Translate

Jumat, 02 Mei 2014

Kita Suka Lupa Mendoakan Arwah

Sebagian warga dari wilayah St Stefanus, St Ignola, Legio Maria, WKRI dan keluarga besar Tarigan hadir dalam misa arwah mengenang 16 tahun meninggalnya Bapak Sangap Tarigan di kediaman puterinya, Agustina Tarigan, Rabu (30/4/2014) malam di Kencana Sakti I, Kalimulya, Depok. [Foto-Foto: Farida Denura]
Keluarga yang sudah meninggal hanya berjiwa namun tidak berbadan. Dan, mereka hidup bersama Tuhan dalam hidup Roh Kudus. Karenanya,  sebagai keluarga, kita yang masih hidup masih terus mendoakan mereka.
   
Hal tersebut disampaikan Romo Anton Sahat Manurung, OFM ketika memimpin misa arwah mengenang 16 tahun meninggalnya Sangap Tarigan, ayahanda dari Agustina Tarigan, di kediamannya di  kawasan Kencana Sakti I, Kalimulya, Depok, Rabu (30/4/2014) malam.
   
Romo Anton menegaskan bahwa Kitab Suci secara jelas mengatakan bahwa kita harus menghormati orangtua baik yang hidup maupun yang mati. Melalui misa arwah ini kata dia, kita boleh mensyukuri karena jasa mereka sekaligus menghormati bahwa mereka sudah meninggal.
   
Kita juga tambah Romo Anton, minta didoakan mereka karena kita sedang berjuang di dunia. “Jadilah pendoa bagi kami yang sedang berjuang dan nanti Tuhan persatukan kita di surga. Kita suka lupa mendoakan mereka,”ujar Romo Anton.
   
Mengutip bacaan Injil yang diambil dari Matius 5:1-12 yang berbicara tentang 8 sabda bahagia, terlihat uniknya kriteria Yesus tentang kebahagiaan. Manusia kata Romo Anton boleh memiliki konsepsi kebahagiaan namun ada konsep bahagia yang ditawarkan Yesus yaitu konsep kebahagiaan miskin dimana mengandung makna apapun kita kaya tapi tetap tahu bersyukur bahwa Tuhanlah pemberi.
   
Romo Anton sedang membaca Injil.
“Bukan miskin materi, tetapi sikap menyadari bahwa semua ini berasal dari Tuhan,”tambahnya.
   
Romo Anton dalam homilinya mengatakan setiap orang punya konsepsi kebahagiaan, punya harapan untuk selamat dan bahagia. “Ada yang bahagia karena punya pacar, ada yang bahagia karena punya mobil, dan lain-lain. Macam-macam dan itulah pilihan manusia. Tapi apakah itu kebahagiaan menurut Tuhan,?”tanya Romo Anton.
   
Manusia  menganggap bahwa yang berbahagia adalah orang yang mempunyai banyak kemampuan di hadapan Allah atau orang yang unggul dalam urusan rohani.  Akan tetapi Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah ...” (ayat 3, Yunani: ptohoi to pneumati = miskin dalam roh). Apapun kita kaya namun harus tetap bersyukut bahwa Tuhanlah pemberi. Bukan miskin secara materi namun sikap menyadari bahwa semua ini berasal dari Tuhan.
   
Selanjutnya kita mengira bahwa yang berbahagia adalah orang yang tertawa lebar, namun Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita ...” (ayat 4). Demikian pula dengan ayat-ayat selanjutnya. Namun menarik untuk disimak sebuah ucapan bahagia yang dicatat di ayat 8, yaitu “Berbahagialah orang yang suci hatinya ...” (Yunani: katharoi te kardia = bersih di hati).

Bahagia di kala duka, bahagia orang berdosa yang menyadari bahwa kita bahagia dan Tuhan menghibur kita. Selain itu, orang yang lemah lembut dan memiliki sikap saling menghargai, menghormati orang lain, siapapun.
   
Romo Anton sedang memimpin misa.
Bahagia yang lain menurut Romo adalah bahagia karena lapar dan haus yang bermakna bahwa kita haus dan lapar akan firman Tuhan. Haus akan kebenaran, serta haus dan lapar akan sabda Tuhan. Untuk itu kita perlu isi hati kita dengan Firman Tuhan. Kita juga tambah Romo berbahagia karena murah hati dimana kita mau peduli pada orang lain.
   
Menurut Yesus, orang yang berbahagia adalah orang yang bersih dalam hatinya tidak tercemar atau tak dikotori. Lalu apa faedah hati yang bersih? Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (ayat 8). Faedah hati yang bersih adalah bertemu dengan Allah.
   
Kebahagiaan yang kita kejar di dunia ini menurut Romo Anton adalah kebahagiaan yang datang dari Tuhan. Dan kita semua yakin Tuhan pun telah bahagiakan almarhum Sangap Tarigan dan sudah jadi pendoa bagi kita. Semoga dengan doanya kita berharap bahagia dan 8 sabda bahagia itu pada saatnya kita akan sampai pada kebahagiaan yang sempurna.
   
Dalam kesempatan tersebut Romo Anton juga secara khusus mendoakan para buruh terkait Kamis, 1 Mei 2014 (May Day) merupakan Hari Buruh. Romo Anton mendoakan supaya para buruh layak mendapat upah, dan supaya para buruh dan majikan boleh saling menghargai satu sama lain.

Mengapa Mendoakan Arwah? 
Gereja Katolik mengajarkan adanya masa pemurnian di Api Penyucian sehingga doa-doa dari kita yang masih hidup, dapat berguna bagi jiwa-jiwa mereka yang sedang dalam tahap pemurnian tersebut. Bahkan, dengan mendoakan jiwa-jiwa tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya, dan perbuatan ini sangat berkenan bagi Tuhan (lih. 2 Mak 12:38-45).
Doa arwah sedang dilantunkan keluarga almarhum Jhony Anwar beberapa waktu yang lalu.
Sebenarnya, prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
   
Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu 1) yang masih mengembara di dunia, 2) yang sudah jaya di surga dan 3) yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus (2 Mak 12:42-46).
   
Gereja Katolik mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih yang didasari iman sangatlah berguna bagi keselamatan kita (baik yang didoakan maupuan yang mendoakan). Jika “kasih” di sini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi pada orang lain, dan jika kita ketahui bahwa maut tidak memisahkan kita sebagai anggota Tubuh Kristus (lih. Rom 8:38-39), maka kesimpulannya, pasti berguna jika kita mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sebab perbuatan kasih yang menghendaki keselamatan bagi sesama, adalah ungkapan yang nyata dalam hal “bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu” (Gal 6:2).    


Jangan lupa bahwa yang kita bicarakan di sini adalah bahwa doa- doa yang dipanjatkan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sedang dimurnikan dalam Api Penyucian, sehingga mereka sudah pasti masuk surga, hanya sedang menunggu selesainya saat pemurniannya. Dalam masa pemurnian ini mereka terbantu dengan doa-doa kita, seperti halnya pada saat kita kesusahan sewaktu hidup di dunia ini, kita terbantu dengan doa-doa umat beriman lainnya yang mendoakan kita.

Sedangkan, untuk orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat, sehingga masuk ke neraka, memang kita tidak dapat mendoakan apapun untuk menyelamatkan mereka. Atau untuk orang - orang yang langsung masuk ke surga (walaupun mungkin tak banyak jumlahnya), maka doa-doa kita sesungguhnya tidak lagi diperlukan, sebab mereka sudah sampai di surga. Namun masalahnya, kita tidak pernah tahu, kondisi rohani orang-orang yang kita doakan. Pada mereka memang selalu ada tiga kemungkinan tersebut, sehingga, yang kita mohonkan dengan kerendahan dan ketulusan hati adalah belas kasihan Tuhan kepada jiwa-jiwa tersebut, agar Tuhan memberikan pengampunan, agar mereka dapat segera bergabung dengan para kudus Allah di Surga.

Maka mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang Katolik merupakan salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama kepada orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik. (Farida Denura)






   




   
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar