Translate

Kamis, 24 April 2014

Kita Dibaptis dan Kita Terus Bangun Kesatuan

Gregorius Budi Mulyanto, salah satu calon baptis baru tampak sedang dibaptis Romo Yosef Tote, OFM. "Gregorius Budi Mulyanto, aku membaptismu dalam nama Bapa dan Putera, dan Roh Kudus,"ucap Romo Yosef Tote dan dijawabnya,"Amin!". [Foto-Foto: Farida Denura]

SABTU, 19 April 2014 merupakan hari bahagia bagi ke-15 calon baptis Katolik Paroki St Paulus Depok. Pasalnya di Sabtu pagi itu ke-15 calon baptis dibaptis menjadi Katolik oleh Pastor Kepala Paroki St Paulus Depok, Rm Yosef Peleba Tolok, OFM. 
   
Ke-15 calon baptis itu terdiri dari 11 calon baptis yang berasal dari gereja Katolik dan 4 calon baptis dari gereja Kristen. Mereka pada hari itu mengenakan busana atasan putih dan bawahan hitam dengan membawa segala perlengkapan baptis seperti kain, lilin dan lain-lain. Masing-masing mereka didampingi wali baptis. Dari ke-15 calon baptis itu, 2 orang berasal dari wilayah Santo Stefanus.
   
Romo Yosef Tote dalam kotbahnya menegaskan bahwa baptisan yang diterima di dalam gereja Katolik seperti yang diterima ke-15 calon baptis merupakan peristiwa yang sangat istimewa bagi mereka karena mereka secara resmi diterima di dalam gereja Katolik.
   
Mengutip bacaan pertama dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (Roma 6:3-11), Romo Yosef Tote mengatakan mati dan bangkit dengan Kristus telah diperingati pada Jumat Agung, 18 April 2014, hari sengsara dan wafat Yesus Kristus. Dan, Yesus wafat di salib untuk menebus dosa kita.
   
"Kita Dibaptis dan Kita Terus Bangun Kesatuan"
“Kalau Yesus wafat, kemudian bangkit maka kita semua diikutsertakan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Kita bangkit dari dosa, kelemahan kita. Kita manusia berdosa dan kita diselamatkan, diampuni serta dipersatukan dengan Yesus,”kata Romo Yosef Tote.

Pada bacaan Injil tentang Pokok Anggur yang Benar, tambah Romo Yosef Tote,  mengandung pesan bahwa kita semua dipersatukan dengan Yesus. Yesus adalah pokok anggur yang benar dan sejati sedangkan kita adalah rantingnya.
   
Yesus sendiri kata dia sebagai kepala, pemimpin dan kita semua adalah anggota dari tubuh yang satu dan dari ranting-ranting itulah menghasilkan buah. Sehingga, kita yang sudah diterima menjadi murid atau pengikut Kristus harus tetap terus menerus membangun persatuan karena di situlah kita mengalami kebahagiaan dan suka cita.
     
Oleh karena itu pintah Romo Yosef Tote, kita yang telah dibaptis tidak berarti selesai. Akan tetapi harus terus bangun kesatuna dengan Tuhan melalui doa-doa, sakramen, perjamuan ekaristi maka disitulah kita membangun persatuan dengan Kristus.
   
“Persatuan dengan Tuhan harus kita wujudnyatakan dengan persatuan kita dengan orang lain yaitu keluarga, anak-anak, saudara-saudara, juga bersama dengan warga di KUB yang ada. Dengan demikian orang mengenal kita,”tegas Romo Yosef Tote.
   
Foto bersama usai dibaptis.
Menjadi orang Katolik atau murid Yesus, kata Romo Yosef Tote, akan dihadapi dengan banyak tantangan. Karena dengan  murid Yesus maka harus berani memikul salib. Namun terpenting menurut dia adalah kemana pergumulan kita. Kita percaya, kita berjalan bersama-sama dengan anggota gereja lainnya. Di KUB kita berjumpa dengan saudara kita yang lain dan menjadi tempat untuk bertanya.
   
