Laksamana Muda TNI (Purn), Christina Maria Rantetana, SKM, MPH [Foto: Dok. Pribadi & Ist] |
JALAN
HIDUP
seseorang memang sudah ada rancangan masing-masing. Dan jalan hidup
Laksamana Muda TNI (Purn), Christina Maria Rantetana, SKM, MPH sudah
dirancang Tuhan untuk selalu menjadi pionir dalam berbagai hal. Itu
diakui perempuan kelahiran Makale, Tana Toraja, 24 Juli 1955 dalam
perbincangan dengan SH,
Kamis (6/3/2014) di Jakarta dan beberapa kesempatan sebelumnya.
Christina
adalah perempuan pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
(TNI-AL) yang mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko)
di luar negeri, yakni di Royal Australian
Naval Staff Course di Sydney,
Australia.
Anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pertama yang
ditugaskan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI. Perempuan
pertama yang menjabat Direktur Sekolah Kesehatan di Angkatan Laut.
Anggota Kowal pertama yang mengikuti pendidikan strata dua di Tulane
University
New Orleans, Amerika Serikat. Anggota Kowal pertama yang menjadi staf
ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Bidang Ideologi
dan Konstitusi. Dan, Jenderal bintang dua perempuan pertama di
Angkatan Laut serta se-Asean.
Perempuan
yang biasa disapa Marike ini juga masuk dalam jajaran
‘Seratus Wanita Indonesia Terinspiratif 2008’ versi Majalah
Kartini. Bahkan, ia menjadi salah satu dari 21 tokoh favorit
pilihan dewan juri. Selain itu, ia pun termasuk dalam deretan
‘Sepuluh Bukan Perempuan Biasa’ pilihan Majalah Tempo. Ia
juga salah satu perempuan dari “21 Tokoh Kristiani 2013” pilihan
Majalah Narwastu.
“Saya
yakini bahwa jalan hidup seseorang itu memang sudah ada rancangan
masing-masing. Dan saya juga sudah tahu bahwa jalan hidup saya itu
memang rancangannya seperti itu. Saya selalu menjadi pionir dalam
berbagai hal dan ini merupakan kerja keras dan melakukan yang terbaik
secara maksimal sesuai dengan kemampuan saya selama ini,”terang
Ketua Umum Persatuan Perempuan Toraja.
Christina ketika masih aktif di AL |
Ditanya
motivasi utama ibu lima anak ini sehingga sukses dalam berkarier,
Christina mengatakan bahwa motivasinya adalah memuliahkan Tuhan sehingga setiap kali Christina naik satu
tangga dalam karier maka ia selalu mengucap syukur kepada Tuhan dan
melakukan kerja yang lebih baik lagi. “Setiap kali saya naik
tangga, saya berkomitmen kepada Tuhan untuk berhikmat, bekerja lebih
baik secara bertanggungjawab dan bertujuan untuk memuliahkan
Tuhan,”ujar ibu dari Belo P. Birana, Mada P. Birana, Lambe P
Birana, Rinding P. Birana dan Irianto P. Birana.
Motto
hidup Christina sendiri adalah to
do my best—lakukan
yang terbaik, secara maksimal dan sesuai dengan kemampuannya. Dia
mengaku tidak pernah mau kerja tanggung-tanggung—total
footbal.
Prinsip itulah yang dipegang kuat untuk memberi warna dan memberi
kontribusi pada negara ini.
Christina
selalu bekerja keras dan terus bekerja cerdas. Menjadi seorang ibu,
sekaligus seorang Laksamana dengan tugas menumpuk tentu tidaklah
mudah.
Ditanya
soal dominasi laki-laki yang begitu kuat di dalam kepemimpinan,
menurut Christina itu sangat menarik dan sebagai perempuan kita
menjadi bersyukur karena semua pekerjaan itu bisa dilakukan kaum
perempuan. Perempuan mengandung, melahirkan, merawat dan meneruskan
keturunan.
Makanya
sambung dia, orang biasa bilang kalau mendidik perempuan itu sama
dengan mendidik satu generasi dibanding mendidik laki-laki. Semua
pekerjaan bisa dikerjakan perempuan dan belum tentu bisa dikerjakan
laki-laki.
“Dari
sisi kesehatan masyarakat sebenarnya daya tahan perempuan itu jauh
lebih tinggi daripada laki-laki. Itu terlihat dari statistik
kesehatan masyarakat dimana angka kematian perempuan jauh lebih
rendah daripada laki-laki, perempuan lebih tahan dari penyakit, angka
sakit lebih tinggi dibanding laki-laki. Lebih banyak janda daripada
dua, serta lebih banyak perempuan lajang daripada laki-laki,”ungkap
istri dari Ir Cosmas S Birana, MS.
