Translate

Kamis, 19 Juni 2014

Senam Bersama yang Membakar Semangat

Kostum T-Shirt Biru St Stefanus mendominasi area parkir Paroki St Paulus saat Senam Bersama Digelar, Sabtu (7/6/2014). [Foto-Foto: Veronica Lucy]
Ada yang tak biasa di lapangan parkir gereja St. Paulus Depok.  Alunan suara  “hot music” yang terdengar dari pengeras suara, terasa menghentak-hentak hati dan mempercepat langkah menuju parkiran. Udara yang dingin perlahan menjadi hangat , sehangat senyum umat wilayah St. Stefanus yang semakin banyak berkumpul di lapangan parkir tersebut.

Pagi itu, Sabtu 7 Juni 2014 untuk pertama kalinya diadakan “Senam Bersama” dalam rangka Pesta Nama Paroki St. Paulus Depok. Umat dari berbagai wilayah pun sudah siap dengan kostum olah raga. Rata-rata mengenakan T-shirt berkerah dan celana senam. Sebuah panggung kecil sudah dipersiapkan sebagai tempat instruktur senam memimpin senam bersama. Tak jauh dari panggung kecil itu deretan meja dengan makanan tradisional telah dipersiapkan panitia dan siap disantap sebagai pengisi perut setelah senam.
    
Anak-Anak St Stefanus pun semangat.
Pukul 06.30 teng! senam bersama dimulai. Ibu Listarina dari wilayah Stefanus memimpin senam di sesi pertama. Pemanasan dan senam dengan alunan musik ringaan mampu membuat peluh keluar. Terlihat warna biru mendominasi lapangan parkir. Ya, warga wilayah St. Stefanus dengan kostum birunya nampak menguasai separuh lapangan tempat senam berlangsung.Bapak-bapak dan ibu-ibu antusias mengikuti senam. Anak-anak Stefanus pun tak ketinggalan bergerak dengan penuh semangat mengikuti gerakan Bu Lista di di barisan terdepan.
    
Di sesi kedua, senam dipimpin oleh ibu Tuti dari wilayah Thomas Aquinas. Alunan musik semakin panas dan peserta senam pun semakin banyak. Anak-anak batita yang tadinya ikut turun senam sudah kelelahan. Akhirnya, beberapa bapak dan ibu senam dengan menggendong sang batita. Tetap semangat!
    
Kompaknya Bapak/Ibu Warga St Stefanus.
Menjelang pukul 07.00, musik berganti dengan alunan lembut. Bu Lista kembali memimpin senam pendinginan dengan gerakan tarik nafas dalam-dalam dan membuangnya  dengan perlahan. Selama senam, panitia terlihat sibuk menghitung peserta senam dari tiap-tiap wilayah.
    
Rehat sambil menikmati snack.
Setelah minum sambil masih berpeluh, sebagian warga St. Stefanus mengambil roti yang telah dipersiapkan oleh bu Anny. Sebagian berlari ke meja panganan tradisional. Ada yang mengambil pisang rebus, jagung rebus, ubi rebus, ada yang langsung mengambil bubur kacang ijo yang telah disiapkan panitia. Hmmm, sarapan bersama yang menyenangkan sambil menunggu pengumuman dari panitia.
    
Panitia mengucapkan terima kasih dan mendapat respon positif dari Romo Alfons. Bahkan Romo Alfons menginginkan agar senam bersama ini jadi kebiasaan rutin di Paroki kita tercinta. Ibu Listarina yang ditanya kesediaannya oleh panitia untuk memimpin senam rutin, mengangguk mengiyakan.
Sampailah pada akhir acara. Panitia mengumumkan wilayah St. Stefanus sebagai peserta senam terbanyak dengan lebih dari 80 orang peserta. Horeeee! Kami bersorak senang. Pak Tommy pun maju mengambil hadiah dari panitia yang kemudian langsung dibagi-bagikan kepada warga St. Stefanus. Romo Alfons yang selama senam berlangsung sibuk memotret kini sibuk menyalami warga St. Stefanus.
Juara I, peserta terbanyak dari wilayah. 80 orang hadir tepat waktu. Yang terlambat datang tidak dihitung. Tetap semangat!
Tak lupa, panitia senam bersama memberikan penghargaan terhadap peserta senam tertua. Ada 5 orang oma dan opa berusia sekitar 80 tahunan mendapat bingkisan dari panitia. Tetap semangat, ya oma dan opa!

Senam usai, badan menjadi segar dan perut juga kenyang, serta dapat souvenir pula. Sebelum pulang, warga Stefanus berfoto bersama. Cheeesssseee!  Indahnya kebersamaan!(Veronica Lucy)

Jumat, 06 Juni 2014

Lebih Dekat dengan Uskup Bandung: Mgr. Dr. Antonius Subianto Bunyamin OSC

Uskup Bandung yang baru, Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC
Oleh: Romo Ferry Sutrisna Wijaya Pr ( 4 JunI 2014)

USKUP Bandung yang baru, Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC lahir di Bandung, 14 Februari 1968, masuk Ordo Salib Suci (OSC) dan mengucapkan kaul kekal tanggal 28 Agustus 1994; menerima tahbisan imamat di Bandung tanggal 26 Juni 1996.

Mgr. Anton dibesarkan di Paroki St. Odilia Cicadas, Bandung, dan sempat aktif menjadi misdinar dan anggota Legio Mariae di paroki hingga kemudian meneruskan studi di Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang. Di Mertoyudan ia dikenal cerdas dan sempat menjadi Ketua OSIS dan itu cukup menunjukkan bakat kepemimpinannya.

Di lingkungan Ordo Salib Suci (OSC), Mgr. Anton praktis selalu dilibatkan sebagai salah satu tokoh dan pemimpin yang banyak memberi warna. Ia diterima dengan baik, disukai, dan diharapkan oleh banyak rekan-rekan OSC untuk memimpin Ordo Salib Suci Provinsi Indonesia.

Dalam satu kesempatan berbincang-bincang, Mgr. Anton menceritakan dengan jelas dan gamblang bagaimana peran OSC di Indonesia yang sangat penting bagi perkembangan OSC di seluruh dunia. OSC Propinsi Sang Kristus saat ini juga berkarya di Keuskupan Agats (Papua), Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Sibolga, dan Keuskupan Agung Medan berharap banyak dari kepemimpinan Mgr. Anton.

Saat ini juga ada anggota OSC dari Indonesia yang berkarya di Roma, Amerika Serikat, dan Brasil.

Terpilihnya Mgr. Anton di satu pihak membawa kegembiraan bagi rekan-rekan OSC di seluruh dunia. Di lain pihak mungkin ada yang merasa sedih karena sempat memperkirakan dan berharap bahwa Mgr. Anton akan segera dipilih menjadi Magister General OSC yang diharapkan akan memimpin OSC di seluruh dunia.

Sebagai Uskup Bandung, perhatian Mgr. Anton untuk kepentingan OSC tentu tidak bisa sama lagi. Kerja sama OSC dengan Keuskupan Bandung diharapkan akan semakin lancar, mesra, dan berbuah.

Belajar di Leuven dan Roma
Mgr. Anton menyelesaikan studi S1 di Fakultas Filsafat Unpar, S2 di Leuven Belgia dalam bidang filsafat, dan S3 Doktor filsafat dari Roma.

Ia selalu dikenal sebagai orang yang cerdas. Homilinya dinilai bagus, lucu, dan menarik. Ia pandai merumuskan kata-kata. Kalau ada konfrater OSC yang meninggal, maka kata sambutan selalu diberikan oleh Mgr. Anton.

Menurut saya, Mgr. Anton bisa menggambarkan dengan baik profil yang bersangkutan dengan tajam, cocok, dan menarik. Di Majalah Melintas ada banyak tulisan Mgr. Anton. Ia masih Dosen filsafat di Unpar dan memberikan banyak ceramah dan kuliah di berbagai tempat.

Mgr. Anton lahir, dibesarkan, dan praktis melayani sepenuh waktu di lingkungan Keuskupan Bandung . Ia pernah ditugaskan di Keuskupan Agats yang kemudian memberinya ‘oleh-oleh’ penyakit malaria yang semoga tidak akan banyak mengganggunya. Ia pernah menjadi pastor untuk pelayanan gerejani di lingkungan mahasiswa.

Saya ingat bagaimana Mgr. Anton waktu itu tidak mau memberi beasiswa untuk mahasiswa yang merokok, punya HP (waktu itu masih mahal), dan punya kendaraan pribadi.
Bersama rekan OSC: Pastor Anton OSC
Dalam semua musyawarah pastoral Keuskupan Bandung, Mgr. Anton selalu terlibat sebagai anggota Panitia Pengarah dan selalu ikut merumuskan hasil akhir Musyawarah Pastoral.

Berkarya di bidang pendidikan
Ada berbagai rumusan Mgr. Anton yang masih tertulis di buku-buku hasil Musyawarah Pastoral. Entah mengapa Mgr. Anton tidak pernah menjadi Pastor Paroki. Barangkali karena tugas-tugasnya yang sudah cukup berat di lingkungan OSC, Yayasan Salib Suci, dan Universitas Katolik Parahyangan.

Di Yayasan Salib Suci yang mempunyai 81 unit sekolah di semua paroki dan hampir di semua kota dan kabupaten di wilayah Keuskupan Bandung, Mgr. Anton masih menjadi Sekretaris Yayasan dan Direktur Eksekutif yang pasti harus ditinggalkannya.

Sebagai Uskup Bandung, Mgr. Anton otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Salib Suci. Beliau juga otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Mardiwijana dan Satya Winaya yang mengurus Sekolah Aloysius dan Ketua Pembina Yayasan Melania yang mengurus sekolah dan lembaga lain di Melania.

Semua lembaga pendidikan tersebut mengharapkan kepemimpinan Mgr. Anton sebagai Uskup Bandung agar menjadi lembaga pendidikan yang mewartakan kabar gembira, unggul, dan lebih berpihak kepada yang miskin.

Di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan, Mgr. Anton aktif sebagai Dosen tetap Fakultas Filsafat. Ia pernah memimpin Pusat Kajian Humaniora Unpar (sekarang Lembaga Pengembangan Humaniora Unpar) yang mengurusi kuliah MKDU untuk semua fakultas dan merintis berbagai bentuk gladi pembinaan bagi mahasiswa.

Di Yayasan Unpar, Mgr. Anton pernah menjadi Sekretaris Pengurus, Anggota Pembina sebagai Provinsial OSC, dan sebagai Uskup Bandung otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Unpar.

Mgr. Anton juga masih menjadi anggota Badan Pengurus APTIK dan aktif mengikuti berbagai kegiatan APTIK yang barangkali akan berubah dengan terpilihnya sebagai Uskup Bandung.

Unpar sebagai universitas Katolik tertua di Indonesia ditantang untuk mengembangkan diri menjadi perguruan tinggi yang sesuai cita-cita pendiri alm. Mgr. Geise OFM dan alm. Mgr. Artnz OSC agar menjadi agen transformasi masyarakat dengan menjadi perguruan tinggi yang berkualitas sesuai visi Unpar menjadi komunitas akademik humanum. Sebuah perguruan tinggi yang bersemangat kasih dalam kebenaran untuk mengembangkan potensi lokal menuju tataran internasional demi peningkatan martabat manusia dan keutuhan alam ciptaan, berdasarkan sesanti Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti.

Tantangan Keuskupan Bandung saat ini yang juga sangat penting adalah bagaimana menjadi bagian dari masyarakat Jawa Barat. Jumlah umat katolik tidak sampai seratus ribu jiwa. Peran dalam berbagai bidang masyarakat, misalnya politik, ekonomi, kebudayaan, lingkungan hidup, sosial, hukum, dll masih terbatas.
Belum banyak tokoh Katolik yang dikenal kontribusinya bagi masyarakat. Peran Gereja Katolik bagi dan bersama masyarakat belum sungguh terasa dan nampak.

Selanjutnya mari kita ucapkan terima kasih untuk Mgr. Johannes Pujasumarta Pr yang dengan menjadi Uskup Bandung sempat membawa banyak hal positif dan memberi dasar untuk perkembangan Keuskupan Bandung.

Terima kasih juga untuk Mgr. Ignatius Suharyo Pr yang sudah bersedia memimpin Keuskupan Bandung di tengah banyak tanggungjawab beliau yang sangat banyak. Terbayang bagaimana Mgr. Suharyo rela bolak balik Jakarta-Bandung dan sungguh ikut memikirkan perkembangan Keuskupan Bandung.

Terima kasih untuk Romo Paulus Wirasmohadi Soeryo yang bertahun-tahun praktis membantu kedua bapak uskup tersebut untuk ikut memimpin Keuskupan Bandung sebagai Vikaris Jenderal. Terbayang banyak waktu dihabiskan untuk kesana kemari, bicara dengan banyak kedua monsinyur, dan sungguh memikirkan Keuskupan Bandung.

Mari kita doakan agar Gereja Keuskupan Bandung khususnya semakin berkembang sesuai visinya menjadi komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah bersama masyarakat Jawa Barat.

Dengan demikian, komitmen Gereja Katolik Keuskupan Bandung ialah bersama komunitas-komunitas lain lintas agama, ras, suku, dan bahasa yang hadir di Jawa Barat membangun suatu masyarakat yang bermartabat dan manusiawi. Dilandasi oleh kemurahan hati dan kerelaan berbagi, Gereja Katolik Keuskupan Bandung hendak berperan aktif dalam peningkatan kesejahteraan material dan spiritual masyarakat.

Mohon doa juga dari para bapak uskup almarhum seperti Mgr. Goumans OSC, Mgr. PM Artnz OSC, dan Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr dan para sesepuh Keuskupan Bandung yang sudah mendahului kita semua.

Maka selamat untuk Mgr. Anton yang bersedia memikul tanggung jawab yang besar sebagai Uskup Bandung. Kita doakan dan kita dukung. Selamat bekerja dan melayani Mgr. Anton. Modal kecerdasan, kepemimpinan, sifat supel dan mudah bergaul, kegembiraan, mau mendengarkan, keterlibatan dalam sejarah keuskupan, dan banyak karakter dan potensi lainnya akan menyuburkan perkembangan Keuskupan Bandung di tengah masyarakat Jawa Barat. GBU. Amin.

(Sumber: http://www.mirifica.net/2014/06/04/lebih-dekat-dengan-uskup-bandung-mgr-dr-antonius-subianto-bunyamin-osc/)

Surat Gembala KWI Menyambut Pemilihan Presiden 9 Juli 2014

Mgr Ignatius Suharyo (kiri) dan Mgr Johanes Pujasumarta (kanan).
PILIHLAH SECARA BERTANGGUNGJAWAB, BERLANDASKAN SUARA HATI
Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,
Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan mengembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.

Ke depan bangsa kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap toleran,  inklusif dan plural demi terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah itu.

Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja: menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.

Agar pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.

Kami juga menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu  SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai, kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebaikan dan kebenaran.

Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, “Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75).

Pada akhirnya, marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan kecemasan bangsa kita (bdk. Gaudium et Spes 1).

Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai serta berkualitas dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia. Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.

Jakarta, 26 Mei 2014

P R E S I D I U M  KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,

Mgr Ignatius Suharyo – K e t u a

Mgr Johanes Pujasumarta – Sekretaris Jenderal

(Sumber: mirifica.net)



Vatikan Angkat Pastor Subianto Sebagai Uskup Bandung

Uskup (terpilih) Antonius Subianto Bunyamin OSC
VATICAN - Paus Fransiskus telah mengangkat Pastor Dr. Antonius Subiyanto Bunyamin OSC menjadi uskup Bandung, Jawa Barat, yang hampir empat tahun tidak memiliki uskup.

Saat pengangkatannya, ia masih menjabat sebagai Provinsial  Ordo Salib Suci (OSC) Provinsi Indonesia, yang berpusat di Bandung.

Berita pengangkatan Pastor  Subiyanto sebagai uskup mengemuka melalui ‘siaran pers’ yang ditulis oleh Pastor Dr. Eddy Putranto OSC.

Pengangkatan uskup baru untuk Keuskupan Bandung diumumkan di Vatikan pada pukul 12.00 waktu Roma atau pkl. 17.00 WIB.

Rabu, 4 Juni 2014, akan berlangsung pertemuan internal Kuria Keuskupan Bandung dan Dewan Konsultores Keuskupan Bandung bersama Mgr Ignatius Suharyo selaku Administrator Apostolik untuk Keuskupan Bandung untuk membicarakan hal-hal berkaitan dengan rencana tahbisan episkopal uskup baru tersebut.

Uskup (terpilih) Subianto lahir pada 14 Februari 1968. Ia  mengucapkan kaulnya sebagai imam religius untuk tarekat OSC pada 28 Agustus 1994 dan menerima tahbisan imamat pada 26 Juni 1996. Pada 3 Juni 2014 diangkat menjadi Uskup untuk Diosis Bandung oleh Takhta Suci.

Sede Vacante
Sejak kekosongan takhta uskup (sede vacante) di Keuskupan Bandung pada 2010 karena Mgr Johannes Pujasumarta mesti mengemban tugas sebagai Uskup Agung Semarang, belum ada uskup yang bisa memimpin seluruh wilayah Parahyangan. Hanya dua tahun Mgr Pujasumarta menjadi Uskup Bandung. Sejak itu, kursi uskup tidak ada yang menduduki.

Rupanya ini kekosongan yang paling lama dibanding kekosongan uskup di Ketapang dan Tanjung Karang pada 2012 yang masing-masing hanya tiga bulan dan satu tahun setelahnya baru ada Uskup.

Kini, dengan penuh sukacita dan hati yang berbunga umat di Keuskupan Bandung menerima uskup baru. “Dengan penuh syukur, kami mengabarkan bahwa baru saja, tepat pukul 12.00 waktu Roma (17.00 WIB), Bapa Paus Fransiskus mengumumkan pengangkatan Pastor Antonius Subianto Bunyamin OSC, Provinsial Ordo Salib Suci sebagai Uskup Keuskupan Bandung yang baru,” ujar Pastor Eddy.

(Sumber: mirifica.net)

Paus Angkat Mgr Agus Jadi Uskup Agung Pontianak

Mgr Agustinus Agus.
VATICAN - Paus  Fransiskus pada Selasa (3/6/2014, telah  mengangkat Mgr Agustinus Agus  sebagai Uskup Agung Pontianak menggantikan Mgr Hieronimus Bumbun OFMCap.

Pada hari yang sama Paus Fransiskus menerima pengunduran diri Uskup Agung Bumbun karena usia lanjut.

Takhta Suci juga menunjuk Mgr Agus  sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat, untuk batas waktu yang belum ditentukan, hingga ada pengangkatan uskup baru untuk keuskupan itu.

Mgr Agus selama ini adalah Uskup untuk Keuskupan Sintang, salah satu Provinsi Gerejawi Pontianak.

Mgr Agus lahir di Lintang, Kapuas, Sanggau, Kalimantan Barat, 22 Oktober 1949. Ia ditahbiskan sebagai uskup Sintang pada 6 Februari 2000.

Menurut Buku Petunjuk Gereja Katolik 2009, Keuskupan Agung Pontianak memiliki 23 paroki.

(Sumber:mirifica.net, UCAN Indonesia)