BANTUL- Bunda Maria merupakan sosok suci yang dikenal dalam agama seperti Katolik, Kristen Protestan dan Islam. Selama ini, wajah Bunda Maria yang beredar adalah versi Eropa.
Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Yogyakarta menggelar acara sayembara cipta rupa atau patung, lukisan dan fotografi Bunda Maria dengan tema "Bunda Maria Segala Suku". Sayembara ini untuk mengungkapkan keindahan sosok Bunda yang memancarkan kasih Allah.
Uskup Agung Semarang Pujasumarta mengatakan, sayembara ini memiliki pesan agar para perupa dan pelukis bisa merasakan kehadiran Bunda Maria dan menjadi simbol pemersatu.
"Sayembara untuk menghadirkan Bunda Maria dari segala suku. Di satu pihak dengan melukiskan Bunda Maria sesuai dengan budaya masing-masing, ada perasaan dekat," kata Pujasumarta di acara launching sayembara di Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Sabtu (30/5/2015).
Menurutnya, ada suatu nilai baru yang bisa tercipta jika Bunda Maria dilukiskan dengan versi Indonesia. Indonesia menyimpan beragam suku sehingga perlu mencari sosok Bunda Maria yang bisa mempersatukan suku-suku di nusantara.
“Semoga misi atau pesan ini yang ditangkap perupa dan pelukis, supaya kehadiran Bunda Maria menjadi kehadiran yang mempersatukan kita semua, karena kita tahu Indonesia itu memuat beragam suku,” katanya.
Ia mengharapkan sayembara itu bisa menghadirkan Bunda Maria versi Indonesia di atas segala suku dan yang melukiskan sesuai dengan budaya masing-masing agar ada perasaan dekat.
“Ini khusus untuk Indonesia”, katanya.
Peluncuran sayembara antara lain, dihadiri Pendeta Fu Kwet Khiong MA dari Gereja Santapan Rohani Indonesia, Jakarta, I Wayan Sumerta dari PHDI Yogyakarta, Biksu Sanabodhi dari buddha, Kardi Laksono, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja.
Ketua Panitia Sayembara Laksda TNI (P) Christina Maria Rentetana mengatakan Indonesia yang kaya akan keanekaragaman suku dan budaya sudah selayaknya memiliki sosok Bunda Maria yang bisa menjadi identitas khas Indonesia.
Ia mengatakan panitia menyediakan hadiah total sebesar Rp300 juta untuk pemenang tiga kategori tersebut, yakni sebesar Rp50 juta untuk juara umum patung, Rp35 juta untuk pemenang lukisan, dan Rp10 juta pemenang kategori fotografi.
“Sayembara ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, sehingga diharapkan seniman dan pelukis ikut menyukseskan sayembara ini. Ini yang pertama kali di dunia, dan saya kira tidak akan ada lagi yang seperti ini,” katanya.
Sayembara ini digelar untuk umum apapun agama dan sukunya. Sehingga yang menang dalam sayembara ini bisa dari luar agama Katolik.
Batas akhir pengiriman hasil karya pada 28 Februari 2016 dan pengumuman pemenang dilaksanakan bulan Mei 2016. Untuk ketentuan sayembara dapat dilihat di www.mariabundasegalasuku.com. (Diolah dari berbagai sumber)
Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Yogyakarta menggelar acara sayembara cipta rupa atau patung, lukisan dan fotografi Bunda Maria dengan tema "Bunda Maria Segala Suku". Sayembara ini untuk mengungkapkan keindahan sosok Bunda yang memancarkan kasih Allah.
Uskup Agung Semarang Pujasumarta mengatakan, sayembara ini memiliki pesan agar para perupa dan pelukis bisa merasakan kehadiran Bunda Maria dan menjadi simbol pemersatu.
"Sayembara untuk menghadirkan Bunda Maria dari segala suku. Di satu pihak dengan melukiskan Bunda Maria sesuai dengan budaya masing-masing, ada perasaan dekat," kata Pujasumarta di acara launching sayembara di Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Sabtu (30/5/2015).
Menurutnya, ada suatu nilai baru yang bisa tercipta jika Bunda Maria dilukiskan dengan versi Indonesia. Indonesia menyimpan beragam suku sehingga perlu mencari sosok Bunda Maria yang bisa mempersatukan suku-suku di nusantara.
“Semoga misi atau pesan ini yang ditangkap perupa dan pelukis, supaya kehadiran Bunda Maria menjadi kehadiran yang mempersatukan kita semua, karena kita tahu Indonesia itu memuat beragam suku,” katanya.
Ia mengharapkan sayembara itu bisa menghadirkan Bunda Maria versi Indonesia di atas segala suku dan yang melukiskan sesuai dengan budaya masing-masing agar ada perasaan dekat.
“Ini khusus untuk Indonesia”, katanya.
Peluncuran sayembara antara lain, dihadiri Pendeta Fu Kwet Khiong MA dari Gereja Santapan Rohani Indonesia, Jakarta, I Wayan Sumerta dari PHDI Yogyakarta, Biksu Sanabodhi dari buddha, Kardi Laksono, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja.
Ketua Panitia Sayembara Laksda TNI (P) Christina Maria Rentetana mengatakan Indonesia yang kaya akan keanekaragaman suku dan budaya sudah selayaknya memiliki sosok Bunda Maria yang bisa menjadi identitas khas Indonesia.
Ia mengatakan panitia menyediakan hadiah total sebesar Rp300 juta untuk pemenang tiga kategori tersebut, yakni sebesar Rp50 juta untuk juara umum patung, Rp35 juta untuk pemenang lukisan, dan Rp10 juta pemenang kategori fotografi.
“Sayembara ini berlangsung selama kurang lebih satu tahun, sehingga diharapkan seniman dan pelukis ikut menyukseskan sayembara ini. Ini yang pertama kali di dunia, dan saya kira tidak akan ada lagi yang seperti ini,” katanya.
Sayembara ini digelar untuk umum apapun agama dan sukunya. Sehingga yang menang dalam sayembara ini bisa dari luar agama Katolik.
Batas akhir pengiriman hasil karya pada 28 Februari 2016 dan pengumuman pemenang dilaksanakan bulan Mei 2016. Untuk ketentuan sayembara dapat dilihat di www.mariabundasegalasuku.com. (Diolah dari berbagai sumber)