Menyadari
potensi besar yang dimiliki kaum perempuan itu maka Christina pun
mempergunakannya dengan masuk ke dalam kehidupan politik dimana di
dalam kehidupan politik itu sendiri diakuinya time
consuming,
tenaga consuming,
dan bahkan menghabiskan uang. Perempuan ini pernah terpilih menjadi
anggota DPR-MPR RI untuk fraksi TNI Polri selama dua periode
berturut-turut. Periode pertama tahun 1997-1999 dan periode kedua
1999-2004. Pada periode kedua, Christina dipercaya menjabat
Sekretaris Fraksi TNI-Polri. Usai berkarya di DPR-MPR RI, Christina
ditugaskan sebagai Staf Ahli Menkopolhukam bidang ideologi dan
konstitusi.
Menurut
Chrisitina, perempuan sukses itu adalah perempuan luar biasa. Dia
bisa mengurus rumah tangga, suami dan juga karier. Itu juga menjadi
modal bagi dirinya karena memang dari kecil keluarganya telah
mengajarkan untuk bekerja dan terbiasa hidup disiplin.
Disiplin
yang ditanamkan keluarga sejak dini, ditambahkan di lingkungan
Angkatan Laut juga ditanamkan disiplin, hirarki, dan kehormatan
militer dimana semuanya mengandung etika, moral, dan kerja keras, itu
menurut Christina menjadi modalnya di dalam sukses berkarier.
“Kalau
kita disiplin, semua waktu teralokasi dengan baik. Saya sangat
menghargai waktu. Bagi saya kita harus well
organized.
Kalau kita mau ubah dunia maka kita harus mengubah diri kita sendiri.
Itu prinsip saya,”aku Ketua I Perhimpunan Masyarakat Toraja
Indonesia ini secara terus terang.
Perempuan
yang telah mendapatkan sejumlah tanda jasa maupun penghargaan di
antaranya SL Kesetiaan XXXII, SL Gom IX/Raksasa Dharma , serta
Anugerah Citra Kartini, dan Maritime
Woman Award ini
berbagi pengalaman heroiknya yang pernah dialami. Ketika tahun 1980,
pertama kali berlayar ke Kepulauan Natuna dengan KRI Patimura bersama
5 perempuan lainnya dan 60 laki-laki dari AL, Christina mengaku bahwa
itu merupakan tugas yang berat dalam berlayar dari satu pulau ke
pulau lain. Angin laut yang luar biasa di tengah ombak laut China
yang ganas.
Christina di SH |
Dalam
perjalanan itu, yang mengesankan bagi dirinya adalah ketika mereka
tiba di sebuah pulau yang masyarakatnya sudah kehabisan beras.
“Untung ada banyak persediaan beras di kapal. Kami akhirnya
membawakan beras tersebut dan kami bagikan ke masyarakat. Itulah yang
saya lihat bahwa betapa perjuangan yang harus ditempuh untuk
menjumpai saudara kita di daerah terpencil. Bagi saya, itu sangat
mengesankan,”kata alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Bagi
anggota Ikatan Wanita Sulawesi Selatan (IWSS), hambatan terbesar di
dalam mengemban karier adalah perspektif orang yang mengambil
keputusan. Karena pada umumnya pengambil keputusan itu adalah
laki-laki sehingga apapun keputusan mereka akan sangat dipengaruhi
oleh perspektif mereka tentang gender. Makanya, Christina setuju yang
diperjuangkan kaum perempuan adalah bukan soal emansipasi akan tetapi
kesetaraan dan keadilan gender.
Satu
lagi hal yang mempengaruhi karier seseorang adalah karakter. Karakter
menurut dia sangat penting karena jika tidak memiliki karakter maka
seseorang akan diombang-ambingkan orang lain. Dan, itu menjadi
prinsip hidup Christina.
“Karakter
itu penting. Saya pernah baca di kalender abadi saya, ada anonim
menulis bahwa “Profesional membawa orang pada satu kedudukan
puncak, akan tetapi karakter membuat dia awet di situ”. Jadi, yang
memelihara keberadaan kita adalah karakter.
Selain
karakter faktor penting lainnya dalam mempengaruhi sukses tidaknya
karier seseroang adalah latar belakang pendidikan, dan kultur,
wawasan seseorang, hubungan antar manusia. Dia mencontohkan bahwa
banyak orang pinta tidak sukses karena arogan, sombong.
Faktor
sukses lainnya yang sangat penting adalah dukungan keluarga. “Suami
saya tidak membatasi, tidak pernah risau dengan saya karena kami
saling percaya. Demikian juga anak-anak saya,”kata perempuan yang
memiliki hobi membaca.
Diminta
komentarnya tentang peran perempuan sekarang, Calon Anggota
Legislatif DPR RI 2014-2019 dari Dapil Jabar VI yang meliputi kota
Bekasi dan Kota Depok dengan urutan nomor 5 ini mengatakan perempuan
sekarang ini kiprahnya luar biasa, cuma belum berarti karena
jumlahnya sedikit dibanding statistik perempuan itu sendiri yang
berkisar sekitar 50%. Perempuan yang menduduki jabatan strategis pun
sangat kecil. Menurut dia, masih jauh dari harapan.
Kuota
Perempuan Penting
|
Menurut
Christina jumlah atau kuota perempuan itu penting. Jika prosentase
minimum 30% itu terpenuhi maka perempuan itu luar biasa. Christina
sadar seperti halnya di AL, dia pernah mengalami hambatan naik
pangkat lantaran karena seorang perempuan dan bukan dari Akademi
Angkatan Laut yang memang waktu itu hanya menerima laki-laki.
Sadar
akan hal tersebut, dia pun berjuang agar dibukanya peluang perempuan
masuk AAL menjadi taruni sehingga bisa menduduki jabatan Panglima
Tinggi. Perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil dan tahun 2013 AAL
menerima perempuan untuk masuk AAL. Bukan hanya itu, Christina pun
minta agar jumlah yang diterima minimal 10 taruni. Christina bangga
dengan perjuangan itu dan ketika bertemu dengan para taruni itu dia
berujar,”Saya bintang dua maka minimal kalian harus bintang 3
karena kalian taruni. Kerja baik-baik, di AL semua sudah diatur dan
kamu kerjakan dengan baik maka kamu berhasil,”ucapnya.
Perempuan
yang mengidolakan Margaret
Thatcher,
wanita besi yang dulu membangun Inggris Raya itu merupakan sosok yang
pintar, berani, dan baik penampilan. Selain itu dia juga mengidolakan
Hillary Rodham Clinton lantaran pintar dan cantik.
Selain
itu Christina juga mengagumi Laksamana Malahayati. Dia adalah seorang
panglima perang angkatan laut dari Aceh yang hidup sekitar abad
ke-15. “Saya baca sejarah perjuangannya. Dia memimpin 3.000
prajurit dan membentuk Inong Bale serta membangun benteng Inong Bale.
Saya pertama kali ke Aceh, saya cari makamnya,”ceritanya.
Selain
Malahayati, Christina juga mengagumi Martha Christina Tiahahu adalah
Pahlawan Nasional perempuan pertama yang gugur di medan perang saat
bertempur melawan Belanda demi mempertahankan tanah Maluku yang kaya
akan hasil bumi. Ketika ke Ambon dia langsung mencari makamnya.
Di
akhir perbincangannya, Christina rupanya punya harapan pada kaum
perempuan. Dia ingin kaum perempuan harus mengambil peran yang sama
dengan laki-laki di dalam membangun bangsa. Saya yakin kaum perempuan
mampu dan akan muncul perempuan-perempuan muda yang memiliki
sumbangan bagi negeri ini.(Farida
Denura)
Biodata
Nama : Christina M. Rantetana
Tempat : Makale. Sulawesi Selatan
Tanggal Lahir : 24 Juli 1955
Pangkat : Laksamana Pertama TNI
Jabatan : Staf Ahli Menko Polhukam
Bidang Ideologi dan Konstitusi
Suami : Ir. Cosmas S. Birana, MS
Anak-anak :
* Belo P. Birana
* Mada P. Birana
* Lambe P. Birana
* Rinding P. Birana
* Irianto P. Birana
Pendidikan:
* Akademi Perawatan Umum Ujung Pandang
* Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
* Tulane University, New Orleans,
Lousiana, Amerika Serikat
Organisasi:
- Anggota Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI)
- Ketua Umum Persatuan Perempuan Toraja
- Ketua I Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia
- Anggota Ikatan Wanita Sulawesi Selatan (IWSS)
- Anggota Komisi Kerawam KWI
Lain-lain:
Ketua
Panitia Pembangunan Gereja (PPG) Santo Albertus Bekasi, Harapan
Indah, Bekasi
Note: Tulisan ini dengan angle yang berbeda juga dimuat di halaman 1 harian sore Sinar Harapan dalam rangka Women International Day, edisi Sabtu-Minggu, 08-09 Maret 2014. Juga dimuat di majalah Info Gender, KWI yang akan terbit Kamis 20 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar