Translate

Sabtu, 30 November 2013

Renungan Harian (Sabtu, 30 November 2013)

Pekan Biasa XXXIV
Pesta St. Andreas, Rasul (M)
Bacaan I    : Rm. 10:9–18
Mazmur    : 19:2–3.4–5; R: 5a
Bacaan Injil    : Mat. 4:18–22

Ketika Yesus sedang berjalan me­nyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Renungan
Hari ini kita merayakan Pesta St. Andreas Rasul. Injil suci menceritakan bagaimana Yesus memanggil kedua belas rasul-Nya, salah satunya adalah Andreas yang sedang bekerja menjala ikan bersama Petrus.

Yesus tidak memilih rasul-rasul-Nya dari kalangan elite agama maupun pejabat masyarakat. Yesus justru memilih orang-orang bisa yang tampaknya berpendidikan rendah, karena mereka hanya seorang nelayan. Yang menarik adalah bagaimana Yesus melatih dan mendidik para rasul-Nya untuk menjaankan suatu tugas yang mulia. Dan harus diakui kaderisasi kepemimpinan yang Yesus lakukan sangatlah berhasil karena Gereja tetap berdiri sampai saat ini dengan jumlah pengikut yang luar biasa.

Cara pendidikan atau kaderisasi yang Yesus lakukan sebenarnya sangatlah sederhana, ikutilah aku! Para murid ”nyantrik”, tinggal bersama Yesus dan mengikuti ke mana pun Yesus pergi. Maka, mereka dengan mudah bisa melihat apa yang dilakukan oleh Yesus secara detail. Para rasul bisa merasakan apa yang Yesus rasakan ketika berhadapan dengan situasi tertentu.  Walaupun tentu saja, kita tidak bisa berkata bahwa para murid mengerti 100% tentang visi dan misi hidup Yesus karena terbukti mereka pun tidak mengerti jalan penderitaan yang harus Yesus alami.

Mari kita belajar seperti St. Andreas dan para murid yang lain, yang meninggalkan kehidupan yang lama  dan mengikuti Yesus secara penuh dan menjadi perpanjangan tangan untuk memperluas Kerajaan Allah. Kita belum tentu kaum pandai dan terdidik, namun asalkan kita mau mengikuti Dia dengan sepenuh jiwa dan raga kita, cukuplah itu.

Doa: Tuhan, berilah aku rahmat-Mu untuk semakin secara total mengikuti Engkau. Biarlah aku ikut serta menjalankan misi-Mu di dunia ini dengan segala konsekuensinya. Amin.

Sumber: http://www.obormedia.com/content/renungan-ziarah-batin-2013-3



Jumat, 29 November 2013

Renungan Harian (Jumat, 29 November 2013)

Pekan Biasa XXXIV (H)
B. Fredericus dr Regensburg
Bacaan I    : Dan. 7:2–14
Mazmur : Dan. 3: 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81:
Bacaan Injil    : Luk. 21:29–33

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”

Renungan
Injil hari ini mengajar kita agar kita mempunyai keterampilan rohani untuk membaca tanda-tanda zaman. Mengapa ini disebut keterampilan rohani?
Dalam hidup ini kita sering dipenuhi dengan pertanyaan, apakah yang Tuhan kehendaki dalam hidupku? Mengapa peristiwa ini terjadi dalam hidupku? Belum lagi bila kita berada dalam kebimbangan-kebimbangan keputusan untuk memilih apa yang terbaik untuk hidup. Oleh karena itu, keterampilan rohani diperlukan untuk membaca ke arah mana sebenarnya Tuhan menuntun hidup kita. Maka pentinglah apa yang disebut Spiritual Discernment. Kita dilatih untuk menimbang-nimbang dengan cermat di saat kita harus mengambil keputusan yang penting.

Persoalannya adalah roh jahat tidak tinggal diam. Roh jahat juga bergerak mengacaukan usaha kita untuk menemukan rencana dan kehendak Tuhan. Roh jahat tahu titik lemah setiap  manusia. Ia akan melakukan segala usaha untuk membuat kita terlena sehingga menjauh dari kehendak Tuhan.

Maka, untuk memperkuat keterampilan rohani dan ketajaman batin menemukan kehendak Tuhan dalam hidup, diperlukan hidup doa pribadi yang tertata dengan baik. Tanpa relasi pribadi yang  erat dengan Tuhan, usaha untuk mengenali seluruh kehendak-Nya dalam hidup kita sulit untuk digapai.

Doa: Tuhan, ajarilah aku untuk semakin terampil dan memiliki ketajaman batin untuk mem­­­­­­­­baca tanda-tanda zaman dalam hidupku, dimana Engkau menunjukkan kehendak-Mu. Amin.

Sumber: http://www.obormedia.com/content/renungan-ziarah-batin-2013-3

Kamis, 28 November 2013

Kesaksian Iman Ahok di Acara Mata Najwa

Ahok di Acara Mata Najwa
Beberapa malam lalu di acara TV Mata Najwa ada Ahok diwawancara dan dia cerita soal YESUS dan Barabas.

Ahok lagi kesaksian tentang godaan dia saat dia sebenarnya sudah harusnya menang, karena jumlah suaranya dia sebenarnya lebih banyak, cuma ada oknum-oknum tertentu yang minta uang Rp 5 M sama dia dan turun terus jadi akhirnya Rp 3,2 M, supaya dia bisa jadi Gubernur, teman-temannya si Ahok bilang "Udah gue yang bayarin..itu kan bukan dosa..dosa putih, karena memang sebenarnya kamu yang menang dan berhak jadi Gubernur",

Ada pergumulan saat itu dan Ahok sempet emosi dan mau bayarin..tapi saat dia cerita sama istrinya..dengan santai istrinya menjawab:"Terserah kamu aja, Pilih mau jadi YESUS atau jadi Barabas". Terus si Najwa Shihab-nya nanya, "Sory, saya 'gak menangkap maksudnya..apa hubunganya?"

Si Ahok jelasin "Iya..dalam kepercayaan saya, Nabi ISA (YESUS KRISTUS) kan waktu itu di voting dan disandingkan bersama Barabas (penjahat, pembunuh, dan lain sebagainya), mengenai siapa yang dibebaskan, tapi karena rakyat Yahudi benci YESUS..akhirnya Barabas yang dibebaskan,". 

Dan Ahok memilih untuk jadi YESUS..daripada harus menang dengan cara-cara gak sesuai ALKITAB.. Ahok bilang; "Saya kan udah disumpah untuk melayani Rakyat.. jadi kalo saya sekarang bekerja melayani kebutuhan Rakyat, 'gak usah dapat penghargaan..wong emang kerja saya harus seperti itu.." 

Dan satu lagi topik yang bikin seru..si Ahok bilang, "Saya udah info sama istri saya, kalo saya sampai dibunuh karena memperjuangkan kebenaran.. kalo mayat saya ketemu.. tolong dipulangkan dan dikubur ke Belitung.. tapi di atas batu nisan tolong di tulis "Bagi saya..hidup adalah KRISTUS dan Mati adalah Keuntungan"..karena bagi saya, mati saat memperjuangkan kebenaran dan keadilan sosial..berarti saya beruntung bisa mati pada saat saya melakukan hal yang benar.

Wow..amazing bukan..?!! Banyak anak-anak TUHAN YESUS yang takut dan malu menyebut nama YESUS apalagi di depan umum..

Mari..sudah saatnya anak-anak TUHAN YESUS tampil keluar membela kebenaran dan keadilan... dimanapun anda berada dan apapun talenta/pekerjaan yang telah TUHAN berikan kepada Anda. GOD BLESS YOU AHOK GOD BLESS INDONESIA GOD BLESS ALL OF US.

Video: www.youtube.com/watch?v=D2HqeOraczg

Paus Fransiskus Mengeluarkan Eksortasi Apostolik: Evangelii Gaudium

Jumat, 28/11/2013
Paus Fransiskus telah mengeluarkan Eksortasi Apostolik pertamanya, Evangelii Gaudium (Kegembiraan Injil) pada Selasa.

Evangelii Gaudium adalah judul dokumen yang dipilih Paus Fransiskus, dengan menempatkan kegembiraan dalam perjumpaan dengan Kristus yang menjadi ciri khasnya setiap penampilan publik yang telah dilakukan selama ini.

Dokumen setebal 224 halaman itu menguraikan visi Paus tentang sebuah Gereja misionaris, yang memperbaharui struktur dan program Gereja untuk fokus pada misi evangelisasi dalam dunia modern.

Dalam dokumen itu, Paus berbicara tentang berbagai tema, termasuk evangelisasi, perdamaian, homiletik, keadilan sosial, keluarga, menghormati ciptaan, iman dan politik, ekumene, dialog antaragama, serta peran perempuan dan kaum awam dalam Gereja.

Paus Fransiskus terus-menerus menjadi perhatian media dengan keinginannya untuk merangkul dan berbagi imannya dengan semua orang.

Dalam dokumen itu, Paus menyerukan kepada semua orang Kristen untuk melakukan “revolusi dengan cara yang lembut” dengan membuka hati mereka setiap hari terhadap kasih Allah dan pengampunan.

Menurutnya, bahaya besar dalam masyarakat konsumen saat ini adalah “kesedihan dan penderitaan” yang diakibatkan oleh “hati yang rakus, mengejar kesenangan, dan hati nurani yang tumpul. “Setiap kali kehidupan batin kita menjadi terjebak dalam kepentingan diri sendiri,  tidak ada tempat lagi untuk orang lain, tidak ada ruang lagi bagi orang miskin.”

Ia mendesak peran yang lebih besar bagi kaum awam dan perempuan dalam Gereja,  terutama “dalam membuat keputusan.”

“Saya mengakui bahwa banyak perempuan berbagi tanggung jawab pastoral dengan imam, membantu untuk membimbing orang-orang, keluarga dan kelompok, serta menawarkan kontribusi baru untuk refleksi teologis,” tulis Paus.

Paus Fransiskus juga mengkritik sistem ekonomi global yang “tidak adil” saat ini, yang disebabkan oleh tirani pasar, spekulasi keuangan, korupsi dan penggelapan pajak.

Selain mengkritik sekularisasi yang telah mengikis nilai-nilai etika, yang mengakibatkan disorientasi dan kedangkalan, Paus juga menyoroti pentingnya perkawinan dan hubungan keluarga yang langgeng.

Kembali ke visinya tentang Gereja yang miskin dan untuk orang miskin, Paus mendorong kita untuk memberi perhatian khusus terhadap orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk tunawisma,  pengungsi, masyarakat adat, lansia, migran, dan korban perdagangan.

Akhirnya, dokumen itu juga fokus pada tema mempromosikan perdamaian, keadilan dan persaudaraan, melalui dialog yang baik dan hormat dengan semua orang dari semua agama maupun tak beragama. Membangun hubungan yang lebih baik dengan orang Kristen lainnya, Yahudi dan Muslim, dengan semua orang untuk mempromosikan perdamaian dan memerangi fundamentalisme.

Sumber: Pope Francis releases his first Apostolic Exhortation: Evangelii Gaudium

(Dikutip dari: http://indonesia.ucanews.com/2013/11/28/paus-fransiskus-mengeluarkan-eksortasi-apostolik-evangelii-gaudium/)

Renungan Harian (Kamis, 28 November 2013)

Pekan Biasa xxxiv (H)
SP Maria Tak Bernoda dr Medali Wasiat; St. Yakobus dr Persia;
St. Virgilius; St. Fransiskus – Antonius Fasami


“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan pen­jara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesem­patan bagimu untuk ber­saksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. 

Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”

Renungan
Dalam sebuah wawancara tes masuk sebuah fakultas di sebuah universitas negeri di Jakarta, seorang calon mahasiswa ditanya, ”Kamu keturunan atau bukan, kamu agamanya apa?”Si calon mahasiswa mensharingkan pengalamannya bahwa ia secara sadar dan dengan sengaja mengingkari data tentang dirinya. Ia tidak mengakui bahwa dirinya adalah keturunan Chinese dan ia tidak mengakui bahwa ia adalah Katolik. Alasannya sederhana, pertanyaan dalam wawancara itu tidak relevan karena seharusnya terkait dengan kompetensi dan profesionalisme. Maka, buat dia kebohongan yang ia buat tidak ada kaitannya sama sekali dengan iman dia sebenarnya.

Kita kadangkala dihadapkan pada situasi di mana kita harus mengalami perlakuan tidak adil karena keyakinan dan iman yang kita miliki. Dalam arti tertentu memang terjadi banyak kasus dimana keyakinan agama justru digunakan untuk mendiskriminasi sesama. Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam Injil hari ini bahwa ternyata menjadi pengikut Yesus memiliki konsekuensi-konsekuensi yang tidak mudah dalam hidup bermasyarakat. Kadangkala hal yang sama bisa terjadi sebaliknya. Di mana Kristianitas menjadi agama mayoritas, bisa jadi kita pun justru mendiskriminasi dan memojokkan yang minoritas.

Yesus memberi kita suatu kekuatan bahwa kita seharusnya tidak boleh takut terhadap segala sesuatu. Allah sendirilah yang akan memberi kekuatan. Idealnya adalah entah sebagai mayoritas ataupun minoritas, kita tetap harus mengedepankan kedamaian dan kesejahteraan bersama.

Doa: Tuhan, berilah aku kekuatan untuk tabah menghadapi aneka konsekuensi dari menjadi pengikut-Mu, berilah aku rahmat untuk selalu menghadirkan damai kepada semua orang. Amin.

Sumber: http://www.obormedia.com/content/renungan-ziarah-batin-2013-3

Rabu, 27 November 2013

Sidang KWI: Perangi Narkoba dan Ikut Pemilu!

Penutupan Sidang: Mgr Aloysius Sudarso SCJ menyampaikan pesan para uskup dalam perayaan Ekaristi penutupan Sidang KWI di Gereja Paroki Kristus Raja Pejompongan. - See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/11/25/sidang-kwi-perangi-narkoba-dan-ikut-pemilu#sthash.N64mVL6Q.dpuf
Mgr Aloysius Sudarso SCJ menyampaikan pesan para uskup dalam perayaan Ekaristi penutupan Sidang KWI di Gereja Paroki Kristus Raja

Senin, 25 November 2013 17:26 WIB 
HIDUPKATOLIK.com - Para uskup menutup agenda sidang tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dengan mengajak umat untuk memerangi narkoba dan terlibat aktif dalam Pemilu 2014.

Sidang KWI 2013 yang mengambil tema Gereja Menyikapi Agenda Politik Bangsa dan Masalah Kejahatan Narkoba ditutup dengan perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Kristus Raja Pejompongan, Kamis malam, 14/11. Ekaristi dipimpin Ketua Presidium KWI Mgr Ignatius Suharyo.

Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ yang didapuk berkotbah, menyampaikan dua pesan bagi umat Katolik di Indonesia. Pertama, para uskup mengajak umat untuk memerangi peredaran narkotika dan obatobatan berbahaya (narkoba) yang sudah merusak sendisendi kehidupan bangsa. Selain itu, para uskup juga meminta umat agar turut memberi perhatian kepada panti rehabilitasi narkoba. “Dalam kasus narkoba yang paling dirugikan adalah korban. Maka berilah perhatian khusus terhadap panti rehabilitasi. Kita semua harus ikut terlibat!” kata Mgr Sudarso.

Kedua, menjelang Pemilu 2014, kata Mgr Sudarso, para uskup mengimbau agar umat Katolik terlibat aktif dalam Pemilu. Para uskup berharap, umat Katolik menjatuhkan pilihan secara cerdas. “Pilihlah calon yang memperhatikan dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Untuk menegaskan pesan itu, para uskup mengeluarkan Surat Gembala menyambut Pemilu 2014 berjudul Jadilah Pemilih Cerdas Dengan Berpegang Pada Hati Nurani. Surat Gembala ini akan dikeluarkan pada awal tahun 2014. Selain itu, para uskup juga menulis Surat Gembala bertajuk Jadilah Pembela Kehidupan, Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba. Bersama dengan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), para uskup mengeluarkan Pesan Natal Bersama 2013: Datanglah, ya, Raja Damai.

Peduli Seminari
Di sela-sela sidang tahunan KWI, sebanyak 25 uskup mengikuti perayaan Ekaristi yang diadakan Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari (Gotaus) di Gereja Paroki Kristus Salvator Slipi, Jakarta Barat, Minggu, 10/11. Acara ini rutin digelar untuk menggalang dana bagi pendidikan para calon imam di seminari-seminari. Perayaan Ekaristi dipimpin Uskup Tanjungkarang Mgr Yohanes Harun Yuwono.

Uskup yang baru pertama kali mengikuti sidang para uskup ini mengucapkan terima kasih kepada umat yang telah memberikan bantuan serta perhatian kepada pendidikan di Seminari. “Para uskup memang tidak memiliki anak, maka berikan dan doronglah anak bapak dan ibu untuk kami didik menjadi imam,” ujar Mgr Harun.

Aprianita Ganadi
Laporan: Ag. Suprimanto/Yanuari Marwanto

Renungan Harian (Rabu,27 November 2013)

Pekan Biasa xxxiv (H)
SP Maria Tak Bernoda dr Medali Wasiat; St. Yakobus dar Persia;
St. Virgilius; St. Fransiskus – Antonius Fasami
Bacaan I    : Dan. 5:1-6.13-14.16-17.23-28
Mazmur    : Dan. 3:62,63,64,65,66,67;
Bacaan Injil    : Luk. 21:12-19


“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan pen­jara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesem­patan bagimu untuk ber­saksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”

Renungan
Dalam sebuah wawancara tes masuk sebuah fakultas di sebuah universitas negeri di Jakarta, seorang calon mahasiswa ditanya, ”Kamu keturunan atau bukan, kamu agamanya apa?” Si calon mahasiswa mensharingkan pengalamannya bahwa ia secara sadar dan dengan sengaja mengingkari data tentang dirinya. Ia tidak mengakui bahwa dirinya adalah keturunan chinese dan ia tidak mengakui bahwa ia adalah Katolik. Alasannya sederhana, pertanyaan dalam wawancara itu tidak relevan karena seharusnya terkait dengan kompetensi dan profesionalisme. Maka, buat dia kebohongan yang ia buat tidak ada kaitannya sama sekali dengan iman dia sebenarnya.

Kita kadangkala dihadapkan pada situasi di mana kita harus mengalami perlakuan tidak adil karena keyakinan dan iman yang kita miliki. Dalam arti tertentu memang terjadi banyak kasus dimana keyakinan agama justru digunakan untuk mendiskriminasi sesama. Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam Injil hari ini bahwa ternyata menjadi pengikut Yesus memiliki konsekuensi-konsekuensi yang tidak mudah dalam hidup bermasyarakat. Kadangkala hal yang sama bisa terjadi sebaliknya. Di mana Kristianitas menjadi agama mayoritas, bisa jadi kita pun justru mendiskriminasi dan memojokkan yang minoritas.

Yesus memberi kita suatu kekuatan bahwa kita seharusnya tidak boleh takut terhadap segala sesuatu. Allah sendirilah yang akan memberi kekuatan. Idealnya adalah entah sebagai mayoritas ataupun minoritas, kita tetap harus mengedepankan kedamaian dan kesejahteraan bersama.

Doa: Tuhan, berilah aku kekuatan untuk tabah menghadapi aneka konsekuensi dari menjadi pengikut-Mu, berilah aku rahmat untuk selalu menghadirkan damai kepada semua orang. Amin.

Sumber: http://www.obormedia.com/content/renungan-ziarah-batin-2013-3

Selasa, 26 November 2013

Sekilas Tentang Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM

Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM
Lahir pada tanggal 17 Mei 1962 di Ranggu, Keuskupan Ruteng di Pulau Flores, NTT, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM menyelesaikan pendidikanya di Seminari Menengah St. Pius di Kisol. Begitu selesai, Mgr. Paskalis lalu melanjutkan studi mengarah ke panggilan imamatnya dengan masuk menjadi anggota Ordo Saudara Hina Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM) di Papringan, Yogyakarta tahun 1981.

Bersama Pastur Dr Peter Aman OFM, Pastur Robby Wowor OFM, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM mulai belajar filsafat dan sedikit mencicipi teologi di STF Driyarkara Jakarta pada tahun 1983 dan lulus sarjana muda (BA) filsafat tahun 1987 bersama sejumlah rekan mahasiswa dari kalangan Jesuit seperti Romo AM Roni Nurhayanto SJ, Romo Dr Baskara Tulus Wardaya SJ, Romo Eduard Ratu Dopo SJ, Romo Herman Tjahja SJ, dan beberapa frater diosisan (praja) dari KAJ lainnya.

Beberapa tahun kemudian usai menjalani tahun-tahun orientasi pastoral, Mgr Paskalis melanjutkan studi teologinya di Fakultas Teologi Wedhabakti Universitas Sanata Dharma di Kampus Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Mengucapkan kaul kekalnya sebagai anggota OFM pada tanggal 22 Juni 1989 dan menerima tahbisan imamatnya pada tanggal 2 Februari 1991.

Sebagai imam muda, Mgr Paskalis menjalani tugas pastoral di kawasan Moanemani, Keuskupan Agung Jayapura di Papua tahun 1991-1993 dan kemudian ditugaskan   belajar spiritualitas di Roma kurun waktu tahun 1993-1996.

OFM Provinsi Indonesia kemudian menugasi Mgr Paskalis sebagai magister novis untuk para frater calon OFM di Novisiat OFM di Depok, Kabupaten Bogor kurun waktu 1996-2001. Berikutnya dia menjadi semacam pastur pendamping frater-frater di komunitas OFM sekaligus menjadi anggota Dewan Provinsi OFM Indonesia dan berikutnya menjadi Provinsial OFM Provinsi Indonesia kurun waktu 2001-2009.

Selepas dari jabatannya sebagai Provinsial OFM di Indonesia, Mgr. Paskalis dipanggil tugas ke Roma untuk menduduki pos penting sebagai definitore generale di “markas besar OFM” di Roma untuk urusan wilayah Asia dan Oceania.

Saat Bapa Suci Paus Fransiskus resmi mengumumkan penunjukan dirinya sebagai Uskup baru untuk Diosis/Keuskupan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM masih bertugas di Generalat OFM di Roma.

Mgr  Paskalis Bruno Syukur OFM akan menggantikan Mgr Dr Cosmas Michael Angkur OFM  sebagai Uskup baru untuk Diosis Bogor.

Sumber:http://www.sesawi.net/2013/11/21/sepintas-tentang-mgr-paskalis-bruno-syukur-uskup-baru-keuskupan-bogor/

Memahami dan Memaknai Masa Adven

Korona Adven
1. Beberapa Pengertian
Kata ‘adven’ berasal dari kata Latin ‘adventus’ yang berarti kedatangan. Maka  ‘masa adven’ berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Masa adven berlangsung selama 4 minggu, yakni dari Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV.

2. Perkembangan Tradisi Adven
Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.

Pada tahun 380-381, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. 

Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.

3. Tradisi Adven
Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja Timur untuk mempersiapkan  Epifani, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.

Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.

Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah); selain itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah.

Apa makna dari Korona Adven tersebut?  Korona Adven adalah simbol yang mau menunjukkan pesan-pesan tertentu, yakni:
a. Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.

b. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan simbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tahan pada bermacam-macam musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin. Ungkapan pengharapan yang tanpa akhir bagi kita.

c. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban; warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi juga pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan tanda cinta kasih.

d. Lilin juga sebagai simbol terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu .

e. Selain Korona Adven, Gereja Katolik juga tidak mengumandangkan madah kemuliaan atau Gloria; madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2, 14). Madah ini akan dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau umat Katolik merayakan Natal pada masa adven.

Mari kita memasuki masa Adven dengan penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi. Sehingga kita semakin layak menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan memberkati.(Diolah dari berbagai sumber)

Susunan Dewan Pastoral Paroki

Tuhan, apa yang Engkau kehendaki kami perbuat?
Susunan Dewan Pastoral Paroki
Pater Taucen Hotlan Girsang, OFM, Ketua DPP
Pater Stanislaus Agus Haryanto, OFM, Wakil Ketua DPP
Bpk Apolinaris Tumpak Gultom, Wakil Ketua I; Domisili: Sta. Brigitta
Bpk Anzelmus Apri Hartana, Wakil Ketua II; Domisili: St. Thomas Aquinas
Bpk Yohanes Hermawan Widiyanto, Sekretaris I; Domisili: St. Agustinus
Ibu Paula Soedira, Sekretaris II; Domisili: St. Laurensius
Bpk Richard Joanes Makalew, Bendahara I; Domisili: Sta. Brigitta
Bpk Ignatius Subagiya, Bendahara II; Domisili: St. Gregorius
Bpk Bonifasius Galis, Koord. Seksi Liturgi; Domisili: St. Christophorus
Bpk Andreas Muhammad Sirad, Koord. Seksi Kitab Suci ; Domisili: St. Fransiskus Asisi
Bpk F.X. Sigit Wijono, Anggota Seksi Kitab Suci;Domisili: St. Christophorus.
Bpk Richard Elling Hindyarwan, Koord. Seksi Katekese; Domisili: St. Yosep.
Ibu Maria Melania Kusmawati,Koord. Seksi BIA; Domisili: St. Agustinus
Ibu Veronika Dwi Kurnia Sari, Koord. Seksi BIR; Domisili: St. Thomas Aquinas.
Bpk Antonius Herry Cahyana, Koord. Seksi Kerasulan Keluarga; Domisili: Sta. Brigitta
Ibu Yosephine Alexandra Duhita Laksmiwati, Anggota Sie Kerasulan Keluarga; Domisili: Sta. Brigitta
Ibu Agustina Widodo, Koord. Seksi PSE; Domisili: St. Ignatius Loyola
Bpk Petrus Roi Mukin, Koord. Seksi Kepemudaan; Domisili: St. Bonaventura
Bpk Reimandus Purba, Koord. Seksi Pendidikan; Domisili: Sta. Maria Magdalena
Bpk Servulus Laut Sihotang, Koord. Seksi HAK; Domisili: St. Fransiskus Asisi
Bpk Yohanes Suratno, Anggota Seksi HAK; Domisili: St. Fransiskus Asisi
Ibu Maria Enny Ruswanti, Koord. Seksi JPIC; Domisili: St. Thomas Aquinas
Bpk Antonius Harianto, Koord. Seksi Rumah Tangga; Domisili: St. Bonaventura
Bpk Antonius Mardjuki, Anggota Seksi Rumah Tangga; Domisili: Sta. Elizabeth
Bpk Thomas Yerry Alan Soedira, Anggota Seksi Rumah Tangga; Domisili: St. Agustinus
Bpk F.X. Artha Agung , Koord. Seksi Panggilan; Domisili: St. Christophorus
Bpk Darius Leka Lawo, Koord. Seksi Komsos; Domisili: St. Laurensius

DEWAN KEUANGAN PAROKI
Ibu Johana Fransisca Sri Suparni, Sekretaris DKP; Domisili: St. Cesilia
Ibu Rosalina Endang Jempormasse, Bendahara DKP; Domisili: St. Ignatius Loyola
Ibu GM Esteriyana, Anggota DKP; Domisili: St. Alfonsus
Bpk Budi Karyo, Anggota DKP; Domisili: St. Elizabeth
Bpk Stephanus X Furuhitho, Anggota DKP; Domisili: St. Agustinus
Bpk YL Purnomo Wijanarko, Anggota DKP; Domisili: St. Bonaventura

KETUA WILAYAH
Bpk Agustinus Teddy, Ketua Wilayah I; Domisili: St. Alfonsus
Bpk Paulus Lukman, Ketua Wilayah II; Domisili: Sta. Brigitta
Bpk Yohanes Adi Parwo, Ketua Wilayah III; Domisili: St. Ignatius Loyola
Bpk F.X. Wasijo, Ketua Wilayah IV; Domisili: St. Laurensius
Bpk Y. Sukiyan, Ketua Wilayah V; Domisili: St. Fransiskus Asisi
Bpk Yustinus Jayadi, Ketua Wilayah VI; Domisili: St. Antonius Padua
Bpk Agustinus Line Subiyanto, Ketua Wilayah VII; Domisili: St. Norbertus

KETUA LINGKUNGAN
Bpk Anicetus Damar Aji, Ketua Lingkungan St. Alfonsus
Bpk A. Bambang J. Sumitro, Ketua Lingkungan St. Cisilia
Bpk Andreas Petrus Nova Chrisnantoro, Ketua Lingkungan St. Thomas Aquinas
Bpk Yohanes Kho Hang Shing, Ketua Lingkungan St. Brigita
Bpk Yohanes Kadiman, Ketua Lingkungan St. Bonaventura
Bpk Barnabas Totok Indriyanto, Ketua Lingkungan St. Agustinus
Bpk Fransiskus Xaverius Marjono, Ketua Lingkungan St. Laurensius
Bpk Antonius Setyajati, Ketua Lingkungan St. Gregorius
Bpk Agustinus Sudir Inu Menggolo, Ketua Lingkungan St. Ignatius Loyola
Bpk Yohanes Tuarsin, Ketua Lingkungan St. Christophorus
Bpk Ignatius Narastradi, Ketua Lingkungan St. Norbertus
Ibu Lusia Mugiyati, Ketua Lingkungan St. Maria Magdalena
Bpk Yusuf Selamet Riyadi, Ketua Lingkungan St. Antonius Padua
Bpk Barnabas Siswanto, Ketua Lingkungan St. Theresia; Domisili
Bpk Philipus Suramto, Ketua Lingkungan St. Elisabeth
Bpk Antonius Adi Siswoyo, Ketua Lingkungan St. Fransiskus Assisi
Bpk Nobertus Danun, Ketua Lingkungan St. Yosef

(Sumber:http://parokistpaulusdepok.blogspot.com/p/susunan-dewan-pastoral-dan-keuangan.html)

 

Jadwal Misa Kudus Gereja Santo Paulus Depok

Romo Tauchen
Jumat I : Pukul 19.00 WIB
Sabtu : Pukul 17.30 WIB
Minggu : Pukul 06.00 WIB; 08.00 WIB; 17.30 WIB

Kapel Susteran ADSKJl. Margonda Raya No. 23 A Depok. Tel. (021) 786-3277
Harian Pukul: 05.30 WIB

Kapel Novisiat OFM
Jl. Kamboja No. 14 Depok 16431. Tel. (021) 777-3467
Harian Pukul 06.40 WIB

PASTOR PAROKI ST. PAULUS DEPOK
RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM (Pastor Kepala)
RP. Stanislaus Haryanto, OFM 
RP. Urbanus Kopong, OFM

(Sumber: http://parokistpaulusdepok.blogspot.com/p/jadwal-misa-kudus.html)

Renungan Harian (Selasa,26 November 2013)

Pekan Biasa XXXIV (H)
St. Yohanes Berchmans; St. Silvester Gozzolini;
St. Leonardus a Porto Mauritio; St. Sarbel Maklouf
Bacaan I: Dan. 2:31–45
Mazmur: Dan. 3:57,58,59,60,61
Bacaan Injil: Luk. 21:5–11

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: ”Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: ”Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: ”Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Ia berkata kepada mereka: ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”

Renungan
Banyak kisah nyata di mana ada ajaran sesat yang mengajak orang untuk mati bunuh diri karena meyakini sebentar lagi akan datang hari kiamat. Ada lagi ramalan-ramalan yang menakut-nakuti orang dengan mengungkapkan tanda-tanda bahwa hari kiamat sudah semakin nyata di depan mata. Terhadap semua isu itu, hendaknya kita mengingat teks yang hari ini kita baca dari Injil Lukas: ”Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.”

Mungkin sikap paling baik adalah memasrahkan hidup kita setiap saat. Kapan pun itu terjadi bukanlah suatu masalah. Tugas kita hanyalah hidup setiap hari dengan baik karena toh cepat atau lambat hidup kita akan berakhir juga dari dunia ini. Ada banyak hal yang tidak bisa kita prediksi dalam hidup ini. Jangankan soal kedatangan Yesus yang kedua, kadangkala untuk memprediksi apa yang akan terjadi esok hari pun kita tak bisa mengetahuinya. Hari-hari kita dipenuhi oleh misteri dan ketidakpastian, tugas kita adalah menyelesaikan tugas hidup yang menjadi tanggung jawab kita sebaik-baiknya setiap hari.  Ada orang-orang yang tidak bisa memprediksi apakah mereka besok masih bisa makan atau tidak, namun mereka memiliki keyakinan, kesusahan hari ini biarlah untuk hari ini. Mereka yakin Tuhan terus memelihara mereka. Ini adalah cara menjalani hidup yang sangat sederhana. Entah kapan mau datang hari kiamat itu, aku  sudah siap hari ini, esok atau entah kapan.

Doa: Tuhan, ajarlah aku setiap hari untuk memasrahkan hidupku ke dalam tangan-Mu. Apa pun yang terjadi, aku serahkan, ya Tuhan. Amin.

Sumber: http://www.obormedia.com/content/renungan-ziarah-batin-2013-2

Senin, 25 November 2013

Renungan Harian (Senin,25 November 2013)

Yesus melihat persembahan janda miskin
Sta. Katarina dr Aleksandria;
B. Elisabet dr Reute
Bacaan I    : Dan. 1:1–6.8–20
Mazmur    : Dan. 3:52,53,54,55,56;
Bacaan Injil    : Luk. 21:1–4

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”

Renungan
Belakangan ini ada begitu banyak orang Katolik bertanya tentang persepuluhan. Apakah orang Katolik wajib melakukannya? Ketika ditanya demikian ada orang katolik yang menjawab dengan mengatakan para pastor wajib menyisihkan 20% dari apa yang ia terima dan harus digunakan untuk membantu sesama yang kesulitan. Jadi, bukan lagi persepuluhan melainkan perduapuluhan. Maksudnya adalah jangan pernah kita mengukur persembahan kita berdasarkan kewajiban hukum ataupun berdasarkan besarnya jumlah. Gereja Katolik mengajak umatnya untuk memberikan persembahan yang mengalir dari hati dan kerelaannya.

Yesus mengamati dengan cermat dua orang yang memasukkan uang ke kotak persembahan di Bait Allah. Tentu sumbangan si orang kaya jauh lebih besar daripada sumbangan si janda miskin, namun Yesus lebih memuji si janda miskin karena dia memberi dari kekurangannya, artinya memberikan seluruh dirinya.

Injil hari ini ingin mempertegas bahwa di hadapan Tuhan yang lebih penting adalah persembahan diri yang utuh dan tulus kepada-Nya. Segala bentuk persembahan yang lain biasanya akan mengalir dari persembahan diri itu.

Setiap orang bisa melakukan persembahan dalam bentuk apa pun. Ada yang memang dikaruniai rezeki banyak, ia bisa mempersembahkan itu untuk karya pelayanan Gereja. Namun, ada juga orang yang mempersembahkan keahliannya, mempersembahkan waktunya, dan bentuk-bentuk lainnya. Semua itu akan berkenan kepada Tuhan bila mengalir dari hati yang tulus.

Doa:
Tuhan, bukalah hatiku untuk mampu mempersembahkan diriku kepada-Mu dan mem­berikan yang terbaik dari yang aku miliki. Amin. 

Sumber: www.obormedia.com/.../renungan-ziarah-batin-2013

Renungan Harian (Minggu, 24 November 2013)

Kristus Raja Semesta Alam
Pekan Biasa XXXIV - HR Kristus Raja Semesta Alam (P)
St. Andreas Dung Lac, Im.dkk.Mrt. Vietnam
St. Krisogonus; St. Vinsensius Liem; St. Ignasius Delgado;
St. Dominikus An-Kham
Bacaan I    : 2Sam. 5:1–3
Mazmur    : 122:1–2.4–5; R:1
Bacaan II    : Kol. 1:12–20
Bacaan Injil    : Luk. 23:35–43

Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin meng­ejek Dia, katanya: ”Orang lain Ia selamat­kan, biarlah sekarang Ia menyelamat­kan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: ”Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: ”Inilah raja orang Yahudi”.

Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: ”Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ”Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Renungan
Hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Menurut Kalender Liturgi, inilah akhir dari tahun liturgi kita dan minggu berikutnya kita akan memulai tahun liturgi yang baru dimulai dengan Minggu Adven I.

Secara manusiawi, yang namanya raja selalu berkuasa, menang, memiliki banyak pasukan, dan bisa melakukan apa pun. Akan tetapi, ironis sekali bahwa kita merayakan Hari Raya Kristus sebagai Raja Semesta Alam justru dihadapkan dengan kisah Yesus yang dimahkotai duri di kayu salib dan diolok-olok. Kematian di kayu salib adalah kematian yang konyol dan rendah.

Semua pihak mengolok-olok: ”orang lain ia selamatkan, biarlah Ia menyelamatkan dirinya sendiri!” Yesus tampak sebagai raja yang tak berdaya.
Namun, pada bagian akhir hidup-Nya, Yesus justru menganugerahkan suatu karunia yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun. Yesus menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa, yaitu Ia menganugerahkan Kerajaan Surga kepada penjahat di sebelah kanan yang mau bertobat dan menyembah-Nya.

Pada momen inilah mari kita merenungkan bahwa secara duniawi tampaknya hidup Yesus kalah oleh kekuatan-kekuatan jahat yang sejak awal karyanya mengincar diri-Nya. Kehadiran Yesus ke dunia ini bukan untuk membangun suatu kesuksesan, kemakmuran dan kekuasaan dunia. Ia ingin mengajak kita masuk dalam Kerajaan-Nya bersama Bapa.  Maka, kalau kita sering mengeluh tentang betapa beratnya salib hidup kita di dunia, mari kita tengok salib Tuhan kita. Ia telah lebih awal menjalani salib itu. Yang Tuhan janjikan bukan kemuliaan duniawi, namun kemuliaan surgawi.

Doa: Tuhan, bantulah aku memanggul salib kehidupanku agar aku bisa menerima rahmat Kerajaan Surga sebagaimana Kauanugerahkan kepada penjahat yang bertobat itu. Amin.

Sumber:
www.obormedia.com/.../renungan-ziarah-batin-2013

Renungan Harian (Sabtu,23 November 2013)

Yesus bersama orang Saduki
Pekan Biasa XXXIII (H)
St. Klemens I, Paus; St. Kolumbanus;
B. Mikhael Agustinus Pro
Bacaan I    : 1Mak. 6:1-13
Mazmur    : 9:2-3.4.6.16b.19; R:16a
Bacaan Injil : Luk. 20:27-40

Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:“Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan istrinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.

Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”

Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.

Renungan
Kapan persisnya usia manusia akan berakhir, kita tidak akan pernah mengetahuinya. Ada yang bisa awet tua sampai usia 90-an  lebih,  namun  ada yang harus  meninggal dunia  pada usia muda bahkan  saat  masih anak-anak. Hidup manusia selalu dipenuhi dengan misteri.

Persoalan  bertambah rumit  ketika  kita bertanya,  apa yang terjadi  dengan tubuh manusia setelah kita mati? Gereja Katolik percaya akan adanya  kebangkitan badan.  Namun, bukan dalam arti bahwa tubuh fisik kita akan persis sama dengan tubuh fisik kita dalam kehidupan yang akan datang. Yesus mengatakan bahwa di surga tidak ada yang kawin dan dikawinkan  karena kita akan sama seperti  para malaikat. Menurut Rasul Paulus, tubuh manusiawi kita diubah secara radikal, kita akan  mengenakan tubuh yang sama sekali baru.

Akan tetapi, rahmat kebangkitan badan  pada kehidupan yang akan datang  tersebut hanya dapat  kita terima  kalau kita mulai mempersiapkannya sejak saat ini. Perbuatan-perbuatan kita selama di dunia akan dihakimi dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Mari kita persiapkan kehidupan kita di ”masa depan” sejak saat ini.

Doa: Tuhan, berilah aku kebijaksanaan untuk mengatur hari-hari hidupku agar aku beroleh rahmat kebangkitan badan bersama Engkau nantinya. Amin.
Sumber: www.obormedia.com/.../renungan-ziarah-batin-2013

Jumat, 22 November 2013

Bapa Suci Angkat Pastor Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai Uskup Bogor

Pastor Paskalis Bruno Syukur OFM
November 22, 2013 12:38 am

Paus Fransiskus menerima permohonan pengunduran diri Uskup Cosmas Michael Angkur OFM dari reksa pastoral Keuskupan Bogor karena usia lanjut. Kitab Hukum Kanonik 401 § 1 menyebut, “uskup diosesan yang sudah genap tujuh puluh lima tahun, diminta untuk mengajukan pengunduran diri dari jabatannya kepada Paus, yang akan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan segala keadaan.”

Hari ini tanggal 21 November 2013, Bapa Suci mengangkat Pastor Paskalis Bruno Syukur OFM, Definitor General Ordo Saudara Hina Dina Fransiskan (OFM) di Roma sebagai Uskup Keuskupan Bogor.

Pastor Paskalis Bruno Syukur OFM lahir tanggal 17 Mei 1962 di Ranggu, Keuskupan Ruteng, Flores. Setelah menamatkan sekolah dasar, ia masuk Seminari Menengah Pius X Kisol, kemudian menyelesaikan studi filsafat di Fakultas Filsafat Driyarkara Jakarta. Masa novisiat atau studi teologi dijalankan di Yogyakarta.

Setelah mengucapkan kaul kekal tanggal 22 Januari 1989, ia ditahbiskan imam tanggal 2 Februari 1991.

Pastor Bruno Syukur OFM pernah berkarya di Paroki Moanemani, Keuskupan Jayapura, 1991-1993, kemudian studi di Universitas Kepausan Antonianum Roma (1993-1996) dan meraih diploma bidang Spiritualitas. Kembali dari Roma, imam itu berkarya sebagai master para novis OFM di Depok (1996-2001) dan kemudian sejak 1998 hingga 2001 menjadi Guardian Komunitas OFM di Depok dan Anggota Dewan Provinsi.

Pastor Bruno Syukur OFM pernah menjadi provinsial atau pemimpin umum OFM Provinsi Indonesia selama dua periode (2001-2009) dan sejak tahun 2009 menjadi Penasihat Umum OFM untuk Asia dan Oseania di Roma.(Paul C Pati)

Sumber: http://www.penaindonesia.org/2013/bapa-suci-angkat-pastor-paskalis-bruno-syukur-ofm-sebagai-uskup-bogor/

Renungan Harian (Jumat 22 November 2013)

Yesus Mengusir Pedagang di Bait Allah
Pekan Biasa XXXIII
Pw Sta. Sesilia, Prw. Mrt. (M)
St. Filemon, rekan kerja St. Paulus
Bacaan I    : 1 Mak. 4:36–37.52-59
Mazmur    : 1Taw. 29:10–11abc,11d–12a; R:13b
Bacaan Injil: Luk. 19:45–48
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulai­lah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

Renungan
Bait Allah adalah tempat yang suci di mana banyak orang datang untuk mempersembahkan kurban kepada Allah dan untuk mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan sebagaimana tertulis dalam Hukum Taurat. Ironisnya adalah justru bait Allah menjadi sarang penyamun dimana orang justru berdagang dengan harga yang sangat tinggi demi keuntungan pribadi. Lebih gila lagi adalah, bait Allah justru menjadi tempat bagi musuh-musuh Yesus untuk merancang rencana jahat membunuh-Nya.

Mari kita berefleksi tentang kemunafikan. Penyakit rohani yang paling kronis adalah kemunafikan. Kelihatan dari luar indah dan bagus, namun sebetulnya kita memiliki begitu banyak borok yang kita sembunyikan. Yesus dengan tegas selalu mengkritik orang Farisi dan Ahli Taurat tentang kemunafikan. Ada istilah lain, misalnya kosmetika rohani. Kegiatan-kegiatan rohani kadangkala hanya sebagai topeng untuk menyembunyikan hal-hal buruk yang kita lakukan di luar sana. Bisa juga ini disebut sebagai paham ateisme praktis. Di dalam gedung ibadah kita berkata ”I love You, Lord!” dan memuji-muji Tuhan, namun dalam kehidupan praktis sehari-hari kita sama sekali tidak mengingat Tuhan apalagi menjalankan perintah-perintah-Nya.

Di sinilah titik penting perjuangan iman kita. Kita ditantang untuk melaksanakan nasihat ini: Hendaknya apa yang kauimani, kauajarkan, dan apa yang kauajarkan kaulaksanakan!

Doa: Tuhan, ampunilah aku bila aku sering kali menjadi manusia yang munafik, tidak sungguh-sungguh mencintai Engkau. Amin.

Sumber:www.obormedia.com/.../renungan-ziarah-batin-2013

Renungan Harian (Kamis 21 November 2013)

Yesus menangis di kota Yerusalem
Pekan Biasa XXXIII
Pw Maria Dipersembahkan kepada Allah (P)
St. Nikolo Giustiniani
Bacaan I    : 1Mak. 2:15–29
Mazmur    : 50:1–2.5–6.14–15; R:23b
Bacaan Injil    : Luk. 19:41–44


Ketika Yesus telah dekat [Yerusalem] dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ”Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”

Renungan
Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menangisi kota Yerusalem. Kota Yerusalem bagi banyak orang adalah kota kemenangan, simbol kekuasaan. Namun, Yesus melihat Yerusalem secara berbeda. Para murid-Nya ketika memasuki kota Yerusalem mungkin barharap bahwa Yesus sebentar lagi mengalahkan semua musuh-Nya dan bertakhta sebagai raja. Akan tetapi, Yesus melihat kota Yerusalem itu sebagai tempat di mana Dia akan memasuki penderitaan-Nya yang sangat ngeri lalu akhirnya dibunuh.

Yesus tetap mantap memasuki Yerusalem walaupun ada kegetiran dalam hati-Nya. Ia tetap masuk ke sana karena ketaatan kepada misi Bapa-Nya. Ia rela mati demi menyelamatkan seluruh umat manusia.

Setiap kita memiliki misi dalam hidup. Kadangkala misi itu tidak selamanya misi yang indah dan membahagiakan. Kerap kali justru kita harus menjalankan suatu tugas yang berat, tidak enak dan menyakitkan. Dan banyak dari kita kadangkala memilih tugas kalau bisa yang enak-enak saja. Belum lama ini beberapa orang pergi bersama-sama untuk menjadi tenaga sukarelawan di beberapa panti yang menampung orang-orang miskin, cacat dan terbuang.

Banyak dari mereka yang memilih pergi ke tempat anak-anak bayi karena tempatnya bersih dan ringan tugas di sana. Sebagian menolak datang ke tempat orang cacat ganda untuk bertugas memandikan orang cacat itu.

Mari kita belajar untuk berani menjalankan tugas apa pun yang diserahkan kepada kita walau kadang tugas tersebut adalah tugas yang tidak kita inginkan dan tidak membahagiakan kita.

Doa: Tuhan, semoga aku memiliki kualitas hidup yang sudah diajarkan oleh Putra-Mu, Yesus, yaitu berani taat sampai akhir menjalankan misi hidupku di dunia. Amin.

Sumber: www.obormedia.com/.../renungan-ziarah-batin-2013

Rabu, 20 November 2013

Berjuang 23 Tahun Dapatkan IMB, Lahan Paroki St Bernadet Tetap Digembok Massa Intoleran

Kegiatan jemaat Paroki St Bernadette, Februari 2013 lalu. 
(Tangerang Selatan  23/09/2013) --Mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB) setelah 23 tahun berjuang ternyata tidak menghentikan masalah yang dihadapi Paroki St Bernadet untuk mendirikan gereja bagi sekitar 11.000 jemaatnya.

"Sekelompok orang yang mengatasnamakan warga berdemonstrasi menentang pembangunan gereja kami hari Minggu pagi kemarin," kata Pastor Paulus Dalu Lubur padaBeritasatu, Senin (23/9).

Ratusan orang mengenakan baju putih dan ikat kepala merah, Minggu (22/9), berdemonstrasi di depan lahan milik paroki di kompleks Tarakanita, Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Selatan, yang rencananya akan dibangun gereja untuk menampung 11.000 umat yang selama ini beribadah di enam tempat terpisah. Mereka menggembok paksa pagar gereja.

"Saya percaya mereka yang datang kemarin mayoritas, atau tidak seratus persen warga di situ. Kami sudah mendapatkan dukungan dari beberapa ustaz, haji, dan pemuka masyarakat di sekitar lokasi rencana pembangunan gereja," kata Paulus.

Sebelum demonstrasi hari Minggu, ada yang mengedarkan surat ajakan ke warga setempat untuk berdemo. Alasannya adalah rumah ibadah tersebut melanggar Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri tentang Pendirian Rumah Ibadah, khususnya Pasal 13, terkait pendirian rumah ibadah yang harus didasarkan pada keperluan nyata dan berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat bersangkutan.

Pendemo juga menyatakan bahwa pembangunan gereja tersebut melanggar Pasal 14 dari SKB 2 Menteri tersebut tentang dukungan minimal 60 warga yang disahkan oleh lurah. Mereka juga mempermasalahkan penggunaan aula di kompleks Tarakanita sebagai tempat peribadatan sementara, serta mengkhawatirkan kemungkinan Kristenisasi bila gereja tersebut didirikan.

Terkait hal itu, Sekretaris Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Antonius Benny Susetyo mengatakan pada Beritasatu.com bahwa gereja tersebut sudah mendapatkan IMB pada 11 September 2013 dan baru akan memulai pembangunan.

"Gereja baru saja mendapat IMB. Masyarakat sekitar sudah menyetujuinya. Kita berharap agar aparat keamanan memberi jaminan rasa aman," kata Benny.

Sambil menanti pembangunan gereja, umat Paroki St Bernadet beribadah di empat gedung yang berbeda pada hari Sabtu dan Minggu dan dua minggu sekali di dua rumah jemaat. Salah satu tempat ibadahnya adalah sebuah aula yang juga terletak di kompleks Tarakanita.

Dipaksa Pindah
Kejadian ini adalah protes kedua setelah pada 2004 ketika umat Paroki St Bernadet dipaksa oleh massa intoleran pindah dari Sekolah Sang Timur di Ciledug. Masa intoleran menutup akses ke sekolah Sang Timur yang digunakan oleh Paroki St Bernadet untuk beribadah. Sampai saat ini akses jalan yang ditembok oleh warga belum dibuka.

Paulus mengatakan alasan penolakan tidak berdasar karena mayoritas warga di kompleks Tarakanita beragama Katolik. Namun demikian, pihak Paroki akan tetap mengupayakan membangun relasi baik dengan warga sekitar.

"Kami sedang melakukan bina lingkungan, jadi relasi baik terus dijalankan tidak sebatas untuk mendapatkan IMB saja," kata Paulus.

Bonar Tigor Naipospos, wakil direktur Setara, mengatakan kepada Beritasatu.com bahwa kelompok intoleran yang berdemo di St Bernadet adalah kelompok yang mobile, tidak menetap di sekitar paroki.

"Selalu mereka menggunakan isu Kristenisasi dengan memengaruhi orang bahwa kalau nanti ada gereja, orang-orang akan menjadi murtad atau pindah agama karena kegiatan-kegiatan sosial gereja. Kelompok ini bergerak ke berbagai tempat dan aktif mencari informasi gereja-gereja mana yang sedang memproses atau belum mendapatkan izin. Lalu mereka berdemo mengatasnamakan warga, meski warga lokalnya paling satu atau dua orang," kata Bonar.

Bonar mengatakan bahwa berkembangnya kasus-kasus intoleransi di Indonesia sejalan dengan pemerintah daerah yang kerap tidak bisa bersikap tegas terhadap kelompok intoleran. "Ditambah lagi, pemerintah pusat kerap melemparkan tanggung jawab dengan menyatakan bahwa pemerintah daerah yang harus aktif mencari solusi," kata Bonar.(Sumber: beritasatu.com)




Mari Mengenal Paroki Santo Paulus Depok

Plank Gereja Katolik Paulus Depok
Nama Pelindung: Santo Paulus
Buku Paroki: Sejak Februari 1960
Sebelumnya di Katedral Bogor
Alamat: Jl. Melati Nomor 4, Depok Lama 16431
Telepon (021) 7520334  Fax. (021) 77204851
Romo Paroki: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM

Ada yang mengatakan bahwa nama "Depok" adalah singkatan dari "De Eerste Protestants Onderdaan Kerk", yang artinya "Gereja Kristen Rakyat Pertama" atau "Gereja Warganegara Protestan Pertama". Menurut versi ini, nama Depok berkaitan dengan sejarah keberadaan Kristen di Depok. Ini semua tidak terlepas Dari tokohnya, yaitu Cornelis Chastelin (1657-1714). Beliau adalah seorang tuan tanah yang membeli banyak budak dari Bali, Sulawesi dan Timor untuk ditempatkan dipersawahannya. Ketika para budak tersebut menjadi kristen, mereka dibebaskan dan diberikan hadiah tanah di Depok (1714). Rupanya dengan menjadi kristen, kedudukan mereka disamakan dengan orang-orang Belanda. Para budak yang merdeka ini terbagi ke dalam 12 suku/keluarga yaitu: Jonathans, Leander, Bacas, Leon, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholense, Isakh, Sudira dan Sadokh. Nama-nama tersebut sampai saat ini masih dipakai dalam keturunan-keterunan mereka, sedangkan nama Cornelis Chastelein dikenang dalam nama sebuah lembaga yaitu LCC (Lembaga Cornelis Chastelein)

Seiring dengan perjalanan waktu, di tengah dominasi orang protestan muncullah orang-orang Katolik di Depok. Diperkirakan pada tahun 1927 sudah ada beberapa keluarga katolik yang menetap di Depok, mereka mengikuti perayaan misa di Bogor atau di Jakarta. Sejalan dengan perkembangan jumlah umat maka pada akhir tahun 40-an pastor-pastor dari Bogor mulai menjalani misa umat di Depok. Misa dilakukan dari rumah ke rumah, yang lama kelamaan frekuensinya menjadi satu kali dalam seminggu.

Foto bersama dengan misdinar usai misa.
Ketika pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI dan tanah-tanah partikulir, pada akhir tahun 60-an Pater Frankhuyzen kembali ke dan menetap di Depok. Pada bulan September 1973 ia merayakan 50 tahun hidup mebiara. Perayaan berlangsung di SD Mardi Yuana, yang hadir di Depok sejak 1 Agustus 1960 dan yang kehadiran dan perkembangannya tak dapat dilepaskan dari peran penting Pater Frankhuyzen OFM disamping Mgr. Geise OFM. Pater Yohanes Ma'mun Muktar OFM, yang baru kembali dari mengikuti "kursus kharismatik" di Australia, memberikan warna kharismatik dalam pelayanan pastoral pada umat di Depok pada tahun 1975. Anak seorang haji di Sukabumi ini meninggal dalam usia muda pada 10 Agustus 1976 (lahir 1 Juni 1941) di Bogor, setelah lebih kurang 10 hari berada dalam keadaan koma akibat kecelakaan lalulintas di Puncak Jawa Barat.
diserahkan kepada pemerintah Indonesia, banyak orang Belanda yang kembali ke negerinya, termasuk penghuni Jl. Melati 4, Depok. Namun, berkat usaha yang gigih dari Mgr. Dr. N. Geise, OFM., maka tanah tersebut berhasil dibeli. Pada akhir tahun 50-an berdirilah gereja Santo Paulus Depok di jalan Melati Nomor 4 Depok . Pastor pertama yang menetap di Depok adalah Peter J.J Rossen. Beliau kembali ke negerinya dan digantikan oleh Pater Herkulanus Frankhuyzen. Sekembali dari cutinya (1964), Pater Frankhuyzen dipindah tugaskan ke seminari Cicurug, Sementara itu umat katolik Depok dilayani secara bergantian oleh Mgr. N. Geise, OFM, Pater R.J Koesnen OFM, Pater Anton Ban OFM dan pater muda yaitu Pater Micheal Angkur, OFM (saat ini adalah uskup Bogor).

Perkembangan Paroki Santo Paulus selanjutnya tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah yang menjadikan Depok sebagai salah satu kawasan penyangga Ibukota. Dalam rangka itu, pada tahun 1976 dibangunlah Perumnas Depok I (Depok Jaya) dan Depok Utara, kemudian disusul dengan Perumnas Depok II dan Depok Timur. Seiring dengan itu, penghuni-penghuni baru membanjiri Depok termasuk umat Katolik. Untuk memenuhi kebutuhan umat katolik yang cukup besar jumlahnya di Depok I dan Depok Utara, maka pada tahun1977-1978 dibangunlah sebuah gereja sederhana di jalan Irian Jaya. Semua itu tidak terlepas dari jasa almarhum Bapak Dom Renetyo. Gereja sederhana itu "dipabtis" oleh Mgr. Ign Harsono, Pr. (saat itu sebagai Uskup Bogor) dengan nama HERKULANUS. Nama gereja tersebut diharapkan agar umat Katolik tidak melupakan jasa besar Pater Herkulanus Frankhuyzen dalam persemaian benih Injilnya di Depok.

Tampak dalam paroki
Keberadaan Gererja Herkulanus diperkuat oleh perhatian Pater R.J. Koesnen, OFM. yang bertugas di Depok menggantikan almarhum Pater Frankhuyzen (meninggal 1978). Pater RJ. Koesnan, OFM. menaruh perhatian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan, khususnya anak-anak. Ini terbukti dengan berdirinya TK dan SD Santa Theresia pada tanggal 18 Juli 1982, yang berlokasi tepat disamping Gereja St. Herkulanus. Sekolah tersebut dikelola oleh Yayasan Pendidikan Yohanes Paulus.

Adanya kampus Universitas Indonesia, Novisiat Transitus (diresmikan oleh Vicaris General OFM dari Roma, Pater Onorio Pontoglio OFM pada bulan September 1984) dan beberapa Real Estate di Depok menambah jumlah umat Katolik di Depok. Dua buah gereja yang telah ada (Gereja Santo Herkulanus dan Santo Paulus) tidak dapat menampung jumlah umat dalam misa mingguan. Timbul rencana untuk membangun sebuah gereja yang kapasitasnya melebihi Gereja Santo Paulus. Pada bulan Maret 1986, Pater RJ. Koensen, OFM dan Pater Guido Brod OFM meletakkan batu pertama untuk gedung pastoran, kemudian disusul dengan peletakan batu pertama untuk gedung gereja oleh Mgr. Ign Harsono, Pr. dan Bapak Drs Erno (Sekretaris Kotif Depok). Berkat kerja keras dan dukungan dari umat serta bantuan para donator, maka gedung gereja dan pastoran selesai dibangun. Bangunan tersebut diberkati oleh Mgr. Ign. Harsono pada tanggal 3 Juli 1988. Lima tahun kemudian (1993) Gereja Herkulanus di Jalan Irian di renovasi dengan menghabiskan biaya yang cukup besar. Prinsip "Kalau ada Kemauan Pasti ada Jalan" sungguh dihayati dan dialami oleh umat Paroki St. Paulus Depok yang sebagian besar memiliki taraf ekonomi tingkat menengah kebawah.

Berkembang Ke Sekitar Depok
Disamping pelayanan pastoral terhadap umat yang terorganisasi dalam dua gereja tersebut (Gereja Santo Paulus dan Santo Herkulanus) sejak tahun 1982 para pastor dari paroki St. Paulus juga melayani misa dan pelayanan sakramental lainnya untuk umat di daerah Gunung Sindur, Parung, Bojongsari ARCO dan sekitarnya. Pelayanan ini dimulai dengan kehadiran Pater Guido Brod OFM di paroki St. Paulus Depok yang kemudian diperkuat oleh suster-suster ADSK (hadir di Depok sejak 1987-1989). Misa mingguan untuk umat yang terpencar ini dilayani secara bergantian berdasarkan kelompok: ARCO Bojongsari, Gunung Sindur dan Parung. Sejak tahun 1989, pelayanan misa mingguan dipusatkan pada satu tempat yaitu di rumah Bapak Wempy Suhendar (Bojongsari). Sejak saat itu kelompok ini menjadi stasi dari Paroki St. Paulus Depok dengan "nama baptis" Yohanes Pembaptis, Parung. Pemusatan pelayanan di rumah Bapak Wempy (alm) berlangsung sampai tahun 1992, sejak saat itu sampai sekarang pelayanan dipusatkan di Restoran Lebak Wangi milik Bapak Juhari. Umat stasi telah membeli tanah seluas 7000 meter di daerah Parung untuk pembangunan gedung gereja. Proses sertifikasi terus berlangsung walaupun agak tersendat-sendat. Walaupun kemampuan ekonomi terbatas, tetapi melihat semangat umat yang begitu besar, tampaknya keinginan untuk memiliki gereja sendiri dapat menjadi kenyataan; apalagi melihat jumlah umat dari tahun ke tahun selalu bertambah

Depok pada tahun 1714 hanya merupakan sebuah dusun sunyi, pada tahun 1924-1925 menjadi sebuah kecamatan, berubah menjadi kota administratif (kotif) pada tanggal 18 Maret 1982, dan kini siap menjadi kotamadya. Paroki Santo Paulus yang secara geografis pada awal 1960 hanya meliputi wilayah sekitar Depok Lama, saat ini telah meliputi UI, Citayam, Sasak Panjang, Parung, dan Gunung Sindur serta terbagi ke dalam 10 wilayah dan satu stasi.

Jumlah umat pada tahun 1927 hanya beberapa orang, saat ini mencapai 4.000 orang (data belum diupdate hingga 2013). Saat ini Paroki St. Paulus Depok dilayani oleh 2 orang pastor, dan untuk misa mingguan dibantu oleh imam dari Novisiat Transitus.(Sumber: http://www.old.keuskupanbogor.org/paroki/depoklama.html)

Jadwal Misa Kudus:
Jumat I : Pukul 19.00 WIB
Sabtu : Pukul 17.30 WIB
Minggu : Pukul 06.00 WIB; 08.00 WIB; 17.30 WIB

Kapel Susteran ADSK:
Jalan Margonda Raya No. 23 A
Depok
Telepon (021) 786-3277
Harian Pukul 05.30 WIB

Kapel Novisiat OFM:
Jalan Kamboja No. 14
Depok 16431
Telepon (021) 777-3467
Harian Pukul 06.40 WIB
       


       







Santo Stefanus: Diakon dan Martir

St Stefanus
Santo Stefanus adalah diakon dan martir pertama dalam tradisi kekristenan. Santo Stefanus yang dikenal sebagai Protomartyr (martir pertama) dihormati sebagai santo dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks. Gereja menghormati Santo Stefanus karena keberanian dan kebijaksanaan, serta kasihnya kepada Allah dan orang miskin.

Kemartiran tidak harus dimengerti bahwa seseorang harus mati dalam membela imannya, tetapi harus dimengerti pada tataran keberanian membela Kerajaan Allah sebagai kerajaan cinta kasih. Konkretnya, dalam pelayanan.”

Kemartiran St Stefanus adalah bentuk kesaksian iman. Oleh sebab itu, bentuk kesaksian iman semacam ini perlu diteladani dan dimaknai secara baru. Penafsiran dan pemaknaan secara baru menjadi penting mengingat situasi zaman yang terus berubah. Perkembangan makna perlu dilihat berdasarkan konteks dan tantangan yang konkret.

Tantangan yang dihadapi St Stefanus adalah penguasa. Ia melawan tidak dengan apologi atau kata-kata semata, tetapi dengan perbuatan baik. Perbuatan baik inilah yang harus terus digelorakan.

Satu-satunya sumber informasi terpercaya tentang Stefanus adalah Kisah Para Rasul Bab 6 dan Bab 7. Sebagai diakon, ia adalah salah satu dari tujuh orang yang hidupnya saleh dan terpandang. Ia dipilih para rasul untuk pelayanan distribusi makanan kepada para janda dan orang miskin. Peranan ini kemudian dikenal dengan istilah diakon.

Kisah Para Rasul mengisahkan bagaimana Stefanus diadili oleh Sanhedrin dengan dakwaan menghujat Nabi Musa dan Allah (Kis 6:11) dan berkata-kata menentang Bait Allah dan Hukum Taurat (Kis 6:13-14). Hukuman yang diterimanya adalah dirajam sampai mati oleh sekelompok massa yang marah setelah diprovokasi Saulus dari Tarsus, yang kelak dikenal sebagai Santo Paulus (Kis.8:1).

Khotbah terakhir yang disampaikan Stefanus berupa tudingan terhadap kaum Yahudi, karena telah membunuh nabi-nabi mereka serta menjadi pembunuh Kristus (Kis 7:52).

Orang-orang yang marah itu lalu menghalau dia ke luar kota dan melemparinya dengan batu. Tetapi, Santo Stefanus mengampuni para pembunuhnya itu sambil berdoa, “Ya Bapa, janganlah tanggungkan dosa ini atas mereka. Ya Tuhan Yesus terimalah rohku.”

Menjelang ajalnya, Stefanus mengalami suatu teofani atau penampakan Allah. Teofani yang dialaminya bersifat unik, karena ia menyaksikan baik Allah Bapa maupun Allah Putra. “Aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah”(Kis 7:56). Stefanus mati sebagai martir kira-kira pada tahun 34.

Kita menghormati Santo Stefanus karena keberanian dan kebijaksanaannya serta akan kasihnya kepada Allah dan orang miskin. Hari rayanya diperingati setiap tanggal 26 Desember.(Diolah dari berbagai sumber)


Petrus Suwihartono: Belajar Setia Melayani

Belajar Setia: Petrus Suwihartono (kiri) bersama seorang relawan, saat mengajar anak-anak di Pedongkelan, Jakarta Timur

Bersama KKIT, Petrus melayani masyarakat di Pedongkelan, Jakarta Timur. Ia mendampingi belajar anak-anak di sana. Pengalaman itu menempanya untuk setia melayani orang lain.

Berkaca pada realitas kemiskinan di Jakarta, Petrus Suwihartono (54) merefleksikannya dengan kutipan, “Tuaian memang banyak tetapi pekerja-pekerja itu sedikit”. Pelayanan pada kaum miskin urban masih sangat minim. Kondisi itu seolah memanggilnya untuk berbuat sesuatu. Panggilan itu kian menggebu sejak ia bergabung dengan Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT) pada 2002. Ia pun membenamkan diri dalam pelayanan bagi orang-orang miskin dan tidak mampu, terutama di Pedongkelan, Jakarta Timur.

Titik Balik
Sebelum terjun dalam pelayanan itu, Petrus cenderung lebih memperhatikan kesibukan usahanya. Tahun 1981-1996, ia masih mencurahkan banyak waktu untuk usaha suku cadang mobilnya di daerah Senen, Jakarta Pusat. Musibah kebakaran menimpanya.

Usahanya pun habis. Saat itu, ia menyadari, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang kekal.

Pada 1999-2001, ia mulai merintis usaha kembali di Cempaka Mas. Rupanya dewi fortuna belum berpihak padanya. Usaha barunya tak berjalan lancar, hingga ia memutuskan untuk berhenti bekerja pada 2002.

Suatu ketika, seorang teman dari KKIT Kelapa Gading mengajaknya untuk membagikan nasi sehat pada masyarakat di Pedongkelan. Awalnya, Petrus merasa khawatir pergi ke tempat seperti itu. Ia sering mendengar, di sana sering terjadi penodongan dan tindak kejahatan lainnya. Namun, ia memberanikan diri ikut dalam aksi sosial itu.

Melihat kondisi masyarakat di sana, hatinya mulai terketuk rasa belas kasih untuk terus melayani mereka yang lemah, miskin dan tersingkir. Meskipun tak
bergelimang materi, Petrus ingin membagikan waktu yang ia punya. Dalam situasi tanpa pekerjaan, ia merasa kaya akan waktu yang dapat dibagikan pada orang lain. “Seperti halnya Ibu Teresa, saya percaya bahwa panggilan hidup bukanlah untuk sukses, melainkan untuk setia. Dalam melayani, kesetiaan harus lebih diutamakan daripada hal lainnya. Dengan kesetiaan, saya percaya bahwa saya akan dikuatkan dalam menghadapi segala kesulitan,” paparnya.

Melayani Lebih
Dalam pelayanannya di Pedongkelan, Petrus bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain KKIT dan Yayasan Hope. Awalnya, pelayanan di sana hanya sebatas membagikan nasi sehat dan bantuan pendidikan. Lalu tahun 2004, dimulailah karya bimbingan belajar yang bekerjasama dengan Yayasan Hope.

Tamatan SMP ini, mulanya ragu untuk membuka bimbingan belajar di Pedongkelan. Petrus merasa kompetensinya tak mencukupi untuk menjadi pengajar. Di tengah keraguan yang berkecamuk di hatinya, ia memilih diam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Akhirnya muncul gagasan untuk mengajak anak-anak usia Taman Kanak-kanak (TK) bermain dan bernyanyi bersama.

Menurut Petrus, bimbingan belajar di Pedongkelan berawal dari keprihatinan saat melihat anak-anak bermain di jalanan dan di danau. “Saya dan teman teman mengambil waktu bermain anak-anak untuk belajar,” tutur pria kelahiran Jakarta, 17 Februari 1959 ini.

Awalnya hanya sekitar 30 anak yang bergabung, usia TK hingga SMP. Kini sekitar 150 anak bergabung dan dilayani oleh Petrus dan para relawan, yang berasal dari Kelapa Gading, Ciputat, Depok, dll. Petrus dan para relawan memberikan bimbingan belajar tiap Sabtu.

Koordinator pelayanan di Pedongkelan ini, terus berusaha untuk setia melayani. Ia hanya mengandalkan iman dalam pelayanannya. Rasa khawatir kadang menyelinap di relung hatinya, terutama berkaitan dengan para relawan yang membantu bimbingan belajar yang ia motori. Kekhawatiran yang singgah di hatinya, membuat Petrus justu kian berserah pada penyelenggaraan Tuhan. Ia pasrahkan pada-Nya kelangsungan karya kasih di Pedongkelan itu.

Kian Ditempa
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33), demikian kutipan Injil yang turut menguatkan perjuangan Petrus melayani masyarakat di Pedongkelan, khususnya anak-anak yang tergabung dalam bimbingan belajar. Panggilannya untuk memberikan diri dalam pelayanan juga didorong oleh keyakinan bahwa Tuhan telah lebih dulu melayaninya. “Sehingga saya pun mesti melayani sesama,” ujarnya.

Melalui pelayanan, Petrus berusaha menghidupkan firman dalam hatinya agar
tumbuh dan berbuah. Ia percaya, iman tanpa perbuatan adalah mati. “Dalam
pelayanan, saya semakin ditempa dan diteguhkan. Saya juga belajar menyangkal diri, berbagi kasih, dan berkorban,” ungkap umat Paroki Katedral Jakarta ini.

Dengan penuh kesabaran, Petrus merasul di Pedongkelan. Tak hanya memberikan bimbingan belajar, ia juga terlibat dalam membagikan kupon makanan pada warga Pedongkelan yang saling berebut untuk mendapatkan kupon. Bahkan banyak di antara mereka yang meminta lebih dari satu kupon. Dengan sabar Petrus melayani mereka satu persatu dan bersikap tegas bagi mereka yang selalu meminta lebih.

Ketulusan Petrus dalam melayani, kadang menemui kendala. Sebelumnya, ia pernah membagikan pakaian pada mereka. Namun ia heran, mengapa orang-orang yang menerima pakaian itu masih mengenakan pakaian yang sama. Petrus merasa terkejut saat mendengar ada warga yang menjual pakaian bekas. Ia heran bagaimana mungkin pakaian bekas mereka dapat laku dijual. Selidik punya selidik, ternyata pakaian yang selama ini ia sumbangkan, dijual kembali oleh mereka. Dari hal-hal itulah Petrus belajar memberi dengan tulus. Petrus merasa, orang-orang ini lebih tahu akan kebutuhannya. Bisa jadi mereka menjual pakaian pemberiannya karena butuh uang untuk membeli makanan atau kebutuhan lainnya.

Pasti Ada Jalan
Pengalaman melayani masyarakat di Pedongkelan dan mendampingi anak-anak belajar, membuat Petrus makin ditempa dalam menghidupi imannya. Musibah kebakaran di Pedongkelan Mei lalu, membuat imannya kian diteguhkan. Segalasarana prasarana bimbingan belajar habis terbakar.

“Kami mesti mulai dari awal lagi. Tapi saya tetap percaya, Tuhan akan memberikan jalan,” jelasnya. Orang-orang Pedongkelan yang tidak menjadi korban kebakaran membuka pintu dan menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat bimbingan belajar. Petrus merasa tersentuh atas kebaikan mereka. Hal ini pun turut menguatkannya dalam pelayanan di sana.

Bagi Petrus, pelayanannya bukan semata-mata kerja sosial. Apa yang ia lakukan terdorong oleh iman akan Kristus. Ia tak mencari keuntungan diri atau pujian. “Saya hanya ingin melayani dengan tulus. Bukan untuk sukses, tapi untuk menumbuhkan iman dan mengembangkan kerohanian,” tandasnya.

“Apa yang bisa kita berikan ya kita berikan. Dengan pelayanan di Pedongkelan, saya bukan sekadar mengajar, tapi justru belajar pada mereka. Saya bisa belajar setia melayani, belajar untuk menyangkal diri. Kita ditempa, kadang ada rasa sakit yang terasa, namun di situlah kita tengah dibentuk. Jadinya apa, ya kita tidak tahu,” demikian Petrus.(Sumber:Majalah HIDUP Edisi No. 37 Tanggal 15 September 2013)

Laurentius D. Yogatama