Agama Katolik kata dia, merupakan agama yang umum, terbuka kepada siapapun yang mau menggabungkan diri menjadi Katolik. Kekatolikan kita tegas dia harus nampak dalam kehidupan sehari-hari.
   
“Oleh karena itu kami mendoakan Anda semuanya, kiranya di dalam perjalanan, Anda betul-betul menghayati iman Anda yaitu Yesus Kristus sebagai sang juru selamat,”ujarnya di akhir kotbah.
   
Romo juga menegaskan bahwa dengan mengenakan baju putih pada pembaptisan ini maka seyogyanya hidup tak bercela. Hidup yang berkenan pada Kristus.

Katolik Ajarkan Kasih  
Dari ke-15 calon baptis terdapat 2 calon baptis yang berasal dari wilayah St Stefanus. Mereka adalah Gregorius Budi Mulyanto dari KUB A dan Michael Arnula dari KUB B. Keduanya didampingi wali baptis masing-masing Pasianus B Daeli sebagai wali baptis Gregorius Budi Mulyanto dan Thomas Tommy Hendrasmoro yang juga Ketua Wilayah St Stefanus sebagai wali baptis Michael Arnula.
   
Gregorius Budi Mulyanto ketika ditanya alasan memilih agama Katolik sebagai keyakinan barunya menceritakan prosesnya menjadi seorang Katolik. Sebelumnya, Budi Mulyanto bersama yang lainnya mengikuti proses persiapan melalui kursus bagi calon baptis sejak Juli 2013 lalu hingga April menjelang Paskah.
   
Gregorius Budi Mulyanto memegang lilin yang telah dinyalakan dan di pundaknya dibalut kain putih.
Budi Mulyanto mendapat pembekalan berbagai macam-macam pengetahuan seperti sakramen, doa-doa dan lain-lain. Meski demikian bagi Budi yang sebelumnya non Kristiani merasa pembekalan pada kursus yang dilalui, materinya belum begitu mendalam sehingga menurut dia, ke depannya harus memiliki modul yang telah disusun sedemikian rupa dan berguna bagi peserta kursus.
   
Budi Mulyanto sebelumnya menganut agama Islam dan di awal membangun keluarga, tetap menganut agama Islam serta  tidak mengintervensi keyakinan istri dan anaknya. Namun cerita Budi, di tengah perjalanan, disertai kondisi di luar, Budi pun mempelajari agama yang dianut istrinya dan apa yang terjadi di luaran itu jelas bertentangan dengan keyakinannya.
   
Dua warga Wilayah St Stefanus foto bersama.
“Agama Katolik mengajarkan tidak saling bermusuhan. Damai, tidak pernah ditakuti tentang dosa, membenci orang. Kasih. Ibarat baju, baju yang saya percaya untuk tutup diri saya itu ternyata tidak pantas lagi,”kata Budi Mulyanto.
   
Jauh sebelum berkeluarga, cerita Budi Mulyanto, dia dengan setia mendampingi istrinya ke gereja. Budi pun sampai menghafal beberapa lagu gerejani.
   
Ditanya mengapa memilih Santo Gregorius sebagai nama baptisnya, Budi Mulyanto mengaku memilih nama tersebut setelah membaca profil Santo Gregorius dari pigura Santo-Santa yang dipajang di ruang Roma (gereja lama-Red). “Begitu saya baca profil Santo Gregorius, saya baru tahu kenapa ada aliran musik Gregorian. Alunan musik Gregorian itu menarik untuk dinikmati,”ungkapnya polos.
   
Ditanya soal komitmennya menjadi orang Katolik, Budi Mulyanto mengatakan bahwa sekali menjadi Katolik akan tetap menjadi Katolik. [Farida Denura]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar