, seni musik, seni ukir).

“Ayah saya bisa nyanyi, mencipta lagu (lagu ciptaannya antara lain berjudul Lelemuku yang artinya Bunga Anggrek, Mars HUT Kodam XV Pattimura), membuat patung, membuat guitar/biola. Beliau juga bisa bermain guitar/biola/piano/suling bambu. Ayah saya meninggal saat saya berumur 10 tahun dan saya sangat percaya, saya mempunyai darah seni yang mengalir dari ayah saya dan pastinya akan turun ke cucu-cucunya,”jelas ibu dari Mathias Aji Chndro Triono (17) dan  Agnes Widorini Fajarpratiwi (8).

Aji bermain  saxophone
Bakat seni suara dan menjadi dirigen telah dilakoni Endang sejak duduk di bangku SMP Katolik St Dominikus Savio Larat, di Kecamatan Tanimbar Utara kota Larat, SMP dimana dulu ayahnya mengajar dan sebagian besar gurunya adalah murid ayahnya.

Suatu ketika, cerita Endang, saat ada kunjungan Imam baru, Endang disuruh menjadi dirigen dan kebetulan sekali lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu karangnya ayahnya. Endang mengaku sangat senang bercampur terharu.

Setamat SMP St. Dominikus Savio Larat, Endang melanjutkan ke jenjang SMA di kota Ambon, tepatnya di SMA Katolik St Xaverius Ambon. Di kota Ambon, Endang tinggal di asrama dari tahun 1985-1994 hingga menamatkan kuliah, di Asrama Puteri Atma Kencana, milik Suster Puteri Bunda Hati Kudus. “Di sini, kami hampir setiap hari latihan belajar not dan bernyanyi. Saya aktif di koor lingkungan maupun koor gereja. Saya tidak pernah belajar menjadi dirigen,”ungkap perempuan energik ini.

Sebelumnnya, sambil kuliah di Universitas Patimura, Ambon dengan mengambil jurusan Sosiologi, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Mathias Jempormasse seorang guru dari Saumlaki desa Lauran Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Liem So Tju keturunan Tionghoa, seorang Pedagang, sudah memilih kerja part time di Keuskupan Amboina bersama Mgr A.P.C. Sol MSC selama 2 tahun. Setelah itu Endang bekerja di  Sekretariat Paroki Katedral Ambon. Tugas Endang kala itu adalah mengetik teks liturgi misa, mencatat atau membuat Surat Baptis/Kematian/Pernikahan dan administrasi gereja lainnya. Jadi, Endang kuliah pagi dan kerja sore.

Rini bermain piano
Endang kemudian berkenalan dengan Joseph Lokan, aktivis gereja di Katedral Amboina yang  juga  pimpinan perusahaan yang kini Endang bekerja.

“Bos saya orang Katolik dan setelah selesai Kuliah Kerja Nyata (KKN), beliau meminta saya bekerja di kantornya di bagian Finance. Padahal, beliau sudah tahu bahwa saya lulusan Sosiologi. Tapi, puji Tuhan saya bisa menyesuaikan diri. Sejak tahun 1992, saya bergabung di perusahaan tersebut,”kenang penyuka parfum White Musk.

September 2000, Endang bersama keluarga hijrah ke Jakarta. Sebelum tinggal di Depok, Endang bersama keluarga tinggal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan  selama kurang lebih 7 tahun. April 2008 keluarga ini pun memilih tinggal di Grand Depok City Cluster Anggrek, Depok, Jawa Barat.

Ihwal hijrahnya keluarga Budi Panca Prasetyo yang juga suami Endang ke Jakarta berawal ketika tahun 1999, Ambon dan sekitarnya dilanda kerusuhan. Suami Endang yang bekerja di Ambon serta  perusahaan tempat kerja Endang  pun harus pindah ke Jakarta akibat kerusuhan tersebut.

Ditunjuk Jadi Dirigen
Bapak-bapak tim Stefanus Choir
Tahun 2008 pula Endang resmi menjadi Dirigen untuk Wilayah St Ignatius Loyola, wilayah yang kini telah dimekarkan menjadi wilayah baru bernama Wilayah St. Stefanus.

”Awal jadi dirigen itu, waktu Ignola  masih bergabung gabung dengan Wilayah St. Agustinus. Pada saat misa ke-2, dirigennya berhalangan dan misa hampir mulai dan tak ada yang memimpin. Saat itu semua nunjuk saya dan kata mereka ayo bu Endang mimpin. Saya juga bingung gimana mimpinnya, dirigen aja ngga pernah, mau gimana lagi misa sudah mulai terpaksa deh gemetar dan keringat dingin. Setelah itu Romo Tauchen Hotlan Girsang bilang, St Ignola mulai saat ini pisah dan Bu Endang mimpin. Dalam hati saya, waduh gawat nih bagaimana caranya? Ternyata Roh Kudus bekerja dan Ignola bisa mandiri koornya selama 4 tahun  dengan jadwal latihan seminggu 2 kali yaitu Selasa dan Kamis, setiap pukul 20.00-22.00 wib malam. Semuanya dijalani dengan penuh ikhlas,”kenang adik dari Dominikus Savio Jempormasse, Kapolres Kupang, NTT.

  Ibu-ibu tim Stefanus Choir
Setelah Endang dan sebagian warga wilayah St Ignola pisah dan bergabung dengan wilayah baru St Stefanus, Endang masih tetap menjadi dirigen dan pelatih koor. Di St Stefanus sejak tahun 2012, Endang tampak lebih total melayani. Berbagai gebrakan dilakukan Endang. Mulai dari soal grooming. Endang pula yang mengusulkan seragam koor. Batik merah tanda semangat koor St Stefanus yang tak pernah padam.

Meski demikian perempuan yang mengaku suaranya jelek alias fals ini pun melewati suka-duka dalam pelayanan tersebut. Sukanya, apabila semua anggota koor hadir rutin mengikuti latihan. Ketika suasana latihan tampak canda-tawa, saling berbagi satu sama lain sehingga tidak sekadar latihan, ketika tampil di gereja membawakan lagu dengan baik, ketika tidak ada yang tersinggung dan berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang.

Suasana saat latihan koor
“Dukanya adalah di  saat hujan dan yang hadir sedikit orang, ketika saya kurang mengerti baca not dan tanda-tanda biramanya. Kadang pengen ikut pelatihan/les dirigen namun masalah waktu karena saya juga kerja. Sementara kalau pas cuti biasanya untuk keluarga,”jelas perempuan yang mau dikenang orang sebagai penyemangat bagi orang lain.

Endang rupanya punya impian dengan koor yang dipimpinnya.“Impian saya, ingin agar semua warga di wilayah St Stefanus bisa membaca not, ikut koor dan bisa kompak memuji Tuhan. Semua orang pasti bisa bernyanyi asal mau belajar. Di kelompok koor kami tidak hanya kumpulan orang pintar bernyanyi tetapi diberi kesempatan juga bagi yang tidak bisa bernyanyi untuk sama-sama berlatih membaca not,”ungkap  perempuan yang mengaku memuji Tuhan itu dua kali lipat dari berdoa.

Stefanus Choir masa depan
Meski baru memasuki usia setahun, Endang bersama tim koornya dipercaya untuk tugas koor misa malam Natal 25 Desember 2013. Latihan pun mulai dilakukan sejak 20 Oktober 2013 lalu. Semua lagu sudah dilatih dan kini tinggal diperhalus.

Dedikasinya di lingkungan yang kini akrab dengan sebutan wilayah, khususnya koor mendapat dukungan penuh dari suami dan anak-anaknya. Selain bernyanyi, Endang juga anggota Dewan Keuangan Paroki Santo Paulus Depok, Legio Maria, akan tetapi karena benturan waktu sementara ini sebagai anggota auxilier.

Endang menyadari betul bahwa darah seni ayahnya itu pasti mengalir ke anak-anaknya.“Anak saya yang pertama Mathias Aji sejak TK, suka menggambar dan minta belajar musik tapi karena kami tinggal di Pasar Minggu yang bolak balik harus lewat rel kereta dan tidak ada yang mengantarnya, maka terpaksa belum bisa les. Nah, setamat SD, kami pindah ke Depok dan langsung saya ikutkan les gitar. Setelah les gitar, dia sendiri yang minta untuk ikut les saxophone. Sementara adiknya Agnes, dari TK  A sudah ikut les piano, les nyanyi, les biola. Semuanya mereka yang minta dan  kami orang tua hanya mengikuti keinginan mereka. Puji Tuhan mereka enjoy, Aji dan Rini mulai berani tampil di Gereja dan itu tujuan utama kami agar mereka bisa memuji dan memuliahkan Tuhan lewat talenta yang mereka miliki,”terang pehobi bekerja, shopping, dan masak.

Tetap semangat Bu Endang!“Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian......”(Mazmur 66:2).(Farida Denura)


BIODATA
Nama                               : Rosalina Endang Jempormasse
Jenis kelamin                   : Perempuan
Tempat, tanggal lahir       : Saumlaki, 04 Oktober 1970
Status                              : Menikah
Suami                              : Budi Panca Prasetyo
Anak                                : 2 orang : Mathias Aji Chndro Triono (17 tahun) dan
                                           Agnes Widorini Fajarpratiwi (8 tahun)   
E-mail                              : rosalina_endang@yahoo.com

Pendidikan Formal:

1976 - 1982 : SD  GPM Arma
1982 - 1985 : SMP St. Dominikus Savio Larat
1985 - 1988 : SMA Xaverius Ambon
1988 - 1992 : Program Sarjana (S-1) Sosiologi Universitas Pattimura, Ambon

Hobi:

Menyanyi, bekerja, shopping, masak

Falsafah Hidup:

 “Tantangan, Menjadi Peluang  dan Menjadikan Diri Lebih Baik”










Jumat, 09 Mei 2014

Romo Alfons S Suhardi OFM, Tidak Merasa Tua di Usia 75 Tahun

Romo Alfons R Suhardi, OFM siap memotong kue tar ultah ke-75 tahun di hari ulang tahunnya Senin 5 Mei 2014 di halaman depan Pastoran Paroki St. Paulus Depok. [Foto-Foto: Endang R. Jempormasse]
SENIN,  5 Mei 2014 merupakan hari bahagia Romo Alfons S. Suhardi, OFM. Pasalnya pada hari itu, Romo Alfons S Suhardi, OFM, Pastor yang belum lama bertugas di Paroki St Paulus Depok itu genap berusia 75 tahun.
   
Putra ke 2 dari 12 bersaudara kelahiran Muntilan, 5 Mei 1939 mengaku sampai saat ini masih sehat, masih bisa bekerja dan tidak merasa tua. “Saya tidak merasa tua. Saya masih sehat dan masih bisa bekerja. Saya sadar tua, pas jalan menanjak yang membuat nafas saya terengah-engah atau naik tangga hingga 20-30 anak tangga. Atau, ketika saya bersama anak muda, misalnya novis baru maka saya baru merasa tua dan saya ingat mereka saat 53 tahun lalu tepatnya tahun 1961 saya masuk novis,”ungkap putera seorang Katekis yang lahir pada Jumad Kliwon.
   
Senin malam itu sekitar 30 orang hadir merayakan ulang tahun Romo Alfons yang digelar di halaman depan pastoran. Mereka yang hadir antara lain Romo DR Alex Lanur, OFM, Romo Yan,OFM, Romo Yosef Tote, OFM, Romo Anton S Manurung, OFM, Seminaris dari Transitus serta beberapa Romo lagi, sejumlah pengurus DPP dan  sejumlah pengurus DKP.
   
Ditanya WP (Warta Paroki St Paulus Depok-Red) kenapa tidak merasa tua, Romo Alfons begitu dia disapa umat, dan memiliki nama asli Suhardi ini, mengaku bahwa tubuhnya sehat dan baru sekali masuk rumah sakit karena menderita paru-paru basah dan 5 tahun lalu menderita sakit jantung namun saat ini sudah pulih kembali. Romo Alfons mensyukuri tubuhnya yang sehat dengan nafas yang tidak tersenggal-senggal. “Tarik nafas waktu nyanyi juga satu kali dibanding anak muda yang bisa tarik nafas 3 kali,”akunya bangga.
   
Romo Alfons R Suhardi, OFM sedang memotong kue tar ultah ke-75 tahun.
Sepanjang usianya, Romo Alfons telah 46 tahun menjalani imamat. Pilihan imamatnya diakui dia sebenarnya menyalahi rumus Bapaknya. “Bapak saya suruh jadi misdinar, lalu jadi Romo akan tetapi saya terlanjur menjadi anggota koor sejak kelas IV SD dan tidak pernah menjadi misdinar,”cerita Romo yang menguasai 7 bahasa asing yaitu bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Latin, Italia, Arab. Selain itu Romo pernah mempelajari bahasa Ibrani.
   
Lebih lanjut dia menjelaskan  pilihan imamatnya timbul ketika suatu hari Romo Pastoran di Metro Lampung menunjukan padanya foto anak-anak seminari Palembang. “Saya lihat teman saya kelas 6 SD itu ada di foto itu. Namanya Surip. Dia teman kelas 6 SD di Metro tapi dari Panti Asuhan Pringsewu. Di situlah saya sadar dan memicu saya juga untuk masuk seminari,”kenang Romo yang juga fasih berbahasa Jawa, Sunda ini.
   
Ketika dirinya berkonsultasi dengan Frater Achiles, Frater menyarankan untuk masuk Fransiskan dengan melanjutkan seminari di Cicurug. Alasannya, Frater Achiles dulu gagal masuk seminari tersebut jadi meminta dia meneruskan.

Romo Anton sedang menyalahkan lilin ultah.
Frater Achiles juga sambung dia yang diam-diam menulis surat ke Uskup Bogor, Mgr N.J.C. Geise, OFM dan diterima meski keputusan masuk seminari itu membuat ayahnya agak kecewa. Romo Alfons akhirnya masuk biara tahun 1953 tepatnya di Seminari Cicurug dan ditabiskan 3 Desember 1968 di Pringsewu, Lampung. Maklum kedua orang tuanya memang tinggal di Pringsewu.
   
Romo Alfons lebih cepat ditabiskan dibanding dua temannya karena mau dikirim tugas belajar di Kairo guna mendalami Islamilogi di American University selama kurang lebih 2,5 tahun. Status Romo Alfons waktu itu saat mau ditabiskan hanyalah seorang Frater dan harus segera ditabiskan Mgr. Albert Hermelink Gentiaras SCJ, Uskup pertama keuskupan Lampung sementara dua teman lainnya harus menjalani tugas pastoral dulu di paroki.
   
Karena belum menjalani tahapan sebagai sub diakon, diakon, dan imamat, padahal harus ditabis maka dia pun cepat-cepat berangkat ke Pringsewu, dua minggu sebelum tabisannya. Mula-mula ditabiskan menjadi sub diakon oleh Mgr Hermelink SCJ yang juga dihadiri kedua orangtuanya, adiknya seorang biarawati di Kapel Pringsewu. Sementara pada Minggu sore dia menjalani tabisan diakon di kapelnya Susteran FSGM yang dijadikan sebagai paroki. Baru kemudian pada Kamisnya ditabiskan menjadi imam. Waktu yang begitu singkat harus menjalani tabisan membuat Romo Alfons tidak sempat membuat jubah baru, sehingga jubah yang dikenakan adalah jubah saat menjalani kaul kekal dan diakui dia sudah robek-robek.

Bergelut di Dunia Pendidikan
Usai ditabis pria yang sangat berbakat pada ilmu eksata dan pernah menjadi siswa nomor 1 dalam ujian akhir nasional se-Sumatera Selatan ini langsung dikirim ke Kairo. Di sana dia belajar bahasa Arab guna mendalami Islamilogi selama kurang lebih 2,5 tahun.
   
Selesai tugas belajar di Kairo, Romo Alfons melanjutkan studi selama 5 tahun di Belanda. Niatnya untuk mempelajari bahasa Arab namun di tempat tersebut hanya mengajarkan Sastra Arab sehingga Romo Alfons akhirnya memutuskan untuk pindah jurusan dengan mengambil misiologi.
   
Tahun 1977, Romo Alfons kembali ke Indonesia dan langsung menjadi Magister para Frater di Jakarta serta 2 tahun pertama mengajar di Seminari Agung (Seminari Tinggi Fermentum), di Unpar, Bandung. Dua tahun kemudian dia ditarik ke KWI. Waktu bertugas di KWI, Romo Alfons merangkap menjadi Dosen di STF Driyakarya dan juga merangkap Magister Frater Fransiskan di Wisma Padua, Cempaka Putih selama kurang lebih 5 tahun. Di KWI Romo Alfons pernah bertugas di Komisi HAK, Dokpen KWI.
   
Sebagian tamu yang hadir. Tampak Romo DR Alex Lanur OFM.
Selama menjalani imamat, Romo Alfons selalu bergelut dengan dunia pendidikan. Selain itu selama 9 tahun dia menjabat sebagai Kepala Komisi Pendidikan OFM Indonesia. Dari KWI Romo Alfons kemudian diminta pembesarnya menjadi Direktur Vincentius.
   
Di Vincentius pulalah Romo Alfons mengakui menjalani tugas paling berat karena mengurus 420 anak yang berasal dari berbagai latar belakang dan pada saat itu adalah masa reformasi dimana sering terjadi demo dan mereka sering berkelahi. Anak-anak semangatnya luar biasa. Saat pintu gerbang digubrak, mereka menghadangnya dan untung ada tentara yang membantu mereka.
   
“Pertama kali demo itu khan banyak sekali. Macam-macam, tembak-tembakan. Saya akhirnya bilang ke atasan kalau keadaan terus-menerus begini saya tidak tahan. Saya ini khan dibesarkan oleh keluarga yang tenang. Orang tua saya mengajarkan bahasa yang santun dan tidak ada bentak. Situasi yang lunak,”kenang Romo yang memiliki semboyan imamat “Berjaga-jagalah dan Berdoalah”.
   
Ditanya soal hobinya, dia mengaku memiliki hobi yang berkaitan dengan teknik, dan elektronika khususnya. Selain itu dia juga ketularan bakat ayahnya sebagai tukang kayu.“Saya ketularan itu dan berkembang juga sehingga waktu di seminari pas pesta nama, Rektor saya buatkan podium dan saya juga yang sambungkan kabel-kabel,”tuturnya.
   
Romo Alfons tidak bisa melihat buku teknik. Kalau ada buku teknik, dia akan membacanya sampai habis. Dia mencari tahu apa saja seperti mengapa radio koq bisa berbunyi? Rasa ingin tahu yang begitu tinggi itu membuat dirinya ketika belajar di Kairo ada radio yang rusak langsung dia membeli perkakas kemudian diperbaiki. Dan, radio tersebut bisa dipakai kembali.
   
Secara otodidak, Romo Alfons juga belajar tentang komputer dan jaringan. Ketika mengajar di STF Driyakarya, Romo membuatkan program aplikasi mengelola data mahasiswa. Dengan aplikasi itu terang dia, data mahasiswa dapat diperoleh dengan cepat. Program aplikasi buatan dia dipakai selama 25 tahun sehingga untuk mengakses transkrip nilai mahasiswa secara keseluruhan pun dapat dilakukan hanya dalam waktu 5 menit.
   
Di akhir perbincangannya dengan WP, Romo Alfons menegaskan dalam menjalankan panggilan, apapun panggilan itu kita harus serius. Bagi seorang imam, kebahagiaan seorang imam itu harus ditemukan dalam imamat itu sendiri.
   
“Dalam hidup rohani semasa menjalani novisiat, kalau hidup gersang, kering maka tingkat hidup rohanimu menjadi lebih kuat. Kalau dihadapi dengan baik dan tegap pada tujuan semula, maka walaupun goyang suatu ketika akan selesai dan berakhir. Ini yang dinamakan proses inisiasi,”ungkap Romo yang telah menerjemahkan buku bahasa Belanda sebanyak 300 halaman dan Sejarah Fransiskan di Papua sebanyak 500 halaman.
   
Karena usianya sudah 75 tahun, sebagai Pastor dirinya sudah pensiun dan karena masih sehat maka di paroki St Paulus Depok, Romo Alfons siap membantu pelayanan sakramen bagi umat atau memimpin misa selama masih mampu. Dia tidak diberi beban tanggung jawab lagi untuk menetapkan kebijakan. Namun demikian Romo Alfons masih dapat memberikan pendapat.

Selamat ulang tahun Romo Alfons, doa kami semua umat paroki St Paulus Depok agar panjang umur dan sehat selalu serta senantiasa setia dalam pelayanan! (Farida Denura)
   

Rabu, 07 Mei 2014

Cerita di Balik Serunya Paskah Padang Wilayah St. Stefanus

Umat wilayah St Stefanus foto bersama dengan Romo Yosef Tote, usai misa Paskah Padang Bersama di Golf Sawangan, Bojongsari, Depok, Kamis (01/05/2014). [Foto-Foto: Aries & Farida Denura]
MINGGU 23 Maret 2014 lalu usai latihan koor, beberapa ibu dari KUB A berkumpul bersama Ketua KUB A, Elven Rajalewa di kediaman Pak Andreas, di Cluster Gardenia lokasi dimana koor berlangsung. Rupanya, ibu-ibu rindu berkumpul di luar ruang memuji dan memuliahkan Tuhan Yesus Kristus melalui sebuah kegiatan bertajuk Paskah Padang Bersama.
   
Ide ibu-ibu tersebut langsung diutarakan ke Elven Rajalewa dan disambut baik. Elven kala itu menjanjikan akan mempersiapkan konsep Paskah Padang Bersama untuk didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Ibu-Ibu pun sepakat dengan Ketua KUB A. Ide Elven kemudian didiskusikan bersama Sekretaris dan lahirlah konsep Paskah Padang Bersama yang semula dikhususkan bagi warga KUB A dan KUB C yang kemudian ditingkatkan menjadi kegiatan berskala wilayah St Stefanus.
   
Rapat akhirnya digelar kembali dengan mengundang beberapa ibu pada Sabtu 29 Maret 2014 di kediaman sementara Ibu Agatha di Cluster Gardenia. Mereka yang hadir antara lain Ibu Nova Taroreh, Ibu Agatha, Ibu Endang, Maria P. Daeli, Ibu Sinaga, Ibu Ella, dan Ibu Lucy Happy. Sementara Bapak-Bapak yang hadir adalah Pak Tommy, Pak Elven, Pak Sinaga, dan Pak Aries.
   
Meski hujan deras, tetap tidak menyurutkan semangat mereka untuk hadir pada rapat tersebut. Diawali dengan Doa Pembuka dan dilanjutkan dengan pemaparan konsep Paskah Padang Bersama oleh Ketua KUB A.
   
Paskah Padang Wilayah St Stefanus.
Elven mulai menjelaskan konsep Paskah Padang Bersama tersebut. Paskah Padang terang Elven merupakan acara Paskah Bersama umat Kristiani yang digelar di luar ruangan, biasanya di hamparan padang, bentangan alam yang luas. Digelar usai perayaan Paskah dan digabung dengan kegiatan bersifat outbound atau kegiatan rekreatif bentuk lainnya.
   
Paskah Padang yang dimaksud tambah Elven, juga akan mengundang warga KUB C untuk bergabung bersama dalam dua kegiatan besar yaitu: Kegiatan Ibadah Dewasa & Anak-Anak dan Kegiatan Outbound atau Rekreasi dan Games.
   
Dalam kesempatan tersebut Elven menawarkan tema Paskah Padang Bersama yang selaras dengan visi Keuskupan Bogor yaitu Communio dan tema yang diputuskan adalah:“Communio et Progessio” (Persekutuan dan Kemajuan). Sedangkan sub temanya adalah: “Hendaklah Kamu Sehati Sepikir, dalam Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan”. (Filipi 2: 2b).
   
Konsep beserta tema pun langsung disetujui peserta rapat dan  langsung dibentuk panitia yang terdiri dari: Ketua (Pak Elven Rajalewa), Sekretaris (Ibu Farida Denura), Bendahara (Ibu Nova Taroreh). Sementara Seksi-Seksi: Seksi Ibadah & Liturgi: Pak Hermanto Situmorang (Koordinator) dan Pak Adrianus Angkur. Seksi Koor: Ibu Endang (Koordinator) dan Ibu Maria P. Daeli. Seksi Konsumsi: Ibu Agatha Atin (Koordinator), Ibu Ella Aries, Ibu Elda. Seksi Acara (Anak & Dewasa): Ibu Veronica Lucy (Koordinator), dan Ibu Merry Martens. Seksi Dokumentasi: Pak Aries. Seksi Perlengkapan dan Transportasi: Pak Tommy (Koordinator), Pak Bernard Sinaga dan Pak Budi Muyanto .
         
Menu hasil saweran.
Rapat juga memutuskan untuk dana, akan dipungut iuran ke masing-masing KK, sebesar Rp 50.000/KK. Sementara untuk konsumsi diputuskan dalam bentuk potluck (saweran) terdiri dari beberapa menu yaitu: Nasi Putih, Ayam Goreng, Mie goreng, Sayur (Pecel), Ikan Bakar, Gurame, Buah, Babi Kecap, Tumis Bunga Pepaya, Aqua dan menu lain atas  sumbangan warga. Panitia juga  tidak menyewa kendaraan dari luar, akan tetapi menggunakan mobil-mobil milik warga KUB A dan KUB C.

Seru, Praktis, Tak Banyak Rapat
Guna mensosialisasikan rencana tersebut, Ketua Panitia bersama Sekretaris memutuskan untuk tidak membuat surat undangan maupun sejenisnya. Yang dilakukan, adalah berkunjung ke rumah warga, berkenalan lebih dekat sekaligus menjelaskan kegiatan tersebut. Biasanya dilakukan malam hari usai pulang kerja atau kegiatan lainnya.
   
Rupanya kunjungan tersebut membangkitkan kesadaran warga  untuk bersekutu bersama dalam Paskah Padang tersebut.
   
Lokasi Golf Sawangan yang disurvei.
Di sela mengunjungi warga, Ketua Panitia bersama Sekretaris langsung melakukan survei di 2 lokasi yaitu Golf Sawangan, Bojongsari, Depok dan Taman Budaya Sentul City, Sentul, Jawa Barat. Hasil survei di-share ke panitia baik melalui email maupun WA dan suara terbanyak memutuskan memilih Golf Sawangan. Alasannya, selain murah, juga dekat dan ada kolam renang.
   
Koordinasi selanjutnya lebih banyak dilakukan melalui WA Group maupun WA pribadi masing-masing panitia dan puji Tuhan panitia kompak komunikasi terjalin dengan baik. Koordinasi pun berjalan dan semuanya oke hingga akhir acara pada hari H.

Rapat berikutnya yaitu rapat kedua, digelar di kediaman Bu Endang, Minggu, 20  April 2014 sore. Rapat cuma mengagendakan laporan perkembangan masing-masing seksi sekaligus check list masing-masing seksi.

Komunikasi yang paling intens dengan Sekretaris maupun Bendahara adalah Sie Konsumsi dan Si Acara. Kedua seksi ini memang super sibuk memikirkan soal menu, kemasan acara, maupun aneka hadiah. Tentu semuanya harus didukung dengan  dana yang tersedia di Bendahara.
   
Guna memastikan kehadiran Romo pada acara tersebut, Pak Tommy dan Pak Elven menemui Romo Yosef Tote di Pastoran. Ketika niat diutarakan Romo Yosef Tote setuju untuk memimpin misa dan membatalkan kegiatan lainnya pada hari tersebut di Jakarta. “Romo ingin dekat dengan umat, khususnya umat di wilayah St Stefanus,”ujar Tommy.
   
Romo Yosef Tote bermain harmonika.
Romo Yosef Tote juga menyarankan agar acara ditingkatkan dari skala KUB menjadi skala wilayah dan disetujui Ketua Wilayah St Stefanus. Ketua Wilayah pun mulai berkoordinasi dengan warga KUB B dan mereka antusias menyambut kegiatan tersebut. Meski singkat sosialisasi ke KUB B ternyata cukup banyak warga KUB B yang hadir pada acara tersebut. Tak hanya itu Seksi Acara yang menjadi motornya juga didukung Ibu Filumena Shanty Nugroho serta tak kalah penting adalah MC yang juga dibawakan Pak Nugroho dari KUB B. Kedua pasutri ini memang kompak mensukseskan acara. Luar biasa!
   
Suatu kali di sekolahan Mardi Yuana, berkumpulah 3 ibu yang kebagian seksi pada acara tersebut. Mereka adalah Ibu Agatha, Ibu Lucy, serta Ibu Santhy. Ketika sedang menunggu anak-anaknya latihan drumband mereka menggelar rapat seksi. Bu Lucy mencatat hasil rapat.
Trio ibu super sibuk.

Saat saya sedang berada di Bandung, tiba-tiba mendapat WA dari Bu Agatha yang berbunyi:”Bu, siapa yang bisa bikin bakiak tandem buat lomba?” Saya menjawabnya,”Bakiak Tandem itu apa Bu? Lalu dijelaskan Bu Agatha. Saya pun langsung berkoordinasi dengan Pak Aries melalui WA.

Pak Aries langsung mengiyakan dan bertanya pada saya,”Tandem buat berapa orang Bu, terus Bakiak Tandemnya mau dibuat berapa pasang Bu?”. Saya pun langsung meminta Pak Aries untuk koordinasi lebih lanjut dengan Bu Lucy.

Koordinasi berlangsung baik dan hasilnya bakiak tandem karya Pak Aries membuat acara menjadi tambah seru dan diminati bapak-bapak maupun ibu-ibu.
   
Bu Lucy sedang MC.
Untuk hadiah buat anak-anak, Pak Yosi dan Istri via WA Group langsung menawarkan snack untuk anak-anak. Pak Yosi langsung berkoordinasi dengan Bu Lucy untuk hal tersebut. Awalnya via WA Pak Yosi bertanya pada saya,"Saya mau tanya, jumlah anak-anak yang pasti akan ikut Paskah Padang  jumlahnya berapa orang,Bu? saya ada rencana sama istri mau sumbang snack untuk anak-anak, Bu". Langsung dijawab saya,"Saya koordinasi dulu dengan Bu Lucy dan team ya".

Komunikasi dengan Pak Yosi terus berlangsung dan Pak Yosi menginformasikan akan menyumbang snack berupa Taro, Biskuit, dan Teh Pucuk sekitar 70 bungkus. Luar biasa donasi keluarga muda ini.
   
Menjelang H-1 ada juga cerita-cerita seru ibu-ibu yang mendapat jatah konsumsi. Bu Agatha selaku Koordinator Seksi Konsumsi setiap saat mengupdate soal menu makanan.

Bapak-Bapak sedang ikut lomba bakiak.
Bu Novi Hermanto yang kebagian menyiapkan ikan arsik pada H-1 sempat kebingungan karena bumbu Andaliman, bumbu khusus untuk Arsik tidak ada. Karena mengetahui saya berada di Pasar Agung, Bu Novi pun WA saya. “Bu, lagi di Pasar Agung ya. Boleh titip ngga, belikan Andaliman dan Bawan Kucai. Ngga ada di Pasar Pucung. Andaliman Rp 5 ribu dan Bawan Kucai 4 ikat”. Kemudian saya menjawabnya,”Wah saya sudah di stasiun Depok Lama mau ke kantor. Coba hubungi Bu Asamta, dia masih di Pasar Agung, tadi ketemu”.
   
Hingga malam hari pada H-1 Bu Novi masih juga belum tenang karena belum mendapatkan Andaliman. Bu Agatha meminta saya mencarikan usai pulang kerja, namun saya tidak menyanggupi karena pasar sudah tutup pada jam tersebut. Akhirnya pada Kamis 01 Mei 2014 pagi buta, Bu Novi mendapatkan bumbu tersebut.
   
Untuk urusan nasi, Bu Maria P Daeli yang mengkoordinir ibu-ibu. Bu Agatha mengirim WA di group:”Malam ibu-ibu, mengingatkan yang bertugas membawa nasi: Bu Tommy, Bu Farida, Bu Endang, Bu Maria Pa Daeli, Bu Nova, Bu Carol, Bu Lucy, Bu Lista, Bu Tanti, Bu Kathrien dan Bu Agatha”. Esok paginya Bu Maria P Daeli mengirim WA ke group tepat pukul 05.43 wib,”Ibu-ibu nasinya masih ditunggu ya. Bu Carol Suseno meski tidak ikut bergabung di acara tersebut karena berhalangan langsung menyahut,”Saya ke sana ya Bu”. Sementara Bu Agatha,”Oke Bu Maria, aku siapin anak-anak dulu nih”. Bu Katharina, Bu Wisnu, Bu Lucy, Bu Lista dan saya pun menyahut oke.
   
Menikmati menu saweran.
Di luar dugaan konsumsi berlimpah melebihi daftar konsumsi yang ditetapkan seksi Konsumsi. KUB C juga menyumbang aneka makanan. Yang mengharukan adalah beberapa anggota keluarga yang tidak ikut namun berbondong-bondong mengantarkan sumbangan. Bu Carol menyumbang nasi dan ayam goreng, Bu Silvy menyumbang buah dan 2 dus aqua, serta Bu Lik juga menyumbang minuman. Kebersamaan yang sungguh membanggakan. Bahu membahu menyukseskan acara Paskah Padang Bersama.
       
Nah, soal dana yang paling krusial. Meski sudah ditalangi KUB A dan donasi sebesar Rp 1 juta dari Bapak Bernard Sinaga untuk sewa tenda, tetap saja masih kurang karena dan dari warga KUB A, B, dan C semuanya belum terkumpul. Dalam perjalanan pulang saya dari Bandung, Sabtu 26 April 2014, Seksi Acara, Seksi Konsumsi intens berkomunikasi dengan saya via WA dan juga mempublish kebutuhan dana di group WA KUB B untuk kebutuhan kedua seksi tersebut. Sementara dana yang ada sebagian sudah dibayar untuk sewa lahan, tenda, dan lain-lain. Saya belum sempat mengumpulkan dana. Tiba di Depok, malam harinya saya bersama Ketua Panitia langsung keliling mengumpulkan dana di KUB C, KUB A dan dilanjutkan Minggu 27 April 2014 saat mengikuti latihan koor di rumah Pak Meno.
Bapak-bapak kompak dalam sebuah permainan.
Usai koor saya mohon ijin sebentar mengupdate informasi perserta, kebutuhan dana dan lain-lain dan saat itu juga peserta koor yang belum mengumpulkan dana serentak menyerahkan ke saya. Sekali lagi Puji Tuhan atas kemurahanNya semua warga wilayah St Stefanus. Acara pengumpulan dana masih tetap berlangsung ketika ada misa memperingati arwah di kediaman Pak Asamta.

Setelah selesai misa, saya pun masih saja mengumpulkan dana dan malam itu terkumpul lagi. Pada hari H usai acara masih juga mengumpulkan dana. Sisa dana dari KUB C hari itu diserahkan ke saya dan beberapa warga KUB B pada hari itu juga menyerahkan ke saya.

Duduk di selasar.
Di saat bersamaan Pak Tommy mengirim WA ke saya meminta ke rumah Bu Christine untuk mengambil dana dari kas wilayah yang telah disediakan Bu Christin. Bu Nova selaku Bendahara mengambil dana tersebut. Selain itu ada juga warga yang selain menyumbang Rp 50 ribu karena atas nama kebersamaan menghubungi Ketua Panitia untuk mengambil dana tambahan.
   
Di saat-saat terakhir itu pula Ibu Cathy Christopher yang juga mengikuti percakapan seputar dana di WA Group ikut menyumbang dana dalam jumlah yang cukup besar. Terima kasih Bu Cathy untuk persembahan kasih yang begitu besar buat acara ini. Tuhan memberkati ibu selalu. Sayang karena kesibukan, Ibu Cathy tidak bisa hadir bersama warga Wilayah St Stefanus di acara tersebut.
   
Tuhan memang luar biasa baik. Di saat kebutuhan masing-masing seksi akan dana, pada Rabu malam hari H, semua dana terkumpul dan semua kuitansi dibayar, semua kewajiban dilunaskan. Kini, saatnya Panitia menggelar rapat membahas acara yang telah berlangsung, mengevaluasi serta membuat Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan. Karena kasih dan kuasa Tuhan dana yang dihimpun panitia pun menjadi surplus. Luar biasa dan semua indah pada waktunya! Yang menarik Sekretaris diberi kuasa Bendahara untuk langsung mengelola dana yang diterima dengan langsung mengalokasikan ke seksi-seksi yang membutuhkan. Terima kasih Bu Nova atas kepercayaan tersebut.
   
Hal menarik lainnya, saat hendak menuju lokasi adalah urusan check list. Bu Agatha dalam WA mengingatkan Bu Endang,”Bu Endang jangan lupa termos untuk air panas ya”. Dan dijawab Bu Endang,”Siap!”
   
Sebagian umat wilayah St Stefanus berkumpul bersama sebelum menuju lokasi.
Bu Nova yang tiba lebih awal di lokasi melapor di WA Group,”Kami udah menuju lokasi Bu sambil membawa Pecel dkk. Tambah lagi peringatan dari Bu Agatha,”Bapak Ibu yang membawa aqua, jangan lupa ya”.
   
Check list lainnya datang dari Bu Endang. Ketika rombongan kami, rombongan paling akhir meninggalkan GDC menuju arah Sawangan, tepat mendekati pertigaan menuju arah Sawangan, tiba-tiba Bu Endang memposting di WA Group sbb: “Bapak Ibu ada yang bawa Kitab Suci ngga ya? Bu apa Romo ada bacaan ngga? Langsung saya menjawab,” Wah, kami putar  ke gereja dulu ambil Bu. Bacaan sudah Bu di sub tema Filipi 2:2B. Dijawab Bu Endang,”Baik Bu, dan sekalian titip Puji Syukur. Apa peralatan misa sudah lengkap? Saya bawa salib dan lilin. Akhirnya daripada ada yang kurang melalui koordinasi yang baik dengan Satpam Gereja kami pun dipinjamkan Kitab Suci, Puji Syukur, Taplak Meja Putih. Semua aman dan tim sapu jagat  yang terdiri Pak Elven, saya dan Bu Maria Gayatri pun bertolak menuju Sawangan.
   
Sesampai di lokasi semua panitia langsung menata meja altar, membentangkan tikar, memasang backdrop. Kerja kilat semuanya beres dan misa langsung dimulai pukul 08.15 wib. Khidmat, dan meriah dengan puji-pujian yang dibawakan Stefanus Choir, meski mereka sedikit berkeringat karena disiram panas matahari pagi.
   
Bahagia mendapat hadiah games.
Usai misa, digelar games-games yang tak kalah seru dengan hadiah-hadiah menarik. Dua MC yang memandu acara ini adalah ibu Lucy dan Ibu Merry. Mereka piawai memandu games khusus Balita, anak-anak, serta orang dewasa.  Untuk Batita, lomba memindahkan bola, untuk balita digelar lomba mencari telur Paskah dan untuk anak-anak ada lomba rebutan kursi, lomba menghias telur, lomba memindahkan karet dengan sedotan beregu. Untuk dewasa, lomba bakiak untuk bapak-bapak dan ibu-ibu serta lomba menyambung sedotan. Terima kasih Bu Lucy, sang komando yang luar biasa mempersiapkan acara di sela harus mengurus ketiga puteranya.
   
Mendung mulai menutupi langit dan usai lomba Bakiak serta bagi-bagi hadiah, hujan pun turun dengan derasnya. Tak ada acara bebas  berenang bagi anak-anak. Semuanya duduk di selasar bergelar tikar, menikmati kopi, teh dan snack yang tersedia.

Hujan pun mulai reda dan satu persatu meninggalkan lokasi. Rombongan saya dan rombongan Bu Lucy adalah rombongan sapu jagat setelah menyelesaikan semua pembayaran dan lain-lain.
   
Semua yang hadir benar-benar puas dengan lomba-lomba yang digelar dengan aneka hadiah. Makanan berlimpah dibungkus dan dibawa pulang masing-masing. Sungguh, sebuah kebersamaan yang mengesankan. Indahnya sebuah kebersamaan! (Farida Denura)

   
   
   
   
       
       


     

Senin, 05 Mei 2014

Paskah Padang Wilayah St Stefanus dan Semangat Membangun Persekutuan

Pastor Paroki St Paulus Depok, RP Yosef Paleba Tolok Tote, OFM sedang memimpin misa Paskah Padang Bersama Wilayah St. Stefanus Paroki St. Paulus Depok, Kamis (1/5/2014) di Golf Sawangan, Bojongsari, Depok.[Foto-Foto: Aries]
Kamis, 01 Mei 2014, di atas hamparan rumput hijau yang luas tepatnya di areal Golf Sawangan, Bojongsari, Depok, sekitar 200 umat dari wilayah Santo Stefanus, paroki St Paulus Depok berhimpun memuji dan memuliakan  Yesus Kristus dengan menggelar Misa Paskah Padang Bersama.
   
Misa dimulai tepat pukul 08.15 wib dan dipimpin Pastor Paroki St Paulus Depok, RP Yosef Paleba Tolok Tote, OFM serta diiringi paduan suara dari Stefanus Choir. Umat yang hadir sebelum misa kudus dimulai telah memenuhi tenda dan dan areal di luar tenda.
   
Misa diawali dengan lagu pembukaan berjudul “Hari Ini Kurasa Bahagia”. Pilihan lagu pembuka yang mencerminkan umat yang tengah bersukacita, bergembira dalam persekutuan tersebut. “Di Paskah Padang, kita berkumpul, bergembira, bersuka cita. Karena itu kita awali dengan lagu “Hari Ini Kurasa Bahagia”,”ungkap Romo Yosef Tote.
   
Dalam homili Romo Yosef Tote yang dikaitkan dengan tema Paskah Padang yaitu “Communio et Progessio” (Persekutuan dan Kemajuan) serta sub tema: “Hendaklah Kamu Sehati Sepikir, dalam Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan”. (Filipi 2: 2b) dikatakan bahwa umat yang berhimpun pada Paskah Padang ini merupakan sebuah persekutuan dari wilayah St Stefanus. Persekutuan tersebut tambah Romo, menunjukkan kemajuan karena mereka bisa sehati sepikir, sehati sejiwa, dan sungguh-sungguh satu tujuan karena tugas kita adalah membangun dan memajukan persekutuan ini. Jika ada persekutuan tersebut maka tidak akan ada acara Paskah Padang.
   
Paduan suara Stefanus Choir sedang melantunkan pujian-pujian mengiringi perayaan misa Paskah Padang Bersama.
Paskah Padang Bersama ini kata Romo Yosef Tote, adalah untuk membangun sebuah persekutuan. Melalui nats Filipi 2:2B, maka banyak hal yang dapat dibangun di wilayah St Stefanus untuk sebuah kemajuan, sebuah Communio et Progressio.   
   
Oleh karena itu tambah Romo Yosef Tote, semangat dasar yang harus dibangun adalah kasih dan kasih itu menjadi pijakan. “Komunio harus kita bangun mulai dari keluarga-keluarga kita,”ujarnya.
   
Dalam bacaan pertama, kata Romo Yosef Tote, ada satu hal yang menarik yaitu setelah Yesus bangkit, murid-muridnya mewartakan tentang kebangkitan Yesus dimana-mana. Mereka semakin berani mewartakan. Semakin mereka dilarang, semakin mereka berani mewartakannya.
   
Persekutuan ini menurut Romo Yosef Tote, harus mau melayani satu sama lain. Persekutuan ini merupakan kumpulan murid-murid Yesus dan harus saling melayani. Ini merupakan ciri dari murid-murid yang percaya pada Yesus dan ini pula yang menjadi kesaksian. Persekutuan ini harus mampu memberi kesaksian.
   
“Kita bangun persekutuan dengan kasih, membina relasi yang baik dengan warga dan Kristus maka pada akhirnya kita menjadi saksi Kristus,”tegas Romo Yosef Tote.

Romo Yosef Tote, OFM  didampingi misdinar sedang memberi komuni kepada sebagian umat wilayah St Stefanus.
Di akhir homilinya Romo Yosef Tote mengajak umat di persekutuan ini utnuk berusaha secara terus menerus membangun sebuah komunio.
   
Usai misa, Ketua Panitia Paskah Padang Bersama Wilayah St Stefanus, Elven Rajalewa menjelaskan bahwa kegiatan Paskah Padang Bersama ini merupakan salah satu sarana membangun komunio, kebersamaan umat di wilayah St Stefanus. 
   
Ibu-Ibu Wilayah St Stefanus sedang mengikut lomba bakiak.
“Umat wilayah St Stefanus dari Komunitas Umat Basis (KUB): KUB A, KUB B dan KUB C memiliki sebuah kerinduan untuk memuji dan memuliakan Tuhan Yesus dan diwujudkan dengan merayakan misa Paskah Padang Bersama. Misa  ini memang tidak lazim dilaksanakan di lingkungan gereja Katolik dan kami ingin menghadirkan suasana baru. Tujuan  digelarnya acara ini sebagai bentuk perayaan peringatan Paskah dan lebih meningkatkan keakraban  seluruh umat di wilayah St Stefanus,”jelas Elven.
   
Anak-anak balita mencari telor.
Elven juga menambahkan tema acara ini terinspirasi oleh kotbah-kotbah Romo Yosef Tote  dan selaras  dengan visi Keuskupan Bogor yaitu Communio.  

Communio (Komunio) merupakan suatu persekutuan, paguyuban, dan persaudaraan yang memelihara hubungan kesatuan dengan Allah, melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus, memelihara hubungan kesatuan dengan Gereja Universal, Gereja Partikular, dan antar umat sendiri serta memelihara hubungan kesatuan dengan orang-orang lain, dengan kebudayaan dan agama-agama lain.

Kerjasama dan Kekompakan


Lomba Bakiak Bapak-Bapak. Tujuan permainan ini adalah membangun kerjasama dan menjaga kekompakan.

Games-games (permainan-Red) yang dikemas seksi acara pun selaras dengan tema acara tersebut. Koordinator Seksi Acara, Veronica Lucy pada kesempatan tersebut menjelaskan maksud dan tujuan dari permainan yang dilombakan bagi anak-anak dan dewasa adalah membangun kerjasama dan kekompakan serta melatih ketangkasan, kesabaran, dan kecermatan.
   
Untuk anak-anak balita digelar lomba mencari telur Paskah balita. Ada juga lomba memindahkan bola untuk anak-anak batita. Lomba lainnya bagi anak-anak yang tak kalah menariknya adalah lomba rebutan kursi untuk anak-anak, lomba menghias telur Paskah kategori kelas 1-3 SD, lomba memindahkan karet dengan sedotan beregu 3 orang.
   
Untuk orang dewasa, tambah Lucy, ada lomba bakiak bapak-bapak dan bakiak untuk ibu-ibu serta lomba menyambung sedotan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, beregu 3 orang.
Anak-anak dari Bina Iman Anak (BIA) sedang mengikuti lomba menghias telur Paskah.
Sejumlah hadiah dipersiapkan Lucy bersama teamnya. Seluruh umat yang hadir pada acara tersebut merasa puas dan bahagia dengan permainan-permainan tersebut.
   
Ketua Wilayah St Stefanus, Thomas Tommy Hendrasmoro mengaku bangga dengan umat wilayah St Stefanus. “Saya bangga dengan umat di wilayah ini mereka kompak, bersatu, dan hebat-hebat,”ujarnya.
   
Ke depannya Tommy mengatakan akan menggelar kegiatan-kegiatan serupa yang intinya membangun sebuah komunio yang kompak, dan mau melayani serta memuliahkan nama Tuhan Yesus Kristus. [Farida Denura]

Jumat, 02 Mei 2014

Kita Suka Lupa Mendoakan Arwah

Sebagian warga dari wilayah St Stefanus, St Ignola, Legio Maria, WKRI dan keluarga besar Tarigan hadir dalam misa arwah mengenang 16 tahun meninggalnya Bapak Sangap Tarigan di kediaman puterinya, Agustina Tarigan, Rabu (30/4/2014) malam di Kencana Sakti I, Kalimulya, Depok. [Foto-Foto: Farida Denura]
Keluarga yang sudah meninggal hanya berjiwa namun tidak berbadan. Dan, mereka hidup bersama Tuhan dalam hidup Roh Kudus. Karenanya,  sebagai keluarga, kita yang masih hidup masih terus mendoakan mereka.
   
Hal tersebut disampaikan Romo Anton Sahat Manurung, OFM ketika memimpin misa arwah mengenang 16 tahun meninggalnya Sangap Tarigan, ayahanda dari Agustina Tarigan, di kediamannya di  kawasan Kencana Sakti I, Kalimulya, Depok, Rabu (30/4/2014) malam.
   
Romo Anton menegaskan bahwa Kitab Suci secara jelas mengatakan bahwa kita harus menghormati orangtua baik yang hidup maupun yang mati. Melalui misa arwah ini kata dia, kita boleh mensyukuri karena jasa mereka sekaligus menghormati bahwa mereka sudah meninggal.
   
Kita juga tambah Romo Anton, minta didoakan mereka karena kita sedang berjuang di dunia. “Jadilah pendoa bagi kami yang sedang berjuang dan nanti Tuhan persatukan kita di surga. Kita suka lupa mendoakan mereka,”ujar Romo Anton.
   
Mengutip bacaan Injil yang diambil dari Matius 5:1-12 yang berbicara tentang 8 sabda bahagia, terlihat uniknya kriteria Yesus tentang kebahagiaan. Manusia kata Romo Anton boleh memiliki konsepsi kebahagiaan namun ada konsep bahagia yang ditawarkan Yesus yaitu konsep kebahagiaan miskin dimana mengandung makna apapun kita kaya tapi tetap tahu bersyukur bahwa Tuhanlah pemberi.
   
Romo Anton sedang membaca Injil.
“Bukan miskin materi, tetapi sikap menyadari bahwa semua ini berasal dari Tuhan,”tambahnya.
   
Romo Anton dalam homilinya mengatakan setiap orang punya konsepsi kebahagiaan, punya harapan untuk selamat dan bahagia. “Ada yang bahagia karena punya pacar, ada yang bahagia karena punya mobil, dan lain-lain. Macam-macam dan itulah pilihan manusia. Tapi apakah itu kebahagiaan menurut Tuhan,?”tanya Romo Anton.
   
Manusia  menganggap bahwa yang berbahagia adalah orang yang mempunyai banyak kemampuan di hadapan Allah atau orang yang unggul dalam urusan rohani.  Akan tetapi Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah ...” (ayat 3, Yunani: ptohoi to pneumati = miskin dalam roh). Apapun kita kaya namun harus tetap bersyukut bahwa Tuhanlah pemberi. Bukan miskin secara materi namun sikap menyadari bahwa semua ini berasal dari Tuhan.
   
Selanjutnya kita mengira bahwa yang berbahagia adalah orang yang tertawa lebar, namun Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita ...” (ayat 4). Demikian pula dengan ayat-ayat selanjutnya. Namun menarik untuk disimak sebuah ucapan bahagia yang dicatat di ayat 8, yaitu “Berbahagialah orang yang suci hatinya ...” (Yunani: katharoi te kardia = bersih di hati).

Bahagia di kala duka, bahagia orang berdosa yang menyadari bahwa kita bahagia dan Tuhan menghibur kita. Selain itu, orang yang lemah lembut dan memiliki sikap saling menghargai, menghormati orang lain, siapapun.
   
Romo Anton sedang memimpin misa.
Bahagia yang lain menurut Romo adalah bahagia karena lapar dan haus yang bermakna bahwa kita haus dan lapar akan firman Tuhan. Haus akan kebenaran, serta haus dan lapar akan sabda Tuhan. Untuk itu kita perlu isi hati kita dengan Firman Tuhan. Kita juga tambah Romo berbahagia karena murah hati dimana kita mau peduli pada orang lain.
   
Menurut Yesus, orang yang berbahagia adalah orang yang bersih dalam hatinya tidak tercemar atau tak dikotori. Lalu apa faedah hati yang bersih? Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (ayat 8). Faedah hati yang bersih adalah bertemu dengan Allah.
   
Kebahagiaan yang kita kejar di dunia ini menurut Romo Anton adalah kebahagiaan yang datang dari Tuhan. Dan kita semua yakin Tuhan pun telah bahagiakan almarhum Sangap Tarigan dan sudah jadi pendoa bagi kita. Semoga dengan doanya kita berharap bahagia dan 8 sabda bahagia itu pada saatnya kita akan sampai pada kebahagiaan yang sempurna.
   
Dalam kesempatan tersebut Romo Anton juga secara khusus mendoakan para buruh terkait Kamis, 1 Mei 2014 (May Day) merupakan Hari Buruh. Romo Anton mendoakan supaya para buruh layak mendapat upah, dan supaya para buruh dan majikan boleh saling menghargai satu sama lain.

Mengapa Mendoakan Arwah? 
Gereja Katolik mengajarkan adanya masa pemurnian di Api Penyucian sehingga doa-doa dari kita yang masih hidup, dapat berguna bagi jiwa-jiwa mereka yang sedang dalam tahap pemurnian tersebut. Bahkan, dengan mendoakan jiwa-jiwa tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya, dan perbuatan ini sangat berkenan bagi Tuhan (lih. 2 Mak 12:38-45).
Doa arwah sedang dilantunkan keluarga almarhum Jhony Anwar beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya, prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
   
Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu 1) yang masih mengembara di dunia, 2) yang sudah jaya di surga dan 3) yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus (2 Mak 12:42-46).
   
Gereja Katolik mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih yang didasari iman sangatlah berguna bagi keselamatan kita (baik yang didoakan maupuan yang mendoakan). Jika “kasih” di sini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi pada orang lain, dan jika kita ketahui bahwa maut tidak memisahkan kita sebagai anggota Tubuh Kristus (lih. Rom 8:38-39), maka kesimpulannya, pasti berguna jika kita mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sebab perbuatan kasih yang menghendaki keselamatan bagi sesama, adalah ungkapan yang nyata dalam hal “bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu” (Gal 6:2).    


Jangan lupa bahwa yang kita bicarakan di sini adalah bahwa doa- doa yang dipanjatkan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sedang dimurnikan dalam Api Penyucian, sehingga mereka sudah pasti masuk surga, hanya sedang menunggu selesainya saat pemurniannya. Dalam masa pemurnian ini mereka terbantu dengan doa-doa kita, seperti halnya pada saat kita kesusahan sewaktu hidup di dunia ini, kita terbantu dengan doa-doa umat beriman lainnya yang mendoakan kita.

Sedangkan, untuk orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat, sehingga masuk ke neraka, memang kita tidak dapat mendoakan apapun untuk menyelamatkan mereka. Atau untuk orang - orang yang langsung masuk ke surga (walaupun mungkin tak banyak jumlahnya), maka doa-doa kita sesungguhnya tidak lagi diperlukan, sebab mereka sudah sampai di surga. Namun masalahnya, kita tidak pernah tahu, kondisi rohani orang-orang yang kita doakan. Pada mereka memang selalu ada tiga kemungkinan tersebut, sehingga, yang kita mohonkan dengan kerendahan dan ketulusan hati adalah belas kasihan Tuhan kepada jiwa-jiwa tersebut, agar Tuhan memberikan pengampunan, agar mereka dapat segera bergabung dengan para kudus Allah di Surga.

Maka mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang Katolik merupakan salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama kepada orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik. (Farida Denura)